Suara.com - Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menilai kebijakan Work From Home atau WFH saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN tidak akan terlalu berpengaruh kurangi kemacetan di Jakarta. Ia pun menyarankan untuk perhelatannya di tempat yang lebih kondusif.
Terlebih lagi, penerapan WFH ini hanya berlaku bagi para Pegawai Negeri Sipil atau PNS Pemprov DKI. Sementara untuk pegawai perusahaan swasta hanya imbauan semata.
Trubus pun menyarankan Pantai Indah Kapuk (PIK) sebagai lokasi untuk pelaksanaan KTT ASEAN di Jakarta.
"Sebenarnya penyelenggaraannya bisa di tempat terpisah, misalnya kayak di pantai indah kapuk. Jadi yang terpisah," ujar Trubus saat dikonfirmasi, Jumat (18/8/2023).
Menurutnya, PIK merupakan kawasan yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan tapi tertata dengan baik. Jika diselenggarakan di PIK, maka pemerintah tak perlu khawatir citra Jakarta akan tercoreng karena kemacetan.
"Kalau venue-nya di pusat kota ya sulit. Macet-macet juga. Karena kan masyarakat ya bermobilitas juga. Untuk cari nafkah gimana? Masa di rumah semua," katanya.
Pemerintah juga hanya perlu melakukan pengaturan untuk pembatasan wilayah dan jalur keluar masuk bagi warga sekitar.
"Jadi bisa ditutup di situ supaya lancar. Nanti warga Pantai Indah Kapuk tinggal dicarikan jalan keluarnya," tuturnya.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal menerapkan sistem bekerja dari rumah alias WFH untuk para Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemprov DKI selama KTT ASEAN. Pengaturannya, sebanyak 75 persen WFH dan 25 persen bekerja dari kantor.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta, Joko Agus Setyono. Ketentuan ini dibuat untuk membantu kelancaran penyelenggaraan KTT ASEAN pada 4-8 September 2023.
"Khusus tanggal 4-8 September 75 persen (WFH) 25 persen (bekerja di kantor)," ujar Joko di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (17/8).
Berita Terkait
-
Anggap WFH PNS saat KTT ASEAN Kebijakan Panik, Pengamat: Biar Jakarta Tak Terlihat Macet dan Berpolusi
-
Heru Budi Klarifikasi, Tak Ada Kebijakan Sekolah Online Demi Kurangi Polusi Udara Jakarta
-
Rapat Bareng Luhut Hingga Ridwan Kamil Soal Penanganan Polusi Udara, Heru Budi Sebut Kementerian akan Terapkan WFH
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Indonesia Sambut Timor Leste, Anggota Paling Bungsu ASEAN
-
Warga Susah Tidur Gegara Suara Musik, Satpol PP Angkut Belasan Speaker Milik PKL di Danau Sunter
-
Makin Ngeri! Terbongkar Modus Baru Peredaran Miras COD: Diantar Pengedar ke Pemesannya
-
Hasto Kristiyanto: Dorong Kebangkitan Ekonomi Maritim dan Desa Wisata Indonesia
-
Bus Rombongan FKK Terguling di Tol Pemalang, 4 Orang Tewas!
-
3 Fakta Kereta Purwojaya Anjlok di Bekasi, Jalur Terblokir Sejumlah KA Terdampak
-
Bukan Cuma Mesin EDC, KPK Kini Juga Bidik Korupsi Alat Pengukur Stok BBM di Kasus Digitalisasi SPBU
-
Kerajaan Thailand Berduka: Ratu Sirikit Meninggal Dunia di Usia 93 Tahun karena Komplikasi Penyakit
-
Tragis! Mulut Asem Mau Nyebat, Pegawai Warkop di Kebon Jeruk Tewas Tersetrum Listrik
-
PDIP Gaungkan Amanat Bung Karno Jelang Sumpah Pemuda: Indonesia Lahir dari Lautan, Bukan Tembok Baja