Suara.com - Hasil Pilpres 2024 Venezuela saat ini tengah menimbulkan kegaduhan. Bahkan, dari pemimpin oposisi menolak tegas hasil yang menyatakan Nicolas Maduro menjadi pemenangnya.
Kali ini muncul isu bahwa Amerika Serikat menawarkan perpanjangan amnesti kepada Presiden Venezuela Nicolas Maduro tersebut, sebagai upaya membuatnya mundur dari kekuasaan di tengah kekacauan politik.
Hal itu nampaknya dibantah tegas Pemerintah Amerika Serikat. Menurut keterangan yang diterima wartawan, juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengaku bahwa AS tidak ada perbincangan soal itu.
“Sejak pemilu 28 Juli, kami belum memberikan tawaran amnesti khusus kepada Maduro atau pihak lain,” katanya.
“Yang bisa saya sampaikan adalah, sejak pemilu, kami belum memberikan tawaran seperti itu.” sambungnya.
Bantahan tersebut dikeluarkan menyusul laporan harian Wall Street Journal pada Minggu yang mengatakan pemerintahan Biden melakukan pembicaraan rahasia agar Maduro melepaskan kekuasaannya yang disebut sebagai “tawaran jangka panjang” yang mencakup melindungi presiden Venezuela dan para pejabat seniornya dari penuntutan, dan menjamin bahwa Washington tidak akan meminta ekstradisi mereka.
Namun Jean-Pierre tidak menjelaskan apakah tawaran tersebut diberikan menjelang pemilu 28 Juli.
Dewan Pemilihan Nasional Venezuela mengumumkan pada 29 Juli bahwa Presiden Nicolas Maduro telah mendapatkan masa jabatan ketiga dengan perolehan suara 51,2 persen, hasil yang ditolak oposisi, yang menyatakan bahwa hasil pemilu tersebut palsu.
Atas penolakan tersebut, pemimpin oposisi Maria Corina Machado mengajak warga berpartisipasi dalam protes massal pada 17 Agustus untuk menentang hasil pemilu.
Baca Juga: Sambaran Petir Dahsyat Tewaskan 6 Orang di China, Cuaca Ekstrem Masih Mengancam
Jean-Pierre mengatakan bahwa lebih dari 80 persen lembar penghitungan suara yang diterbitkan kelompok masyarakat sipil menguatkan klaim adanya penipuan "dan karena itu kami pikir Maduro harus mengakuinya."
Sementara itu, Departemen Pertahanan pada Maret 2020 mengumumkan dakwaan terhadap Maduro dan 14 pejabat senior pemerintahannya atas berbagai tuduhan, termasuk tuduhan bahwa Maduro bekerja sama dengan pemberontak FARC untuk "membanjiri" AS dengan kokain. [Antara].
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Sepatu Adidas Diskon 60 Persen di Sports Station, Ada Adidas Stan Smith
- Kronologi Lengkap Petugas KAI Diduga Dipecat Gara-Gara Tumbler Penumpang Hilang
- 5 Moisturizer dengan Alpha Arbutin untuk Memudarkan Flek Hitam, Cocok Dipakai Usia 40-an
- 15 Merek Ban Mobil Terbaik 2025 Sesuai Kategori Dompet Karyawan hingga Pejabat
- 10 Mobil Terbaik untuk Pemula yang Paling Irit dan Mudah Dikendalikan
Pilihan
-
KGPH Mangkubumi Akui Minta Maaf ke Tedjowulan Soal Pengukuhan PB XIV Sebelum 40 Hari
-
Haruskan Kasus Tumbler Hilang Berakhir dengan Pemecatan Pegawai?
-
BRI Sabet Penghargaan Bergengsi di BI Awards 2025
-
Viral Tumbler Tuku di Jagat Maya, Berapa Sebenarnya Harganya? Ini Daftar Lengkapnya
-
Tidak Ada Nasi di Rumah, Ibu di Makassar Mau Lempar Anak ke Kanal
Terkini
-
Prabowo Jawab Desakan Status Bencana Nasional: Kita Monitor Terus, Bantuan Tak Akan Putus
-
Rajiv Desak Polisi Bongkar Dalang Perusakan Kebun Teh Pangalengan: Jangan Cuma Pelaku Lapangan
-
KPK Akui Lakukan Eksekusi Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi Sesaat Sebelum Dibebaskan
-
Dongkrak Pengembangan UMKM, Kebijakan Memakai Sarung Batik di Pemprov Jateng Menuai Apresiasi
-
Gerak Cepat Athari Gauthi Ardi Terobos Banjir Sumbar, Ribuan Bantuan Disiapkan
-
Prabowo Murka Lihat Siswa Seberangi Sungai, Bentuk Satgas Darurat dan Colek Menkeu
-
Krisis Air Bersih di Pesisir Jakarta, Benarkah Pipa PAM Jaya Jadi Solusi?
-
Panas Kisruh Elite PBNU, Benarkah Soal Bohir Tambang?
-
Gus Ipul Bantah Siap Jadi Plh Ketum PBNU, Sebut Banyak yang Lebih Layak
-
Khawatir NU Terpecah: Ini Seruan dari Nahdliyin Akar Rumput untuk PBNU