Ketika membicarakan daftar Presiden Republik Indonesia (RI), masyarakat biasanya hanya menyebut tujuh nama tokoh presiden di Tanah Air. Ketujuh presiden tersebut yaitu Soekarno, Soeharto, B.J Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan juga Joko Widodo. Namun ternyata, Indonesia sejatinya mempunyai dua tokoh lain yang pernah memimpin negara Republik Indonesia.
Mereka adalah Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat. Kedua tokoh tersebut pernah memimpin negara RI pada saat dalam keadaan darurat karena agresi militer Belanda.
1. Sjafruddin Prawiranegara
Melansir dari laman resmi Kementerian Sekretariat Negara RI, Sjafruddin berjasa memimpin Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) dari Bukittinggi, 19 Desember 1948 - 13 Juli 1949. Saat itu Belanda melakukan agresi militer kedua dengan menduduki Ibu Kota Yogyakarta dan menangkap para pemimpin RI, termasuk Soekarno, Hatta, dan separuh anggota kabinet.
Syafruddin ditugaskan untuk membentuk pemerintah darurat dan pada tanggal 1948, Syafruddin mengumumkan didirikannya PDRI. Ia juga menduduki jabatan sebagai pemimpin PDRI sekaligus sebagai Menteri Pertahanan, Penerangan dan Luar Negeri.
Keberadaan pemerintah darurat ini adalah upaya untuk memperlihatkan kepada dunia internasional bahwa pemerintah Indonesia masih memiliki kedaulatan. Atas usaha Pemerintah Darurat, Belanda terpaksa berunding dengan Indonesia, dan perjanjian Roem-Royen mengakhir upaya Belanda.
Soekarno dan kawan-kawan dibebaskan dan juga kembali ke Yogyakarta. Di tanggal 13 Juli 1949, berlangsung sidang antara PDRI dengan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Hatta, serta sejumlah menteri kedua kabinet. Adapun serah terima pengembalian mandat dari PDRI ke Soekarno secara resmi terjadi pada tanggal 14 Juli 1949 di Jakarta.
Kemudian, Sjafruddin menduduki jabatan sebagai Wakil Perdana Menteri RI pada 1949, lalu sebagai Menteri Keuangan antara tahun 1949-1950. Sjafruddin juga pernah menjabat sebagai Presiden Direktur Javasche Bank di tahun 1951 dan pernah juga menjadi Gubernur Bank Sentral Indonesia pertama di tahun 1953.
Jasa Sjafruddin seolah hendak dilupakan sejarah karena keterlibatannya dalam gerakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di tahun 1958. Gerakan tersebut dianggap sebagai pemberontakan dan mengirim tentara untuk meredamnya. Lalu pada Agustus 1958, perlawanan PRRI dinyatakan berakhir.
Baca Juga: Bawa Surat, 5 Fakta Viral Pria Berpeci Tendang Mobil Presiden Jokowi di Binjai
2. Mr. Assaat
Tak hanya Sjafruddin, RI juga ternyata pernah mempunyai presiden sementara setelah dibentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS) yang menjadi hasil perjanjian dari Konferensi Meja Bundar (KMB). Presiden tersebut bernama Mr. Assaat.
Assaat lahir di Sumatera Barat, 18 September 1904 dan mempunyai gelar kebangsawanan Datuk Mudo. Ia pernah melanjutkan pendidikan di bidang hukum ke Belanda di Universitas Leiden dan mendapatkan gelar Mr atau Sarjana Hukum.
Setelah agresi militer selesai, Belanda dan juga Indonesia menandatangani perjanjian KMB di Den Haag tepatnya pada 27 Desember 1949. Perjanjian tersebut berisikan putusan bahwa Belanda menyerahkan kedaulatan kepada RIS yang terdiri dari 16 negara bagian, salah satunya yaitu 27 Desember 1949.
Soekarno sendiri kemudian ditetapkan sebagai Presiden RIS, Hatta saat itu menjadi perdana Menterinya. Soekarno menyerahkan secara resmi kekuasaan pemerintah RI kepada Mr. Assaat sebagai Acting President atau Pemangku Jabatan Presiden RI.
Posisi Mr. Assaat hanya berlangsung selama 9 bulan yakni sejak tanggal 27 Desember 1949 sampai 15 Agustus 1950. Hal tersebut dikarenakan pada 15 Agustus 1950, beberapa bulan setelah dilaksanakannya KMB, RIS melebur menjadi Negara Kesatuan RI.
Berita Terkait
-
Potret Jokowi Ajak Cucu Jalan-jalan ke Mal di Medan, Adek Al yang Baru Ultah Juga Ikut
-
PAN Undang Jokowi di HUT ke-25 Partainya Pekan Depan, Tapi Tak Ajak PDI Perjuangan
-
PKS Tak Masalah Anies Baswedan Umumkan Cawapresnya Last Minute
-
Spesifikasi Mobil Jokowi yang Ditendang Pria di Binjai, Anti Peluru-Tahan Ledakan
-
Waketum Gerindra: Emak-emak, Kalau Ada Manantunya Tidak Dukung Prabowo, Pecat!
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- 4 Sepatu Lari Teknologi Tinggi Rekomendasi Dokter Tirta untuk Kecepatan Maksimal
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
Pilihan
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
-
Seluruh Gubernur Wajib Umumkan Kenaikan UMP 2026 Hari Ini
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
Terkini
-
Pengamat Sorot Gebrakan Mendagri di Sumatra, Dinilai Perkuat Penanganan Bencana
-
Rawat Tradisi Lung Tinulung, HS dan Musisi Jogja Galang Donasi untuk Korban Bencana Sumatera
-
3x24 Jam Berlalu, Gus Yahya Sebut Belum Ada Respons dari Rais Aam Soal Upaya Islah
-
Orang Dekat Prabowo 'Pecah Bintang', Dua Ajudan Setia Kini Sandang Pangkat Jenderal
-
Gunungan Uang Rp6,6 Triliun Dipamerkan di Kejagung, Hasil Denda dan Rampasan Korupsi Kehutanan
-
Lewat BRIN, Bagaimana Indonesia Ikut Menentukan Cara Dunia Baca Ancaman Mikroplastik Laut?
-
Alarm Merah KPK: 60 LHKPN Pejabat Masuk Radar Korupsi, Harta Tak Sesuai Profil
-
Beban Polri di Pundak Prabowo, Pengamat Sebut Warisan 'Dosa' Politik Jokowi yang Merusak
-
BMKG Prediksi Iklim 2026 Akan Normal di Sebagian Besar Wilayah Indonesia, Suhu 2529C
-
Sudirman Said Klarifikasi Soal Pemeriksaan Sebagai Saksi Dugaan Korupsi Petral di Kejagung