Suara.com - Peniadaan Ujian Nasional (UN) sempat memunculkan kabar sejumlah universitas luar negeri enggan menerima siswa lulusan SMA di Indonesia. Salah satu kampus yang mencuat ialah University of Twente di Belanda yang memberlakukan persyaratan baru atas penerimaan mahasiswa dari Indonesia.
Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) menemukan bahwa kejadian seperti itu sebenarnya perlu upaya diplomasi juga dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dengan negara tempat kampus berada.
"Sebenernya kan itu yang jadi misleading adalah kampus Belanda menerima hasil UN sebenernya hasil diplomasi juga. Karena KBRI di sana berhasil mendiplomasi dengan pemerintah Belanda kalau misalnya UN itu bisa dijadikan penyetaraan maka itu bisa diambil," kata Wakil Direktur PSPK Pandu Ario Bismo ditemui di Jakarta, Rabu (30/10/2024).
Menurutnya, peniadaan UN tidak serta merta membuat siswa SMA di Indonesia jadi tidak bisa kuliah di luar negeri.
Pandu menyebut, Australia dan beberapa negara lain sampai sekarang masih mau menerima siswa lulusan SMA Indonesia.
"Sempat viral di SMA 3 Jogja kalau gak salah beberapa waktu yang lalu mengumumkan lulusannya pada kemana. Itu kan banyak juga di sekolah luar negeri. Jadi sebenernya, apakah itu benar-benar menutup kemungkinan, sebenernya juga enggak," tuturnya.
Direktur PSPK Annisa Faridz menambahkan, penolakan siswa SMA Indonesia di kampus luar negeri sebenarnya hanya persoalan teknis di mana pemerintah harusnya berkomunikasi dengan perguruan tinggi.
"Itu yang menjadi masalah di Belanda, padahal kalau sistem itu dikomunikasikan kepada universitas, di Australia tidak terjadi seperti itu, di Amerika tidak terjadi gitu. Jadi ini masalah diplomasi yang gak lancar aja sih," kata Annisa.
Di sisi lain, PSPK juga tidak mendorong UN kembali diadakan. Sistem assesment nasional dinilai telah lebih baik bagi siswa maupun sekolah, dibandingkan dengan UN.
Baca Juga: Ogah Didahului PSSI, Belanda Pagari Pemain Keturunan Indonesia
"Karena assessment ini tidak mengutak-ngatik masalah motivasi anak, percaya bahwa itu adalah ranahnya sekolah, guru, dan orang tua gitu. Jadi yang betul-betul dievaluasi melalui assessment nasional itu adalah kualitas di sekolahnya ataupun kualitas daerahnya dalam mengelola sekolah," tutur Annisa.
Berita Terkait
-
PSPK: Sistem Pendidikan Indonesia akan Mundur Bila UN Dikembalikan
-
Kabar Buruk dari Thom Haye! Dibantai Klub Amatir Belanda dan Harus Tersingkir di KNVB Cup
-
Kepada FIFA, Tijjani Reijnders Ungkap Kebanggaan Punya Darah Indonesia
-
Siapa Theo Lucius? Eks Timnas Belanda yang Dukung Mees Hilgers Gabung Klub Besar Eropa
Terpopuler
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober: Klaim 16 Ribu Gems dan Pemain 110-113
- Jepang Berencana Keluar dari AFC, Timnas Indonesia Bakal Ikuti Jejaknya?
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- Daftar HP Xiaomi yang Terima Update HyperOS 3 di Oktober 2025, Lengkap Redmi dan POCO
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
Pilihan
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
Terkini
-
Lisa Mariana Diperiksa Bareskrim Sebagai Tersangka Hari Ini, Bakal Langsung Ditahan?
-
Prabowo Ingin SDM Siap Hadapi Revolusi Industri, AI Masuk Agenda Kurikulum Baru
-
Sambut HLN Ke-80, PLN Berbagi Terang Untuk Masyarakat di Berbagai Daerah
-
Setahun Prabowo-Gibran, Ray Rangkuti Soroti MBG yang Dipaksakan
-
Akhirnya Lega! Proyek Galian di Jalan TB Simatupang Selesai Lebih Awal, Lalu Lintas Kembali Normal
-
Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran, WALHI Sebut Indonesia Gelap Semakin Nyata
-
Kasus Bullying Menimpa Timothy, Mendikti Saintek Hubungi Rektor Udayana Bicara Sanksi DO Pelaku?
-
Ray Rangkuti: Serbuan Massa ke DPR Bukti Gagalnya Politik Tahun Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran
-
Selain Ucapkan Ultah, Ini Tujuan Bahlil Sambangi Kediaman Prabowo di Kertanegara
-
Karena Faktor Ini, Ray Rangkuti Sebut Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran Semrawut