Suara.com - Eks anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Dedi Safrizal divonis pidana nihil dalam kasus korupsi beasiswa dengan kerugian negara Rp1,3 miliar. Putusan sidang kasus korupsi yang menjerat Dedi Safrizal digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Banda Aceh di Banda Aceh, Selasa (6/8/2024).
"Menyatakan terdakwa Dedi Safrizal terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi beasiswa. Menghukum terdakwa dengan pidana nihil," kata Ketua Majelis Hakim Zulfikar yang didampingi dua hakim anggota; Ani Hartati dan Anda Ariansyah.
Dalam putusannya di sidang, alasan hakim menjatuhkan pidana nihil kepada Dedi Safrizal karena terdakwa saat ini sedang menjalani hukuman 20 tahun penjara dalam kasus narkotika.
Menurut majelis hakim, dalam KUHP disebut seseorang tidak boleh dihukum melebihi 20 tahun penjara. Oleh karena terdakwa Dedi Safrizal saat ini menjalani hukuman 20 tahun penjara dalam perkara narkotika, maka majelis hakim menjatuhkan vonis nihil.
Selain pidana nihil, majelis hakim menghukum terdakwa Dedi Safrizal membayar denda Rp300 juta subsider tiga bulan penjara. Serta membayar uang pengganti kerugian negara Rp1,3 miliar dengan ketentuan apabila tidak membayar, maka dihukum empat tahun penjara.
"Menyatakan terdakwa Dedi Safrizal terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi melanggar Pasal 2 jo Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi juncto Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP," ucap hakim.
Bersamaan dengan sidang vonis Dedi Safrizal, majelis hakim juga memvonis Suhaimi, terdakwa lainnya dalam perkara yang sama dengan hukuman tiga tahun penjara.
Selain pidana penjara, majelis hakim juga menghukum terdakwa Suhaimi membayar denda Rp50 juta subsider satu bulan penjara. Serta membayar uang pengganti kerugian negara Rp35 juta dengan ketentuan jika tidak membayar maka dipidana tiga bulan penjara.
Majelis hakim menyatakan terdakwa Suhaimi bersalah melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP.
Baca Juga: Lawan Vonis Ringan SYL Dkk, Jaksa KPK Setor Memori Banding ke PN Jakpus
Berdasarkan fakta hukum di persidangan, kata majelis hakim, terdakwa Dedi Safrizal mengajukan anggaran beasiswa untuk 208 mahasiswa berbagai jenjang pendidikan, baik dalam dan luar negeri melalui pokok pikirannya sebagai anggota DPRA pada tahun anggaran 2017. Dana beasiswa mencapai Rp4,58 miliar ditempatkan di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Aceh.
Selanjutnya, terdakwa Suhaimi membuatnya proposal anggaran beasiswa tersebut. Terdakwa Suhaimi juga menjadi koordinator dan mengumpulkan para penerima beasiswa tersebut.
Setelah anggaran dicairkan, terdakwa Suhaimi memotong beasiswa dari penerima berkisar Rp5 hingga Rp62 juta. Selanjutnya, uang yang dipotong tersebut diserahkan kepada terdakwa Dedi Safrizal untuk membayar utang," kata majelis hakim.
Vonis majelis hakim tersebut lebih ringan dari tuntutan JPU. Pada persidangan sebelumnya, JPU menuntut terdakwa Dedi Safrizal dengan hukuman tujuh tahun penjara.
Serta membayar denda Rp300 juta subsider tiga bulan penjara dan membayar uang pengganti kerugian negara Rp2,46 miliar. Apabila terdakwa tidak membayar, maka dipidana empat tahun penjara.
Sedangkan terdakwa Suhaimi, JPU menuntut dengan hukuman empat tahun enam bulan penjara. Serta denda Rp300 juta subsidair tiga bulan penjara.
Tag
Berita Terkait
-
Lawan Vonis Ringan SYL Dkk, Jaksa KPK Setor Memori Banding ke PN Jakpus
-
Divonis Ringan Kasus Korupsi Pesawat, Dirut Garuda Emirsyah Satar Cuma Dihukum 5 Tahun Bui
-
Gak Ada Otak! Divonis Ringan, Terdakwa Penilap Duit Jemaah Umrah Asyik Joget-joget Ledek Para Korban
-
Desak Hakim Kasus Ronald Tannur Dipolisikan, Sahroni Curiga Ada 'Hengki Pengki': Nalar Otak Mana yang Dipakai?
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Gaduh Internal Gerindra, Ini 4 Alasan Kader Daerah Tolak Keras Budi Arie
-
TB Hasanuddin: Larangan Polisi Duduki Jabatan Sipil Sudah Jelas, Tapi Pemerintah Tak Pernah Jalankan
-
Status Firli Bahuri Jadi 'Senjata', Keyakinan Roy Suryo Cs Tak Ditahan di Kasus Ijazah Jokowi
-
Polda Metro Jaya Jamin Profesionalisme, Ungkap Alasan Roy Suryo Cs Tak Ditahan Usai Diperiksa 9 Jam
-
BPJS Ketenagakerjaan Gelar Diskusi Panel: Perkuat Transparansi Pengelolaan Dana Jaminan Sosial
-
Prabowo Dengar, Alasan Kader Gerindra Menjerit Tolak Budi Arie
-
Yusril Beberkan Rencana 'Pemutihan' Nama Baik Napi, Ini Beda Rehabilitasi dan Hapus Pidana
-
Transjakarta Belum Bisa PHK Karyawan Terduga Pelaku Pelecehan, Tunggu Bukti Baru
-
Geledah Dinas Pendidikan Riau, KPK Cari Jejak Bukti Korupsi di Balik Kasus Pemerasan Gubernur
-
5 Fakta Mahasiswi Universitas Unpak Bogor: Surat Pilu Ditemukan, 'Maaf Ayah, Ibu, Mental Ira Hancur'