Suara.com - Iran melakukan serangan militer ke Israel akhir pekan ini dengan gunakan pesawat tanpa awak alias drone. Iran meluncurkan drone yang memiliki nama Shahed 136.
Menurut pejabat militer Israel seperti dikutip dari The News Arab, Iran telah meluncurkan 200 drone. Shahed 136 disebut memiliki jangkauan terbang mencapai 2000 km, namun menurut ahli militer Amerika Serikat, jangkauannya hanya ratusan kilometer.
Selam invasi Rusia ke Ukraian, drone ini digunakan oleh negara Vladimir Putin tersebut. Pihak Rusia menyebut drone milik Iran itu dengan sebutan Geranium-2. Pada 2023, Rusia mulai menngembangkan versi drone buatan mereka.
Baca juga:
Dikutip dari laporan Sebastian Roblin di 19fortyfive.com, rudal milik Iran ini memiliki ketinggian terbang mencapai 60 hingga 4000 meter dengan kecepatan jelajah sekitar 150-170 km/jam.
Pesawat nirawak ini juga memiliki mesin 2-tak Mado MD 550, jenis mesin ini sempat diulas tuntas oleh salah satu media The Jerusalem Post pada 2022.
Pada artikel berjudul 'Iranian drone engines in the spotlight as Herzog visits US - analysis' disebutkan bahwa pada 2021 pihak Amerika Serikat menerbitkan laporan mengenai spesifikasi drone milik Iran tersebut.
Disebutkan bahwa Drone Shahed 136 memiliki mesin empat silinder Mado MD550, "Yang merupakan salinan dari mesin produksi Jerman, Limbach L550e serta menggunakan suku cadang dan rakitan dari Tiongkok," papar media Israel tersebut.
Masih dari sumber yang sama disebutkan bahwa pihak IRGC memproduksi drone tersebut bersama dengan perusahaan swasta bernama Oje Parvaz Mado Nafar Co yang pada Oktober 2021 mendapat sanksi dari Amerika Serikat.
Baca Juga: Jatuhkan Drone Iran, Ini Sejarah Hubungan Yordania dan Israel
"Departemen Keuangan AS pada Oktober 2021 memberikan sanksi kepada perusahaan tersebut dan direkturnya karena pengadaan mesin dan suku cadang untuk industri militer dan drone Iran," ulas The Jerusalem Post.
Pakar drone yang juga reporter di Rolling Stone, Adam Rawnsley mengatakan bahwa saat awal diperkenalkan oleh CEO Mado, Yousef Aboutaleni di Damaskus, Suriah, drone Iran ini dianggap menjiplak milik produk Amerika Serikat dan sekutunya.
"Anda bisa melihat produk mesin Mado dan akan menemukan kemiripan. Mereka (Iran) jelas-jelas meniru mesin drone model Barat," sebut Rawnsley.
Mesin empat tak dua slinder sudah diproduksi di Jerman sejak akhir 1980-an dan menurut Rawnsley, pihak Mado berupaya untuk merakayasa mesinnya untuk kepentingan teknologi militer, utamnya untuk rudal dan drone.
Yang tak kalah menarik, masih mengutip dari laporan Adam Rawnsley , pihak Mado juga diduga membuat perusahaan cangkang yang beroperasi di Cina untuk pembuatan drone ini.
"Perusahaan mesin drone Iran mendirikan perusahaan di Hongkong dan Cina Daratan dan CEO Mado (Yousef Aboutaleni) banyak menghabiskan waktu di Beijing. Perusahaan di Cina itu membuat mesin yang sangat mirip dengan perusahaan Iran. Salah satunya muncul dalam serangan terhadap pada Arab Saudi apda 2019," jelas Rawnsley.
Berita Terkait
-
Unicef: Setiap 10 Menit, Satu Anak Terbunuh di Gaza
-
Arab Saudi Ikut Bagikan Informasi ke AS Dan Tangkis Rudal Iran ke Israel?
-
Pengamat Timur Tengah Sebut Israel Menderita Usai Diserbu Iran: 67 Persen Anggaran Militer Bulanan Mereka Habis
-
Pentingnya Selat Hormuz: Peluang Kemandirian Produksi Minyak atau Gangguan Ekonomi?
-
Tegas, Menlu Retno Soal Normalisasi Hubungan Indonesia-Israel: Posisi Kita Tetap No!
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Survei: Mayoritas Ojol di Jabodetabek Pilih Potongan 20 Persen Asal Orderan Banyak!
-
Sambut Putusan MK, Kubu Mariyo: Kemenangan Ini Milik Seluruh Rakyat Papua!
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU