Suara.com - Kejaksaan Agung (Kejagung) menangkap Hendry Lie, tersangka kasus dugaan korupsi pengelolaan tata niaga timah di Bandara Soekarno-Hatta.
Bos maskapai Sriwijaya Air itu diamankan saat kembali dari Singapura pada Senin (18/11/2024) tengah malam. Diketahui Hendry Lie selama ini tinggal di Singapura untuk berobat. Dia kembali ke Tanah Air untuk pengurusan perpanjangan parpor.
Tidak hanya mengamankan Hendry Lie, Kejagung mengungkapkan telah menyita beberapa aset milik Hendry.
"Jadi, semua aset para tersangka (kasus timah, red.) sudah kami lakukan penelusuran, kami lakukan pencarian, dan kami lakukan penyitaan, tidak terkecuali aset Hendry Lie," kata Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung Abdul Qohar dikutip dari Antara, Selasa (19/11/2024).
Salah satu aset Hendry yang disita ialah tanah dan bangunan di Bali. "Banyak tanah dan bangunan, termasuk yang di Bali, yang sudah kami lakukan penyitaan," katanya.
Kejagung telah menyita vila Hendry yang ada di Bali dengan luas tanah 1.800 meter persegi dengan setimasi nilai Rp20 miliar pada Agustus 2024.
Lantas, seberapa kaya Hendry Lie yang kini telah ditangkap Kejagung? Berikut ulasannya.
Kekayaan Hendry Lie
Tidak ada data pasti mengenai berapa kekayaan Hendry Lie. Namun pria kelahiran Pangkal Pinang pada tahun 1965 itu diyakini punya harta triliunan.
Dia diketahui ikut merintis maskapai Sriwijaya Air. Hendry mendirikannya bersama sejumlah orang, termasuk Chandra Lie dan Andy Halim.
Selain itu, juga ada beberapa nama yang ikut membangun perusahaan maskapai tersebut, seperti Supardi, Capt Kusnadi, Capt Adil W, Harwick L Gabriella, Suwarsono, dan Joko Widodo.
Jatuh bangun pernah dilalui perusahaan maskapai yang berdiri pada 2002 itu. Hendry Lie menjadi salah satu sosok yang berhasil membawa perusahaan ini lolos dari kepailitan.
Kala itu makaspai ini disebut memiliki utang mencapai Rp7,3 miliar kepada keridur-krediturnya. Perusahaan kemudian mencoba melakukan initial public offering (IPO) di lantai bursa.
Rencana IPO dilakukan setelah sidang PKPU (penundaan kewajiban pembayaran utang) perusahaan terhadap krediturnya yang berakhir damai.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
Terkini
-
Drama Baru Kasus Ijazah Palsu Jokowi: Roy Suryo Cs Gandeng 4 Ahli, Siapa Saja Mereka?
-
MK Larang Polisi Aktif di Jabatan Sipil, Bagaimana Ketua KPK? Ini Penjelasan KPK!
-
Pertikaian Berdarah Gegerkan Condet, Satu Tewas Ditusuk di Leher
-
DPR Kejar Target Sahkan RKUHAP Hari Ini, Koalisi Sipil Laporkan 11 Anggota Dewan ke MKD
-
Siswa SMP di Tangsel Tewas Akibat Perundungan, Menteri PPPA: Usut Tuntas!
-
Klarifikasi: DPR dan Persagi Sepakat Soal Tenaga Ahli Gizi di Program MBG Pasca 'Salah Ucap'
-
Kondisi Terkini Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta: Masih Lemas, Polisi Tunggu Lampu Hijau Dokter
-
Duka Longsor Cilacap: 16 Nyawa Melayang, BNPB Akui Peringatan Dini Bencana Masih Rapuh
-
Misteri Kematian Brigadir Esco: Istri Jadi Tersangka, Benarkah Ada Perwira 'W' Terlibat?
-
Semangat Hari Pahlawan, PLN Hadirkan Cahaya Bagi Masyarakat di Konawe Sulawesi Tenggara