Suara.com - Pengidap penyakit celiac, atau penyakit autoimun yang mempengaruhi usus kecil, angkanya ternyata makin meningkat di Indonesia. Hal tersebut berdasarkam temuan studi dari Fakuktas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) bersama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Penyakit celiac sendiri bisa dipicu akibat konsumsi makanan yang mengandung gluten, seperti roti, gandum, pasta, dan mie instan secara berlebihan.
Penyakit tersebut dicatat banyak banyak terjadi pada individu dengan kerentanan genetik.
Dalam beberapa dekade terakhir, prevalensi atau angka kejadian penyakit ini meningkat secara global dari 0,03% menjadi 0,7% pada populasi.
Akan tetapi, data mengenai prevalensi penyakit celiac di Asia Pasifik, khususnya Indonesia, masih sangat terbatas.
Namun, dari studi terbaru yang dipimpin oleh Dekan FKUI Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD, terungkap data penting tentang prevalensi penyakit celiac pada pasien berisiko tinggi dengan gangguan gastrointestinal fungsional atau irritable bowel syndrome (IBS) di Indonesia.
"Penyakit celiac, yang sebelumnya dianggap jarang, kini menunjukkan angka prevalensi yang signifikan di kalangan populasi berisiko tinggi," ungkap prof Ari dalam keterangan tertulis yang diterima Suara.com, Rabu (10/7/2024).
Populasi berisiko tinggi yang dimaksud merupakan pasien yang juga mengidap diabetes melitus tipe 1, penyakit tiroid autoimun, peningkatan enzim hati tanpa sebab yang jelas, gejala gangguan penyerapan makanan dengan diare kronik, atau anemia kekurangan besi.
Hasil penelitian dari FKUI-RSCM itu menunjukkan bahwa 8 dari 283 pasien yang jadi koresponden (2,83 persen) secara serologis terkonfirmasi mengidap penyakit celiac.
Baca Juga: Suplemen dan Vitamin, Amankah Dikonsumsi Oleh Penderita Autoimun?
Analisis bivariat mengungkapkan bahwa variabel usia 40-60 tahun, keluhan sulit BAB, dan riwayat penyakit autoimun memiliki hubungan signifikan (p < 0,05) dengan penyakit celiac.
Namun, pada analisis multivariat, hanya riwayat penyakit autoimun yang tetap menunjukkan hubungan signifikan (p < 0,05) dengan penyakit ini.
Sehingga dapat ditafsirkan berdasarkan hasil ini bahwa pasien-pasien IBS yang memiliki karakteristik usia 40-60 tahun, keluhan sulit BAB, dan terutama riwayat penyakit autoimun sebelumnya perlu lebih waspada kemungkinan memiliki penyakit celiac.
"Meskipun prevalensi secara keseluruhan tampak rendah, namun angka 2,83 persen pada populasi berisiko tinggi di RSCM tergolong tinggi jika dibandingkan dengan studi serupa sebelumnya yang menunjukkan angka 0,61 persen. Hal ini memperlihatkan perlunya perhatian lebih dalam deteksi dini dan diagnosis penyakit celiac," pesan Prof. Ari.
Penelitian karya anak bangsa itu telah dipublikasikan di Jurnal PLoS ONE dengan judul 'Prevalence and factors associated with celiac disease in high-risk patients with functional gastrointestinal disorders' pada Juni 2024.
Pasien dengan diagnosis sindrom usus iritabel (IBS) dipilih sebagai objek penelitian karena memiliki gejala yang mirip dengan pasien yang sudah diketahui terdiagnosis penyakit celiac.
Pasien-pasien itu dipilih berdasarkan kriteria risiko tinggi dan memberikan persetujuan tertulis untuk berpartisipasi dalam studi tersebut.
Mereka diminta untuk mengisi kuesioner terkait penyakit celiac, kemudian dilakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan serologis dengan metode ELISA untuk mendeteksi antibodi IgA anti-transglutaminase jaringan (anti-TTG) dan IgG anti-peptida deaminasi gliadin (anti-DGP) sebagai pemeriksaan penunjang untuk penyakit celiac.
Berita Terkait
Terpopuler
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
- 5 Fakta Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Publik Penasaran!
- Profil Komjen Suyudi Ario Seto, Calon Pengganti Kapolri Listyo Sigit Prabowo?
Pilihan
-
Perang Tahta Sneakers Putih: Duel Abadi Adidas Superstar vs Stan Smith. Siapa Rajanya?
-
Viral Taiwan Resmi Larang Indomie Soto Banjar Usai Temukan Kandungan Berbahaya
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
Terkini
-
Skandal Korupsi Haji Rp1 Triliun, Kapan KPK Umumkan Tersangka Agar Tak Rusak Reputasi NU?
-
Menteri dan Anggota DPR Malaysia Terima Surat Ancaman, Pelaku Minta Tebusan 100.000 Dolar AS
-
Gus Yaqut Terima Aliran Dana Korupsi Haji Rp1 Triliun Lewat Perantara?
-
Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
-
Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
-
Pemda NTB Diminta Segera Pulihkan Kondisi dan Aktifkan Siskamling oleh Wamendagri
-
Roy Suryo Bawa 'Jokowis White Paper' ke DPR, Ijazah SMA Gibran Disebut 'Dagelan Srimulat'
-
Laskar Cinta Jokowi Sebut Pergantian Kapolri Listyo Bisa Jadi Bumerang, Said Didu: Makin Jelas
-
TNI Nyatakan Terbuka Bekerja Sama dengan Tim Investigasi Kerusuhan Agustus
-
Gempar Ciracas! Mahasiswi Ditemukan Tewas Mengenaskan di Indekos, Terduga Pelaku Masih Bawah Umur