Suara.com - Belakangan ini seniman Butet Kartaredjasa menjadi sorotan publik. Lantaran ia mengaku mengalami intimidasi yang diduga dilakukan oleh aparat kepolisian. Dugaan adanya intimidasi itu kabarnya dialami oleh Butet saat menggelar acara teater berjudul "Musuh Bebuyutan" di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jumat (1/12/2023) lalu.
Namun, Polda Metro Jaya telah menyangkal adanya intimidasi yang ditudingkan oleh Butet. Selain itu, penyelenggara pentas teater, PT Kayan Production juga turut membantah jika ada intimidasi yang dilakukan kepolisian saat acara teater yang dilakoni Butet digelar di TIM.
Adanya bantahan yang disampaikan polisi dan penyelenggara pentas, Butet diminta tidak melakukan provokasi terkait tudingan yang disebarkan ke publik.
Seperti yang diketahui, kontroversi Butet di dunia politik tak hanya sekali dilakukan. Ada beberapa tindakannya yang kerap dianggap melakukan provokasi. Berikut ulasannya.
Butet Dianggap Menyindir Anies dan Prabowo Lewat Pantun
Dalam perayaan puncak Bulan Bung Karno pada Sabtu (24/6/2023) lalu, Butet menyampaikan pantun yang menyebut adanya calon presiden pandir dan si hobi culik.
"Di sini menyebutnya banjir, di sana menyebutnya air yang parkir. Begitulah kalau otaknya pandir," demikian bunyi salah satu pantun yang disampaikan Butet.
Butet kemudian membacakan pantun soal adanya sosok yang diincar oleh KPK karena nyolong, namun malah koar-koar mau dijegal.
"Pepes ikan dengan sambel terong, semakin nikmat tambah daging empal. Orangnya diteropong KPK karena nyolong, eh lha, kok koar-koar mau dijegal," ucap Butet.
Baca Juga: Profil dan Agama Butet Kartaredjasa, Seniman yang Diintimidasi Polisi?
Bahkan, Butet menyebut jika hati seluruh rakyat Indonesia akan sedih kalau dipimpin presiden yang hobinya menculik.
"Hati seluruh rakyat Indonesia pasti akan sedih, jika kelak ada presiden hobinya kok menculik," kata dia.
Butet Harusnya Belajar dari Lekra
Kejadian pembacaan puisi dan pantun yang dinilai menyindiri dua bakal capres kala itu, pun membuat Butet mendapat banyak perhatian dari para pengamat politik. Salah satunya Analis Komunikasi Politik dari Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting.
Menurutnya, puisi atau pantun yang dibacakan seniman Butet mengarah pada propaganda politik dan mengingatkan publik kepada gaya seniman Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) di tahun 1960-an.
Sekamat Ginting mengatakan seharusnya pengalaman Lekra bisa menjadi pembelajaran bagi para seniman saat ini untuk bisa memisahkan karya seni dan politik. Namun, juga bukan melarang seniman turut aktif dalam berpolitik.
"Boleh-boleh saja seniman aktif berpolitik dan masuk ke partai politik. Karena itu hak warga negara. Namun, harus punya kesantunan politik agar pesan karya seninya tetap tersampaikan," kata Ginting.
Mengenal Lekra
Lekra didirikan pada 17 Agustus 1950. Ditandai dengan deklarasi seniman Lekra tentang bagaimana bertindak dalam bidang kesenian. Beberapa tokoh yang menonjol dari Lekra yakni Njoto, Pramoedya Ananta Toer, Affandi, Soedjojono.
Lekra memakai prinsip 'politik sebagai panglima' sebagai dasar penciptaan karya seni karena menganggap revolusi di Indonesia belum tuntas. Aliran kesusasteraan realisme sosialis pun menjadi dominan di Lekra. Aliran itu dianggap menggambarkan realita masyarakat.
Prinsip itu lah yang menarik empati Soekarno yang kala itu sedang menggaungkan Manifesto Politik dan Undang-undang dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi terpimpin, dan Kepribadian Indonesia (Manipol Usdek).
Lekra juga pernah membuat kehebohan dengan membuat propaganda usai peristiwa G30S/PKI 1965, hal itu pun harus membuat Presiden Soekarno turung tangan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
-
Kunker Dihapus, Pensiun Jalan Terus: Cek Skema Lengkap Pendapatan Anggota DPR Terbaru!
Terkini
-
Sekarang 'Cuma' Dapat Rp65,5 Juta Per Bulan, Berapa Perbandingan Gaji DPR yang Dulu?
-
SBY: Seni Bukan Hanya Indah, Tapi 'Senjata' Perdamaian dan Masa Depan Lebih Baik
-
Hartanya Lenyap Rp 94 Triliun? Siapa Sebenarnya 'Raja Kretek' di Balik Gudang Garam
-
3 Fakta Viral Lutung Jawa Dikasih Napas Buatan Petugas Damkar, Tewas Tersengat Listrik di Sukabumi!
-
Bos Gudang Garam Orang Kaya Nomor Berapa di Indonesia versi Forbes? Isu PHK Massal Viral
-
UU Perlindungan Anak Jadi Senjata Polisi Penjarakan Delpedro Marhaen, TAUD: Kriminalisasi Aktivis!
-
Akhirnya Terjawab! Inilah Penyebab SPBU Swasta Kehabisan BBM, Sementara Pertamina Aman
-
Pasca-Gelombang Demo Panas, Sekjen Golkar Ingatkan Kader: Harus Prorakyat hingga Proaktif
-
Sopir Transjakarta Meleng hingga Seruduk Toko di Jalan Minangkabau Jaksel, Begini Kronologinya!
-
Tragis! Balita Dibunuh Ayah Tiri, Dianiaya hingga Kejang-kejang usai Ditinggal Ibunya Ngecas HP