Suara.com - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menemukan 600 situs dan akun media sosial yang memuat informasi radikalisme sepanjang tahun 2022.
Kepala BNPT, Komjen (Purn) Boy Rafli Amar menyebut fenomena radikalisasi di dunia maya semakin meningkat, seiring dengan masifnya penggunaan internet sejak pandemi Covid-19 melanda dunia.
"BNPT RI menemukan lebih dari 600 situs/akun di berbagai platform media sosial yang bermuatan unsur radikal,"kata Boy saat menggelar konferensi pers di salah satu hotel di Jakarta Pusat pada Rabu (28/12/2022).
Sebanyak 600 akun dan situs yang ditemukan, menyebarkan 900 lebih konten yang bermuatan informasi radikalisme.
Survei Indeks Potensi Radikalisme yang dilakukan BNPT bersama sejumlah lembaga, juga mengemukakan mereka yang aktif berselancar di dunia maya rentan terpapar radikalisme.
"Survei ini menemukan Indeks Potensi Radikalisme lebih tinggi pada wanita, generasi muda dan mereka yang aktif di internet," ujar Boy.
Atas fenomena itu, BNPT bersama kementerian dan lembaga terkait melakukan upaya pencegahan.
"Melalui patroli siber, takedown dan penegakan hukum," kata Boy.
Sementara itu, untuk Indeks Potensi Radikalisme pada 2022 diklaim BNPT mengalami penurunan, berada di angka 10 persen.
Baca Juga: Klaim BNPT, Indeks Potensi Radikalisme 2022 Turun: Jadi 10 Persen
"Terdapat penurunan Indeks Potensi Radikalisme tahun 2022 sebanyak 2,2 persen, dari 12,2 persen di tahun 2020 menjadi 10 persen," kata Boy di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat.
Lebih lanjut Boy mengungkapkan Indeks Potensi Radikalisme terdiri dari dimensi target dan dimensi supply pelaku.
"Hasil penilaian telah berhasil melampaui target yang ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024," ujarnya.
"Indeks dimensi target di tahun 2022 berada di angka 51,54. Angka ini lebih rendah dari yang ditetapkan RPJMN sebesar 54,26," sambungnya.
Sementara indeks dimensi supply pelaku berada di angka 29,48. Angka itu disebut lebih rendah dari yang ditetapkan RPJMN sebesar 38,00.
"Dalam hal ini, semakin kecil angka indeks maka risiko terorisme menjadi semakin rendah. Indeks tersebut menunjukkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi paham maupun aksi terorisme," kata Boy.
Berita Terkait
-
Klaim BNPT, Indeks Potensi Radikalisme 2022 Turun: Jadi 10 Persen
-
Ruhut 'Sentil' Indonesia Hancur di Tangan Anies sampai Bawa-bawa Radikalisme, NasDem Murka
-
Bukan Lone Wolf, Agus Sujatno Bomber Polsek Astanaanyar Diduga Tak Bekerja Sendirian
-
BNPT Yakin Umar Patek jadi Warga Baik Setelah Bebas: Di Penjara Ajak Napiter Cinta Tanah Air
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU
-
Rais Aam PBNU Kembali Mangkir, Para Kiai Sepuh Khawatir NU Terancam Pecah
-
Puasa Rajab Berapa Hari yang Dianjurkan? Catat Jadwal Berpuasa Lengkap Ayyamul Bidh dan Senin Kamis
-
Doa Buka Puasa Rajab Lengkap dengan Artinya, Jangan Sampai Terlewat!
-
Pedagang Korban Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati Mulai Tempati Kios Sementara
-
Buku "Jokowi's White Paper" Ditelanjangi Polisi: Cuma Asumsi, Bukan Karya Ilmiah
-
Gibran Turun Gunung ke Nias, Minta Jembatan 'Penyelamat' Siswa Segera Dibangun
-
Mensos Salurkan Santunan Rp15 Juta bagi Ahli Waris Korban Bencana di Sibolga
-
Pengamat: Sikap Terbuka Mendagri Tito Tunjukkan Kepedulian di Masa Bencana
-
Anjing Pelacak K-9 Dikerahkan Cari Korban Tertimbun Longsor di Sibolga-Padangsidimpuan