Suara.com - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri tengah merayakan ulang tahunnya yang ke-76 tahun. Seperti apa perjalanan karier dan kehidupan putri Presiden Soekarno yang lahir di Istana tersebut?
Megawati memang menjadi satu-satunya anak presiden yang lahir di Istana.
"Bukan mau menyombongkan diri, dari saya lahir saja sudah disebut anaknya presiden. Itu ada pengumumannya, kan dulu itu presiden aja paduka yang mulia Presiden Republik Indonesia, telah lahir anak perempuan bla bla," ujar Megawati Soekarnoputri saat momen HUT PDIP (10/1/2023).
"Saya itu melihat berpolitik itu mungkin beda ya sama orang karena artinya apa, kembali saya tidak berniat menyombongkan diri ini, karena kalau dilihat anak presiden yang lahir itu di istana itu hanya dari bapak saya lho presiden pertama Republik Indonesia," jelas Megawati.
Menjadi sosok spesial sejak lahir, seperti apa sepak terjang Megawati yang juga merupakan mantan Presiden Republik Indonesia ini?
Megawati lahir dengan nama lengkap Dyah Megawati Setiawati Soekarnoputri. Ia merupakan putri pertama Presiden Soekarno yang lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947.
Megawati memiliki 10 saudara kandung. Ia menikah dengan pilot Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), Surindro Supjarso pada tahun 1968. Namun, di tahun 1970, sang pilot dinyatakan gugur saat bertugas di Papua.
Kemudian, Mega menikah dengan seorang pengusaha asal Mesir yakni Hassan Gamal Abdul Hasan. Namun pernikahan tersebut hanya berlangsung singkat.
Berikutnya, Mega menikah dengan Taufiq Kiemas pada tahun 1973, seorang kawan dari organisasi yang pernah ia ikut ketika masih muda yakni GMNI. Dari pernikahannya tersebut, Mega dikaruniai tiga orang anak yakni Puan Maharani, Mohammad Prananda Prabowo, dan Mohammad Rizki Pratama.
Baca Juga: Tak Pasti Diusung PDIP, Tapi Ganjar Tetap Unggul di Survei, Basis Suaranya Mirip Jokowi
Mega pernah mengenyam pendidikan SMA di SMA Perguruan Cikini (Percik) (1963-1965), lalu melanjutkan ke perguruan tinggi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Jakarta (1970-1972). Saat menjadi mahasiswa, Mega pernah bergabung menjadi anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Perjalanan Karier Megawati
Megawati mengawali kariernya di dunia politik pada tahun 1986 dengan menjabat sebagai Wakil Ketua Cabang Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Jakarta Pusat. Setahun kemudian, pada 1987, Mega menduduki kursi DPR RI. Namanya moncer di kalangan politikus setelah diangkat secara sebagai Ketua Umum PDI saat Kongres Luar Biasa 1993 di Surabaya.
Pada tahun 1996, Mega didepak dari jabatannya sebagai Ketua Umum Kongres Medan dan digantikan oleh Soerjadi. Meski begitu, Mega tidak terima hasil Kongres Medan tersebut.
Selanjutnya, Mega dan pengikutnya menduduki kantor DPP PDI yang berada di Jalan Diponegoro Jakarta. Hingga akhirnya pada 27 Juli 1996 pengikut Soerjadi terlibat bentrok dengan pendukung Mega. Peristiwa tersebut lantas dikenal sebagai 'Kudatuli'.
Pada tahun 1997 Soerjadi kehilangan banyak suara pendukungnya. Sebagian pendukungnya lari ke Partai Persatuan Pembangunan, sedangkan pendukung Mega menjadi lebih banyak. Setelah orde baru runtuh, nama Mega dan PDIP keluar sebagai pemenang dalam Pemilu 1999.
Berita Terkait
-
Tak Pasti Diusung PDIP, Tapi Ganjar Tetap Unggul di Survei, Basis Suaranya Mirip Jokowi
-
Ganjar Rayakan Ulang Tahun Megawati Bareng Ibu Hamil dan Menyusui untuk Entaskan Stunting
-
Ganjar Beri Ucapan Selamat Ulang Tahun untuk Megawati, Malah Dituding 'Jilat' sang Ketum PDIP
-
Gibran Siap Nyagub Jika Dapat Restu, Hasto PDIP: Megawati Masih Fokus Pileg dan Pilpres
-
Megawati Ulang Tahun Ke-76 Hari Ini, Selamat Bu! Semoga Berumur Panjang dan Terus Pimpin PDIP.
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Tak Boleh Kurang, DPRD DKI Wanti-wanti Janji Pramono: Harus Ada 258 Sekolah Swasta Gratis 2026
-
Raja Abdullah II Anugerahkan Prabowo Tanda Kehormatan Bejeweled Grand Cordon Al-Nahda, Ini Maknanya
-
Bawaslu Ungkap Upaya Digitalisasi Pengawasan Pemilu di Tengah Keterbatasan Anggaran
-
Mafindo Ungkap Potensi Tantangan Pemilu 2029, dari AI hingga Isu SARA
-
Bilateral di Istana Merdeka, Prabowo dan Raja Abdullah II Kenang Masa Persahabatan di Yordania
-
August Curhat Kena Serangan Personal Imbas Keputusan KPU soal Dokumen Persyaratan yang Dikecualikan
-
Di Hadapan Prabowo, Raja Yordania Kutuk Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Sebut Serangan Mengerikan
-
Usai Disanksi DKPP, Anggota KPU Curhat Soal Beredarnya Gambar AI Lagi Naik Private Jet
-
Dua Resep Kunci Masa Depan Media Lokal dari BMS 2025: Inovasi Bisnis dan Relevansi Konten
-
Soal Penentuan UMP Jakarta 2026, Pemprov DKI Tunggu Pedoman Kemnaker