Suara.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengecam Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky setelah perdebatan sengit di Ruang Oval pada Jumat (28/2). Trump menuduh Zelensky telah tidak menghormati Amerika Serikat dalam pertemuan tersebut, yang akhirnya berujung pada pembatalan konferensi pers bersama yang telah dijadwalkan sebelumnya.
Konflik ini mencuat setelah adu mulut antara Trump, Zelensky, dan Wakil Presiden JD Vance. Awalnya, pertemuan tersebut dirancang untuk membahas dan menandatangani perjanjian kerangka kerja mineral antara kedua negara. Namun, suasana berubah panas ketika diskusi beralih ke perang di Ukraina dan kebijakan luar negeri AS.
“Kami mengadakan pertemuan yang sangat berarti di Gedung Putih hari ini,” tulis Trump di platform Truth Social.
“Banyak hal yang dipelajari yang tidak akan pernah bisa dipahami tanpa percakapan di bawah tekanan seperti itu. Sungguh menakjubkan apa yang keluar melalui emosi, dan saya telah memutuskan bahwa Presiden Zelensky tidak siap untuk Perdamaian jika Amerika terlibat. Dia tidak menghormati Amerika Serikat di Ruang Oval yang disayanginya. Dia bisa kembali ketika dia siap untuk Perdamaian,” katanya.
Tak lama setelah pernyataan tersebut diunggah, Gedung Putih mengonfirmasi pembatalan konferensi pers yang seharusnya digelar pukul 13.00 waktu setempat. Zelensky meninggalkan West Wing pada pukul 13.42 dengan ekspresi wajah yang tampak tegang.
Pernyataan Trump mendapat dukungan dari anggota pemerintahannya. Menteri Pertahanan Pete Hegseth menanggapi pernyataan Trump dengan seruan “Amin, Tuan Presiden” di platform X (sebelumnya Twitter). Sementara itu, Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Menteri Keuangan Scott Bessent juga memberikan dukungan terhadap keputusan Trump dan menegaskan sikap tegas AS dalam negosiasi dengan Ukraina.
Duta Besar AS untuk Ukraina, Bridget Brink, bahkan menerjemahkan pernyataan Rubio ke dalam bahasa Ukraina sebelum membagikannya di media sosial.
Kesepakatan Mineral Gagal Diteken
Sebelumnya, Trump telah berupaya agar Ukraina menandatangani perjanjian kerja sama dalam eksploitasi mineral tanah jarang. Untuk itu, ia bahkan mengirim Menteri Keuangan Scott Bessent ke Kyiv guna merundingkan kesepakatan tersebut. Meskipun Zelensky awalnya menolak rancangan awal, kedua negara akhirnya menyepakati versi revisi, dan Zelensky datang ke Washington untuk menandatanganinya.
Namun, akibat ketegangan yang terjadi di Ruang Oval, kesepakatan tersebut urung ditandatangani. Menurut seorang juru bicara Gedung Putih, setelah perdebatan sengit, Trump meminta agar Zelensky meninggalkan pertemuan lebih awal.
Baca Juga: Debat Sengit, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III
Perdebatan Sengit di Ruang Oval
Awalnya, pertemuan berlangsung dengan suasana bersahabat, bahkan Trump sempat menyebut Zelensky sebagai orang yang hebat. Namun, situasi berubah ketika Zelensky menyinggung kebijakan Rusia kepada Wakil Presiden JD Vance. Vance kemudian menuduh Zelensky berperang di hadapan media internasional dan mengkritiknya karena berfoto dengan politisi Demokrat selama kampanye pemilu 2024.
Trump kemudian ikut menegur Zelensky setelah presiden Ukraina itu meminta Vance untuk datang ke Ukraina agar lebih memahami situasi di lapangan.
“Kami mencoba memecahkan masalah,” ujar Trump. “Jangan beri tahu kami apa yang akan kami rasakan... Anda tidak dalam posisi untuk mendikte apa yang akan kami rasakan. Anda saat ini tidak dalam posisi yang sangat baik.”
Sumber Gedung Putih menyebut bahwa reaksi keras Vance terhadap Zelensky tidak direncanakan sebelumnya, tetapi mencerminkan ketegangan yang sudah lama terjadi dalam hubungan kedua negara.
Zelensky Berterima Kasih kepada Amerika
Setelah meninggalkan Gedung Putih, Zelensky mencuit di akun resminya, mengucapkan terima kasih kepada AS atas dukungan mereka.
“Terima kasih Amerika, terima kasih atas dukungan Anda, terima kasih atas kunjungan ini. Terima kasih [POTUS], Kongres, dan rakyat Amerika,” tulisnya. “Ukraina membutuhkan perdamaian yang adil dan abadi, dan kami bekerja untuk itu.”
Berita Terkait
-
Debat Sengit, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III
-
Panas! Ini Detail Perdebatan antara Donald Trump dan Zelenskyy di Ruang Oval
-
Tak Cuma di Indonesia, Penjualan Mobil di Amerika Serikat Terguncang: Faktor Harga Jadi Sebab
-
Donald Trump - Zelensky Ribut di Depan Wartawan, Menlu AS Desak Ukraina Minta Maaf
-
AS Setujui Penjualan Senjata Senilai Rp 49 Triliun ke Israel di Tengah Perang Gaza
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
Pilihan
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
-
Tak Hanya Soal Ekonomi! Celios Ungkap Jejak Tiongkok di Indonesia Makin Meluas, Ini Buktinya
Terkini
-
Mengapa Sjafrie Sjamsoeddin Jadi Pilihan Prabowo untuk Menko Polkam Ad Interim?
-
Yudo Sadewa Viral, Berapa Anak Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa?
-
Tanggul Beton Misterius 3 Km Mendadak Muncul di Pesisir Cilincing, Proyek Siapa Ini?
-
Usai Rapat di DPR, Menkeu Purbaya Tancap Gas ke Istana, Mau Lapor Prabowo
-
Yusril Sebut Tersangka Pembakar Gedung DPRD Makassar Dijerat UU ITE: Mereka Tak Terindikasi Makar
-
Dinilai Sakiti Hati Rakyat, PDIP Didesak Copot Deddy Sitorus dan Lasarus dari DPR
-
Belanda Larang Dua Menteri Israel Masuk Zona Schengen
-
Nasib WNI di Tengah Kerusuhan Nepal yang Memanas, Ini Penjelasan Kemlu
-
6 Poin Pertemuan Empat Mata Prabowo dan Dasco, Salah Satunya 'Era Baru DPR'
-
Anak Gajah 'Tari' Ditemukan Mati Mendadak di Tesso Nilo, Penyebab Masih Misterius