Suara.com - Departemen Pendidikan Amerika Serikat mengumumkan pada hari Selasa (11/03) bahwa hampir setengah dari stafnya akan diberhentikan. Langkah ini merupakan bagian dari upaya lebih luas pemerintahan Presiden Donald Trump untuk merampingkan birokrasi pemerintah federal, dengan kemungkinan pembubaran total departemen tersebut dalam waktu dekat.
Pemecatan massal ini terjadi sebagai respons terhadap tenggat waktu yang ditetapkan Trump bagi seluruh lembaga pemerintah untuk menyerahkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam skala besar paling lambat hari Kamis. Keputusan ini, menurut siaran pers Departemen Pendidikan, merupakan bagian dari "misi terakhir" dalam memenuhi janji Trump untuk membubarkan departemen yang selama ini mengawasi pinjaman kuliah sebesar $1,6 triliun (sekitar Rp25.614,4 kuadriliun), menegakkan hukum hak sipil di sekolah, serta menyediakan dana federal bagi distrik pendidikan yang membutuhkan.
Ketika ditanya dalam wawancara di Fox News apakah PHK ini merupakan langkah menuju pembubaran penuh departemen, Menteri Pendidikan Linda McMahon menjawab tegas, "Ya, itu adalah mandat presiden."
Langkah ini adalah bagian dari kebijakan penghematan besar-besaran yang dipimpin oleh miliarder Elon Musk melalui Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), yang bertugas mengurangi ukuran pemerintahan secara drastis. Sejak dimulainya inisiatif ini, lebih dari 100.000 pegawai pemerintah telah kehilangan pekerjaan di berbagai lembaga federal, dengan banyak program dan kontrak dihentikan. Meskipun demikian, langkah-langkah ini menghadapi perlawanan dalam bentuk puluhan tuntutan hukum yang menantang legalitas kebijakan tersebut.
Upaya penghematan ini juga menciptakan ketegangan antara Gedung Putih dan beberapa anggota parlemen Republik yang menghadapi protes dari konstituen mereka di berbagai balai kota. Meskipun Musk menjadi arsitek utama kebijakan ini, Trump baru-baru ini menegaskan bahwa keputusan akhir mengenai kepegawaian berada di tangan kepala departemen, bukan CEO Tesla tersebut.
Keputusan untuk memangkas hampir setengah dari staf Departemen Pendidikan menuai kritik tajam dari serikat pekerja yang mewakili lebih dari 2.800 pegawai departemen tersebut. Sheria Smith, Presiden Federasi Pegawai Pemerintah Amerika Lokal 252, mengecam tindakan ini sebagai pemotongan yang kejam yang menunjukkan kurangnya penghormatan terhadap pegawai yang telah lama mengabdi.
"Yang jelas dari pemecatan massal, kekacauan, dan ketidakprofesionalan yang tak terkendali selama beberapa minggu terakhir adalah bahwa rezim ini tidak menghormati ribuan pekerja yang telah mendedikasikan karier mereka untuk melayani sesama warga Amerika," kata Smith dalam pernyataannya.
Sementara itu, ada laporan bahwa administrasi berencana untuk memindahkan program Aplikasi Gratis untuk Bantuan Mahasiswa Federal (FAFSA), yang merupakan salah satu fungsi utama Departemen Pendidikan, ke Departemen Keuangan.
Sejumlah badan pemerintah lainnya juga telah menawarkan paket pensiun dini dan pembayaran pesangon kepada pegawai yang bersedia mundur secara sukarela. Beberapa lembaga yang telah menawarkan pembayaran hingga $25.000 (skitar Rp407.250.000) sebelum pajak kepada karyawannya termasuk Kantor Manajemen Personalia, Administrasi Jaminan Sosial, serta Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS), termasuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA).
Baca Juga: Trump Beli Tesla: Balas Dendam ke Pengunjuk Rasa atau Dukungan ke Elon Musk?
Menurut para ahli tata kelola publik, program pembelian ini lebih disukai oleh pemerintah karena bersifat sukarela, sehingga lebih sulit untuk ditentang secara hukum dibandingkan PHK paksa.
“Jika strategi Anda adalah mengeluarkan sebanyak mungkin orang secara sukarela, hal itu akan mengurangi risiko perintah pengadilan dan penentangan terhadap Anda dalam jangka panjang,” kata Don Moynihan, profesor kebijakan publik di Universitas Michigan.
Meskipun tenggat waktu sudah semakin dekat, belum ada satu pun lembaga yang secara resmi menyerahkan rencana PHK mereka kepada Kantor Manajemen Personalia (OPM), yang bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya manusia pemerintah federal. Beberapa lembaga yang telah mengumumkan perkiraan jumlah PHK antara lain:
Departemen Urusan Veteran: akan memangkas lebih dari 80.000 pekerja.
Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA): berencana untuk memangkas 1.029 staf.
Sementara itu, OPM sendiri telah menawarkan pembayaran pensiun dini kepada sekitar 650 karyawannya dengan batas waktu pengajuan hingga 12 Maret. Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) juga mengumumkan bahwa karyawannya harus mengajukan permohonan pensiun dini paling lambat 14 Maret, dengan tanggal pensiun efektif pada 19 April.
Berita Terkait
-
Trump Beli Tesla: Balas Dendam ke Pengunjuk Rasa atau Dukungan ke Elon Musk?
-
Zelensky Setuju Gencatan Senjata 30 Hari, Tapi Minta AS Bujuk Rusia!
-
Zelenskyy Minta Maaf ke Trump: Gara-Gara Insiden di Ruang Oval, Kesepakatan Penting Batal!
-
Disebut Sindir Donald Trump, Bong Joon-ho Jawab Teori Villain di Mickey 17
-
"Satu Tembakan Saja Bisa Memicu Perang": Korut Beri Peringatan Keras ke Korsel soal Rudal
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
Terkini
-
Bagaimana Krisis Iklim Membuat Hutan Dunia Kehilangan Kemampuannya Menyerap Karbon?
-
Sultan Muhammad Salahuddin, Pahlawan Nasional Baru dari Bima!
-
Bagaimana Sistem Agroforestri Menghidupkan Kembali Lahan Bekas Tambang di Malang?
-
Roy Suryo Cs Jadi Tersangka Tudingan Ijazah Palsu Jokowi, Polda Ungkap Alasan Prosesnya Lama!
-
Elon Musk Mau Blokir Matahari untuk Atasi Krisis Iklim: Solusi Jenius atau Ide Nyeleneh?
-
Sita 723 Bukti Termasuk Ijazah Jokowi, Kapolda Metro Sebut Analisis Roy Suryo dkk Menyesatkan Publik
-
Fakta Baru Kasus Terapis Anak Tewas di Pasar Minggu, Korban Pakai Identitas Kakaknya buat Kerja
-
Resmi Tersangka Kasus Ijazah Jokowi, Roy Suryo dkk Dijerat Pasal Ini!
-
Roy Suryo dkk Resmi Tersangka, Kasus Tudingan Ijazah Palsu Jokowi Dibagi 2 Klaster, Mengapa?
-
Parah! Jika JK Saja Jadi Korban, Bagaimana Rakyat Kecil? DPR Soroti Mafia Tanah di Kasus Jusuf Kalla