Mengapa ini terjadi?
Tenggelamnya Jakarta sedikit demi sedikit menurut Heri merupakan kombinasi dari tiga faktor utama, antara lain kompaksi alamiah, beban infrastruktur dan eksploitasi air tanah. Kompaksi alamiah adalah proses pengurangan lapisan sedimen tanah akibat beban sedimen di atasnya. Sedangkan beban infrastruktur sederhananya ialah beban kepadatan bangunan yang mempengaruhi muka tanah.
“Yang paling besar porsinya eksploitasi air tanah, jadi bagaimana kita me-manage eksploitasi, menghentikan eksploitasi.” kata Heri.
Heri menjelaskan bahwa kehadiran tanggul hanya untuk menghalau banjir rob yang kerap menerjang bibir pesisir Jakarta.Tanggul tersebut tidak bisa menghentikan laju penurunan tanah. Bahkan bukan tidak mungkin tanggul itu juga terus turun seiring dengan amblasnya permukaan tanah Jakarta.
“Mau dibangun tanggul satu meter, bahkan dibangun sampai 3 meter,air laut pasti akan datang lagi. Jadi terpenting intervensi groundwater management,” ujar Heri.
“Tapi apakah (pemerintah DKI Jakarta) bisa memanage air tanah? ini pertanyaan yang sulit dijawab.”
Hingga saat ini baru 65 persen warga di DKI Jakarta yang didukung dari air permukaan melalui pipanisasi. Bahkan, Heri menyebut secara riil di lapangan hanya berkisar 50 persen. Sementara 50 persen sisanya ditopang oleh air tanah.
“Artinya kalau dihentikan kita kurang 50 persen air. Sedangkan air itu kebutuhan sehari hari tidak mungkin itu hilang kita baik baik saja,” ujar Heri.
Potensi masalah lain yang juga mungkin lantaran dari total air permukaan yang ada di Jakarta saat ini, hanya 20 persen yang bersumber dari Jakarta. Sedangkan 80 persen lainnya dari Jawa Barat, dan Banten. Jika suplai air dari daerah tersebut dihentikan, artinya Jakarta hanya memiliki 20 persen total air permukaan.
Baca Juga: Anak Buah Erick Thohir Ditangkap Karena Memiliki Senjata Api Ilegal
“Dengan situasi seperti ini, anak-anak berpotensi kekurangan air di masa dewasa. Kelak di masa remaja. air tanah akan habis karena ireversibel, atau sulit digantikan,” kata Heri
“Ketika air permukaan tercemar dan tidak bisa digunakan, air tanah dieksploitasi maksimal dan maka akan habis. Maka anak - anak kita akan menderita 10 hingga 20 tahun ke depan dari sekarang.”
Adakah harapan untuk kita?
Demi mengatasi dampak perubahan iklim, jelas Pinta, perlu pendekatan komprehensif untuk menyelesaikan akar penyebab perubahan iklim, yaitu mengurangi emisi gas rumah kaca. Selain itu penting pula memberikan dukungan dan sumber daya untuk membantu anak-anak dan keluarga beradaptasi terhadap dampaknya.
Pinta menjelaskan, bahwa penting memastikan anak memiliki akses terhadap layanan utama yang mereka butuhkan. Demi mencapainya perlu investasi pada pendidikan, kesehatan, dan layanan air, sanitasi dan kebersihan yang cerdas iklim dan tahan bencana, sehingga anak-anak dapat mengakses layanan tersebut meskipun ada guncangan yang mereka hadapi.
Kemudian, perlu ada sistem perlindungan anak dan perlindungan sosial yang responsif terhadap perubahan iklim. Selain itu juga perlu pemahaman tentang apa yang diharapkan dan bagaimana melakukan penyesuaian jika diperlukan, menetapkan dan memanfaatkan sistem peringatan dini, manajemen risiko, dan kesiapsiagaan bencana yang kuat;
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Dolar Diramal Tembus Rp20.000, Ekonom Blak-blakan Kritik Kebijakan 'Bakar Uang' Menkeu
-
'Spill' Sikap NasDem: Swasembada Pangan Harga Mati, Siap Kawal dari Parlemen
-
Rocky Gerung 'Spill' Agenda Tersembunyi di Balik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir
-
Kriminalisasi Masyarakat Adat Penentang Tambang Ilegal PT Position, Jatam Ajukan Amicus Curiae
-
Drama PPP Belum Usai: Jateng Tolak SK Mardiono, 'Spill' Fakta Sebenarnya di Muktamar X
-
Horor MBG Terulang Lagi! Dinas KPKP Bongkar 'Dosa' Dapur Umum: SOP Diabaikan!
-
Jalani Kebijakan 'Koplaknomics', Ekonom Prediksi Indonesia Hadapi Ancaman Resesi dan Gejolak Sosial
-
Mensos Gus Ipul Bebas Tugaskan Staf Ahli yang Jadi Tersangka Korupsi Bansos di KPK
-
Detik-detik Bus DAMRI Ludes Terbakar di Tol Cikampek, Semua Penumpang Selamat
-
Titik Didih Krisis Puncak! Penutupan Belasan Tempat Wisata KLH Picu PHK Massal, Mulyadi Geram