Suara.com - Jusuf Kalla (JK) membeberkan jika menjadi seorang ketua umum partai, termasuk Ketum Partai Golkar, membutuhkan modal yang sangat besar, yaitu dana berkisar Rp600 miliar.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Partai Golkar periode 2004-2009 tersebut dalam seminar bertajuk Pemuda untuk Politik beberapa waktu lalu.
"Kalau sekarang Anda menjadi Ketua Golkar, jangan harap kalau Anda tidak punya modal Rp 600 miliar," kata JK.
Pernyataan dari JK ini lantas menimbulkan tanda tanya dari beberapa pihak, salah satunya Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi.
Burhanuddin mempertanyakan apakah pernyataan tersebut dilandasi dari pengalaman pribadi dari JK atau hasil observasinya selama berada di Partai Golkar.
"Pak JK adalah saksi hidup yang pernah menjadi Ketua Umum Partai Golkar setelah mengalahkan Akbar Tanjung di Kongres di Bali 2004," kata Burhanuddin dikutip dari kanal YouTube KOMPASTV pada Selasa (1/8/2023).
"Jadi pertanyaannya adalah apakah ini refleksi dari pernyataan atau pengalaman pribadi Pak JK ketika memenangkan Munas Golkar mengalahkan Pak Akbar Tanjung atau hasil observasi beliau?" imbuhnya.
Ia juga mempersoalkan ke mana aliran dana Rp600 miliar tersebut digunakan oleh partai. Apakah digunakan untuk menggelar kongres atau justru dipakai untuk menyuap para peserta kongres?
"Kalau misalkan kita cek untuk urusan penyelenggaraan teknis, saya kira sewa hotel tidak akan semahal itu, akomodasi bagi peserta kongres atau munas juga tidak semahal itu. Jangan-jangan biaya semahal itu, itu juga diperuntukkan untuk menyuap peserta kongres untuk memilih," duga Burhanuddin.
Baca Juga: JK Samakan Nasib Anies Dengan Donald Trump Saat Pilpres, Pengamat: Hasil Survei Kerap Meleset
Burhanuddin menilai jika perkataan JK itu bisa menimbulkan dampak buruk bagi partainya. "Pernyataan tersebut bisa menjadi iklan yang buruk bagi partai politik kita, terutama buat anak muda yang sedari awal sangat kritis melihat demokratisasi internal di partai," bebernya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
Terkini
-
Dana Bagi Hasil Jakarta dari Pemerintah Pusat Dipangkas Rp15 Triliun, Pramono Siapkan Skema Ini
-
KemenPPPA Dorong Evaluasi Program Makan Bergizi Gratis Pasca Kasus Keracunan
-
BGN Enggan Bicara Sanksi untuk Dapur MBG, Malah Sebut Mereka 'Pejuang Tanah Air'
-
Agus Suparmanto Sah Pimpin PPP, Mahkamah Partai Bantah Dualisme Usai Muktamar X Ancol
-
DPRD DKI Sidak 4 Lahan Parkir Ilegal, Pemprov Kehilangan Potensi Pendapatan Rp70 M per Tahun
-
Patok di Wilayah IUP PT WKM Jadi Perkara Pidana, Pengacara: Itu Dipasang di Belakang Police Line
-
Divonis 16 Tahun! Eks Dirut Asabri Siapkan PK, Singgung Kekeliruan Hakim
-
Eks Dirut PGN Ditahan KPK! Terima Suap SGD 500 Ribu, Sempat Beri 'Uang Perkenalan'
-
Ikutilah PLN Journalist Awards 2025, Apresiasi Bagi Pewarta Penggerak Literasi Energi Nasional
-
Soal Arahan Jokowi Dukung Prabowo-Gibran 2 Periode, Gus Yasin: PPP Selalu Sejalan dengan Pemerintah