Suara.com - Tren yang mengejutkan telah menggemparkan komunitas kesehatan dan kebugaran di media sosial, khususnya di AS, yang menganjurkan makan tanah sebagai obat untuk berbagai masalah kesehatan. Praktik aneh ini, yang disebut-sebut dapat meningkatkan kesehatan usus, masalah kulit, dan bahkan obesitas, telah mendapatkan daya tarik yang signifikan di TikTok.
Pelatih kesuburan dan hormon Stephanie Adler telah menjadi yang terdepan dalam gerakan ini, mendesak para pengikutnya untuk menerima manfaat potensial dari mengonsumsi tanah. Dalam sebuah video, ia menyarankan bahwa makan tanah dapat meningkatkan kesehatan usus, dengan mengutip tingginya jumlah mikroorganisme yang ada di tanah organik.
''Ingin meningkatkan kesehatan usus anak Anda (dan Anda sendiri)? Satu sendok teh tanah biodinamik organik memiliki lebih banyak mikroorganisme daripada manusia di bumi,'' tulisnya saat membagikan video tersebut di TikTok.
Khususnya, produk tanah liat dan tanah yang dapat dimakan juga dijual di platform e-commerce seperti Amazon dan Etsy, mulai dari bubuk hingga bongkahan tanah liat, dengan harga antara Rp162.000 hingga Rp397.000. Penjual mengklaim produk ini menawarkan manfaat anti-penuaan, kesehatan kulit yang lebih baik, dan produksi sebum yang seimbang.
Seorang penjual Amazon yang menjual tanah liat merah yang dapat dimakan seharga $11,99 (sekitar Rp180.000), memasarkannya sebagai solusi "anti-penuaan". Deskripsi produk mengklaim, ''Ini membuka sumbatan pori-pori dari sebum, mengencangkan pori-pori & memiliki efek anti-penuaan. Ini membantu menyeimbangkan produksi sebum yang menyebabkan jerawat, dan ketombe. Dengan demikian kita mendapatkan kulit wajah & tengkorak yang sehat.''
Yang menarik, penelitian terbaru menunjukkan bahwa mengonsumsi tanah mungkin memiliki manfaat kesehatan yang nyata. Menurut sebuah studi tahun 2019, penulis menemukan bahwa tanah memainkan peran penting dalam membentuk mikrobioma usus manusia, yang terdiri dari triliunan mikroorganisme yang penting untuk kesejahteraan kita secara keseluruhan.
''Sejak prasejarah, manusia dengan sukarela mengonsumsi tanah sebagai suplemen untuk makanan lokal mereka yang miskin nutrisi, kebiasaan yang disebut geophagy. Mereka telah menggunakan tanah tertentu sebagai agen detoksifikasi yang diperlukan untuk membuat produk makanan tertentu dapat dimakan, dan untuk tujuan pengobatan,'' jelas penelitian tersebut.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa tanah mungkin memiliki manfaat kesehatan yang mengejutkan, khususnya dalam memerangi obesitas. Penelitian telah mengklaim bahwa senyawa tertentu dalam tanah dapat menyerap lemak tubuh, yang berpotensi membantu penurunan berat badan. Selain itu, para ilmuwan telah menemukan bahwa paparan tanah dapat berdampak besar pada kesehatan kulit dan fungsi kekebalan tubuh.
Para ahli dari Universitas Helsinki mencatat bahwa kontak langsung dengan tanah alami dan bahan-bahan berbasis tanaman dapat mengubah mikrobiota kulit, yang mendorong keseimbangan mikroorganisme yang lebih sehat.
Baca Juga: Banyak Diajak Selfie Saat Blusukan, Ridwan Kamil Akui 70 Persen Pemilihnya Merupakan Emak-emak
''Menggunakan bahan-bahan…seperti tanah dan bahan-bahan berbasis tanaman…mungkin merupakan pendekatan yang lebih efektif untuk meningkatkan keanekaragaman mikroba, dan dengan demikian mencegah dan menyembuhkan gangguan sistem kekebalan tubuh'', kata para ahli.
Meskipun praktik tersebut mungkin tampak tidak biasa, praktik tersebut telah memicu perdebatan dan diskusi yang intens di media sosial. Para ahli kesehatan tetap berbeda pendapat, dan diperlukan lebih banyak penelitian untuk sepenuhnya memahami efek memakan tanah.
Berita Terkait
-
Rogoh Miliaran untuk Oplas, Influencer Ini Alami Perubahan Fisik Luar Biasa usai Dibully 'Jelek' Sejak Kecil
-
Bahlil Targetkan Konsumsi Listrik RI Meningkat Demi Dorong Ekonomi
-
Sindikat Bandar Narkoba Makin Ngeri! Beredar Narkoba Pakai Bungkusan Suplemen Rasa Buah-buahan di Bali
-
Tips Agar Lahan Rumah tak Diserobot Mafia Tanah
-
Banyak Diajak Selfie Saat Blusukan, Ridwan Kamil Akui 70 Persen Pemilihnya Merupakan Emak-emak
Terpopuler
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Agenda Natal di Katedral Jakarta: Misa Pontifikal hingga Misa Lansia
-
Sampah Jadi Listrik Dinilai Menjanjikan, Akademisi IPB Tekankan Peran Pemilahan di Masyarakat
-
Wapres Gibran ke Jawa Tengah, Hadiri Perayaan Natal dan Pantau Arus Mudik Akhir Tahun
-
Jurnalisme Masa Depan: Kolaborasi Manusia dan Mesin di Workshop Google AI
-
Suara.com Raih Top Media of The Year 2025 di Seedbacklink Summit
-
147 Ribu Aparat dan Banser Amankan Misa Malam Natal 2025
-
Pratikno di Gereja Katedral Jakarta: Suka Cita Natal Tak akan Berpaling dari Duka Sumatra
-
Kunjungi Gereja-Gereja di Malam Natal, Pramono Anung: Saya Gubernur Semua Agama
-
Pesan Menko Polkam di Malam Natal Katedral: Mari Doakan Korban Bencana Sumatra
-
Syahdu Misa Natal Katedral Jakarta: 10 Ribu Umat Padati Gereja, Panjatkan Doa untuk Sumatra