Suara.com - Peran Soeharto dalam Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S PKI) masih menjadi teka-teki hingga saat ini. Hal itu salah satunya dilatarbelakangi karena Soeharto tidak diculik saat peristiwa berdarah ini. Lalu benarkah Soeharto terlibat G30S PKI?
Kala itu para petinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) diculik dari kediaman mereka dan dibunuh secara kejam oleh sekelompok orang berseragam Cakrabhirawa, pasukan pengawal presiden di masa itu. Sebagaimana diketahui, dalam tragedi ini ,sebanyak 10 orang perwira tewas mengenaskan.
Tentunya posisi Soeharto kala itu, seharusnya jadi salah satu sasaran utama dari serangan keji itu. Akan tetapi, nyatanya tidak terjadi apapun pada Soeharto hingga ia diangkat jadi presiden RI yang ke-2.
Mengutip berbagai sumber, tepat sehari sebelum tragedi berdarah itu terjadi, Soeharto disebut sudah mengetahui operasi G30S PKI dari Kolonel Abdul Latief dan anak buahnya di Yogyakarta bernama Subagiyo. Akan tetapi, ternyata saat kejadian berlangsung, nama Soeharto tidak pernah terdaftar dalam target pembunuhan PKI.
Kolonel Latief menyebut alasan tidak ditargetnya sosok Soeharto lantaran dirinya dinilai sebagai sosok yang loyalis Bung Karno. Meski demikian, dalam wawancaranya dengan media Jerman, Der Spiegel, pada 19 Juni 1970 silam, Soeharto mengaku ketika kejadian G30S PKI berlangsung, dia sedang menjenguk sang anak Tommy Soeharto di salah satu rumah sakit. Oleh karena itu, Soeharto lolos dalam penculikan Peristiwa G30S PKI yang menargetkan nyawa para Jenderal TNI Indonesia.
Peristiwa G30S PKI jadi awal mula runtuhnya Orde Lama di bawah kepemimpinan Soekarno dan mulainya Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto. Berdasarkan surat perintah tertanggal 11 Maret 1966 yang diteken oleh Soekarno, Soeharto diberi tanggung jawab untuk mengambil alih kendali negara.
Secara perlahan posisi Soekarno pun tergantikan hingga mencapai puncak saat Soeharto dilantik jadi Presiden RI lewat sidang istimwa MPRS pada tanggal 12 Maret 1967 silam. Soeharto kemudian ditetapkan sebagai Presiden secara resmi melalui Sidang Umum MPR pada 28 Maret 1968 yang dipimpin oleh AH Nasution.
Terkait tidak terdaftarnya Soeharto sebagai target PKI sampai saat ini memang masih kontroversial. Menjabat sebagai pangkostrad, Soeharto membawahi pasukan yang disebut ”layak” untuk dilenyapkan PKI. Sebab saat itu PKI berkeinginan memastikan kekuasannya atas TNI, khususnya kelompok TNI AD. Namun hal tersebut tidak pernah tercapai.
Kejadian ini lantas menimbukan munculnya teori keterlibatan Soeharto dalam G30S PKI. Teori ini lantas dikuatkan melalui fakta kedekatan Soeharto dengan Letkol Untung, komandan G30S PKI. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Soeharto juga disebut telah mendapat informasi tentang rencana kudeta PKI dari Koloonel Latief, tokoh PKI. Namun disebutkan jika Soeharto tidak merespons dan terkesan membiarkannya.
Baca Juga: Kenapa G30S PKI Bisa Terjadi? Begini Sejarahnya
Bahkan, kala itu Kolonel Latief membuat kesaksian di Mahkamah Militer yang kemudian sering dijadikan sebagai bahan rujukan pengamat dan peneliti sejarah tehtang lolosnya Soeharto dari target PKI.
Meski belum diketahui Soeharto terlibat G30S PKI atau tidak, namun dalang utama di balik penculikan, pembunuhan dan peristiwa G30S PKI tak lain adalah Kolonel Abdul Latief (Komandan Garnisun Kodam Jaya), Letkol Untung (Komandan Batalion Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa), dan juga Mayor Sujono (Komandan Resimen Pasukan Pertahanan Pangkalan di Halim).
Demikian tadi informasi terkait benarkah Soeharto terlibat G30S PKI.
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Harga Emas Antam Tembus Paling Mahal Hari Ini, Jadi Rp 2.115.000 per Gram
-
Ustaz Khalid Basalamah Terseret Korupsi Kuota Haji: Uang yang Dikembalikan Sitaan atau Sukarela?
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
Terkini
-
Terpecah! Komunitas URC Jaksel Ogah Ikut Demo Hari Ini: Mereka Bukan Ojol Sejati
-
Demo 17 September: Massa Ojol dan Mahasiswa Kepung DPR, Tuntut Menhub Dudy Dicopot!
-
Ojol Bakal Demo di Tiga Titik Hari Ini, Masyarakat Diminta Cari Transportasi Lain
-
Turunkan Ribuan Pasukan, Polisi Larang Massa Ojol Bakar Ban hingga Tutup Jalan Selama Demo!
-
Capai Ribuan Orang, Ini Rute Konvoi Demo Ojol di Jakarta: Bawa 7 Tuntutan ke Istana hingga DPR!
-
Bakal Patroli, Menkeu Purbaya Siap Tarik Anggaran Kementerian yang Lambat Serap Dana
-
Syaifullah Tamliha Ungkap Dua Kelemahan PPP: Tak Punya Figur Berduit dan Alergi Outsider
-
Kepala Sekolah di Prabumulih Sempat Dicopot Gegara Tegur Anak Pejabat Bawa Mobil ke Sekolah
-
Punya Modal Besar: Pakar Politik Dorong Projo jadi Oposisi Prabowo-Gibran, Pasca-Budi Arie Didepak!
-
Sebut Ada Intervensi Sejak Dualisme Kepemimpinan P3, Syaifullah Tamliha : PPP Dibinasakan oleh Jokow