Suara.com - Pekan ke-852 Aksi Kamisan, sejumlah massa aksi kembali berdiri di depan Istana Merdeka dengan tuntutan yang tak pernah berubah, keadilan bagi korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Namun di tengah pergantian rezim, masyarakat menunjukkan kekecewaan yang semakin dalam.
Tidak hanya soal impunitas pelaku, tetapi juga kebijakan pemerintah yang dianggap semakin menjauh dari kepentingan rakyat.
Mewakili Keluarga Besar Universitas Indonesia (UI) Irwan menegaskan bahwa keadilan tidak akan pernah tercapai tanpa pengadilan HAM yang sesungguhnya.
"Kita belum mampu menjinakkan polisi. Berganti-ganti rezim, watak masih sama. Ini tidak boleh berhenti hanya karena pelaku jadi presiden. Tidak boleh berhenti," tegas Irwan di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (20/2/2025).
Ia mengingatkan bahwa perjuangan ini telah berlangsung selama bertahun-tahun, namun para pelaku masih berada di lingkaran kekuasaan.
"Jangan mengulang kesalahan kami di tahun 1998, yaitu menitipkan perjuangan pada partai politik. Partai politik tidak pernah ada dalam perjuangan ini. Ini nyawa orang. Saya nggak peduli pelaku ada di dalam Istana,” kata Irwan.
Selain soal impunitas, aksi kali ini juga menyoroti kebijakan pemerintah yang dianggap semakin sewenang-wenang dan tidak berpihak pada rakyat.
Mewakili Perempuan Mahardhika, Nida menyoroti kebijakan publik yang kerap berubah tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat.
Baca Juga: Aksi Kamisan: Lagu Bayar Bayar Bayar Bergema di Depan Polisi, Soroti Pembungkaman Musisi
"Kebijakan tiba-tiba disahkan, tiba-tiba dibatalkan, lalu berlagak pahlawan seolah-olah kebijakan itu tidak ada. Uang pajak kita untuk membayarkan orang bodoh," ujar Nida.
Nida juga mengkritik bagaimana pemerintah tampaknya tidak lagi melihat rakyat sebagai bagian dari negara.
"Pemerintah tidak lagi melihat kita sebagai objek, tapi tidak ada sama sekali. Bahkan Luhut menyuruh kita bunuh diri, katanya pergi saja ke surga. Bagaimana pemerintah tidak melihat kita sebagai manusia?" tambahnya.
Baginya, situasi saat ini adalah cerminan dari sistem yang tidak berpihak pada rakyat.
"Indonesia memang sudah gelap. Kita di sini sekiranya masih percaya jika kita bersama-sama, kita berani melawan. Keresahan adalah bukti ketertindasan kita oleh negara," pungkasnya.
Di tengah narasi optimisme yang terus dikampanyekan pemerintah, Aksi Kamisan ke-852 kembali membuktikan bahwa keadilan belum datang.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
KPK Ungkap Dugaan RK Terima Uang Hasil Korupsi Pengadaan Iklan di BJB
-
PSI Jakarta Ungkap Aksi Nyata Jawab Tuntutan 17+8, Apa Saja?
-
Baru Sehari Jabat Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa Didemo dan Didesak Dicopot
-
Mengenal Lebih Dekat Puteri Komarudin, Sosok Disebut Jadi Menpora Gantikan Dito
-
Ustaz Khalid Ngaku Jadi Korban Agen Travel Muhibbah dalam Kasus Korupsi Kuota Haji
-
Susul Kasus Jokowi, Roy Suryo Pertanyakan Ijazah Gibran
-
Viral! Wanita Ini Syok Isi Celengan Berubah, Uang Ratusan Ribu Mendadak Jadi Recehan
-
Peringatan Ulta Levenia soal Ancaman Intervensi Asing di Indonesia
-
KPK Tahan 3 Tersangka Kasus Suap pada Pengadaan Katalis Pertamina
-
Refly Harun : Gibran Jadi Wapres Setelah SMA di Luar Negeri Adalah Cacat Bawaan