Sementara, sebagai anak yang saleh dan taat, Nabi Ismail menurut dan pasrah dengan perintah tersebut. Perlu digarisbawahi, bahwa Nabi Ismail menaati perintah itu dan menunjukkan tidak memberikan ruang pengingkaran atas perintah tersebut. Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi dalam kitabnya Qishashul Anbiya halaman 94 menyebutkan bahwa:
"Ia tidak menjawab, “Duhai ayahku, lakukan apa yang engkau kehendaki”, sehingga Nabi Ismail memperoleh pahala ibadah atas ketaatannya".
Nabi Ismail as tidak menjawab permintaan itu dengan “Terserah Ayah”. Akan tetapi pendapat yang disampaikannya yaitu sikap pelaksanaan atas perintah tersebut. Begitulaj bentuk ketaatan yang ditunjukkan oleh Nabi Ismail as.
Selanjutnya, jamaah sekalian, kita telah melihat bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memakai bahasa yang baik dan tepat dengan orang yang diajak bicara. Nabi Ibrahim memakai kata: "ya bunayya, duhai putraku", untuk menyapa sang putra. Sedangkan Nabi Ismail menggunakan kata: "ya abati, duhai ayahku", untuk menyapa ayahnya.
Syekh Abi Hayyanal-Andalusi (654-754) dalam kitab al-Bahrul Muhith Juz 9, mengungkapkan bahwa pilihan kata yang digunakan oleh Nabi Ibrahim tersebut merupakan wujud rasa sayangnya terhadap anak. Pun dengan Nabi Ismail yang menggunakan sapaan yang menunjukkan penghormatan dan juga pengagungannya terhadap orang tua.
Hal ini juga sejalan dengan hadits Nabi No.1843 yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:
“Bukan termasuk dari golongan kami orang yg tak menyayangi anak kecil dan tak menghormati orang tua (orang dewasa).”
Oleh sebab itu, sudah selayaknya, kita sebagai orang tua memberikan kasih sayang penuh terhadap putra-putri kita dengan sapaan yang lembut. Sehingga memberikan sentuhan kesejukan dan kelembutan di hati anak-anak.
Begitu pula kita sebagai seorang anak, harus sepenuh hati kepada orang tua kita, dengan mendengarkan pembicaraannya, melaksanakan perintahnya, metaati perintahnya, menjawab panggilannya, dan lain sebagainya. Begitulah ilmu komunikasi yang dapat kita petik dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail.
Baca Juga: Bacaan Niat Puasa 2 Hari Jelang Idul Adha: Tarwiyah dan Arafah
Demikian tadi khutbah Idul Adha yang bisa saya sampaikan. Semoga kita semua dapat meneladani sikap keduanya dalam kehidupan berkeluarga dengan menerapkan komunikasi yang baik serta penuh dengan kasih sayang antara orang tua dan anak.
Itulah tadi contoh teks khutbah Idul Adha 2023. Semoga bermanfaat!
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
Terkini
-
Skandal Makan Bergizi Gratis? BGN Stop Operasi Ratusan Dapur, Unggah Foto dan Video Jadi Wajib!
-
Tragis! Pria Tewas Terlindas Truk di Pulogadung, Sempat Terserempet Motor
-
Ciliwung Meluap usai Hujan Deras, 20 RT di Jakarta Terendam Banjir
-
Karen Agustiawan Sebut Pemerintah Lempar Tanggung Jawab ke Pertamina soal Sewa Tangki BBM
-
Cuaca Hari Ini: Jakarta dan Sekitarnya Hujan Hingga Malam Hari
-
Kemenko PMK Kembangkan Sistem Berbasis AI untuk Pantau Layanan Anak Usia Dini
-
Revisi UU Penyiaran Disorot, Ahli: Era Digital Butuh Regulasi Waras dan KPI yang Kuat!
-
Diduga Lakukan Penggelapan Mobil Inventaris Kantor, Eks CEO dan Direktur Perusahaan Dipolisikan
-
Amerika Serikat dan Venezuela Memanas: Kapal Induk Dikerahkan ke Laut Karibia, Ini 5 Faktanya
-
Gempa Magnitudo 6,5 Leeward Island, BMKG: Tidak Ada Potensi Tsunami di Indonesia