Suara.com - Seorang pria Australia berusia 40-an berhasil mencatatkan rekor dunia sebagai pasien yang hidup paling lama dengan jantung buatan berbahan titanium, yakni selama 105 hari, sebelum akhirnya menjalani transplantasi jantung donor awal bulan ini.
Perangkat canggih ini, dikembangkan oleh perusahaan medis AS-Australia BiVACOR bekerja sama dengan Universitas Monash dan para ahli internasional, menggunakan teknologi rotor melayang magnetis (magnetic levitation/maglev) untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Pria tersebut, yang menderita gagal jantung parah, menjalani operasi pemasangan jantung buatan selama enam jam di Rumah Sakit St. Vincent, Sydney, pada 22 November 2024.
Pada awal Februari 2025, ia menjadi orang pertama di dunia yang diizinkan pulang dari rumah sakit dengan jantung titanium tersebut, menurut Program Perintis Jantung Buatan dalam pernyataannya pada 12 Maret.
Kini, pasca-transplantasi jantung donor, ia sedang dalam tahap pemulihan.
Teknologi Revolusioner
Jantung buatan BiVACOR, yang dirancang oleh pendiri sekaligus kepala teknologi Daniel Timms, mengadopsi teknologi maglev—serupa dengan yang digunakan pada kereta cepat Linear Chuo Shinkansen di Jepang.
Rotor yang melayang secara magnetis menghilangkan gesekan mekanis, sehingga perangkat ini diperkirakan mampu bertahan lebih dari 10 tahun, jauh melampaui daya tahan jantung buatan lainnya.
Pengembangan alat ini melibatkan kolaborasi dengan ahli teknologi maglev dari Jepang, termasuk Profesor Toru Masuzawa dari Universitas Ibaraki, yang telah berkontribusi sejak 2001.
“Keahlian mereka dalam maglev menjadi kunci keberhasilan konfigurasi perangkat ini,” ujar Timms.
Baca Juga: Australia Bungkam China 2-0 di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Socceroos Lanjutkan Tren Positif
Harapan Baru untuk Pasien Gagal Jantung
Dokter spesialis jantung Rumah Sakit St. Vincent, Chris Hayward, menyebut inovasi ini sebagai terobosan besar.
“Dalam dekade mendatang, jantung buatan bisa menjadi alternatif utama bagi pasien yang tidak mendapat donor jantung atau saat donor tidak tersedia,” katanya.
Menurutnya, teknologi ini berpotensi merevolusi pengobatan gagal jantung, kondisi yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia.
Kelompok riset yang terdiri dari BiVACOR, Universitas Monash, dan mitra internasional menyatakan bahwa keberhasilan pasien ini membuktikan potensi jantung buatan sebagai solusi jangka panjang.
Dengan daya tahan yang luar biasa dan minim risiko kerusakan, perangkat ini membuka harapan baru bagi mereka yang berada dalam daftar tunggu transplantasi.
Apa Itu Teknologi Maglev pada Jantung Buatan?
Teknologi magnetic levitation (maglev) adalah sistem yang menggunakan medan magnet untuk membuat sebuah objek—dalam hal ini rotor pompa jantung—melayang tanpa kontak fisik dengan komponen lain.
Dalam jantung buatan BiVACOR, rotor maglev ini berfungsi sebagai elemen utama yang memompa darah ke seluruh tubuh dan paru-paru pasien.
Teknologi ini mirip dengan yang digunakan pada kereta cepat seperti Linear Chuo Shinkansen di Jepang, yang melayang di atas rel untuk mengurangi gesekan dan meningkatkan efisiensi.
Cara Kerja Maglev pada Jantung Buatan
Rotor Melayang Magnetis:
Rotor dalam jantung buatan BiVACOR terbuat dari bahan ringan dan tahan lama, seperti titanium, dan dirancang untuk melayang di dalam ruang pompa berkat medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan elektromagnetik di sekitarnya.
Tidak ada poros atau bantalan fisik yang menyentuh rotor, sehingga tidak ada kontak mekanis yang dapat menyebabkan gesekan.
Pemompaan Darah:
Rotor yang berputar pada kecepatan tinggi (diatur sesuai kebutuhan tubuh) mendorong darah masuk dan keluar dari jantung buatan melalui saluran yang terhubung ke pembuluh darah pasien.
Desain ini memungkinkan aliran darah yang stabil dan terus-menerus, meniru fungsi jantung alami, baik ke tubuh (sistemik) maupun ke paru-paru (pulmonal).
Kontrol Presisi:
Sistem maglev dikendalikan oleh perangkat lunak cerdas yang menyesuaikan kecepatan rotor berdasarkan kebutuhan fisiologis pasien, seperti saat istirahat atau beraktivitas.
Teknologi ini memastikan tekanan dan volume darah tetap optimal tanpa merusak sel-sel darah.
Keunggulan Teknologi Maglev
Menurut BiVACOR dan kelompok risetnya, penggunaan maglev pada jantung buatan memiliki beberapa keunggulan signifikan dibandingkan perangkat jantung mekanis tradisional:
Daya Tahan Tinggi:
Tanpa gesekan mekanis, risiko aus atau kerusakan pada komponen sangat minim. BiVACOR memperkirakan jantung buatan ini bisa bertahan lebih dari 10 tahun, jauh lebih lama dibandingkan pompa jantung lain yang biasanya hanya bertahan beberapa tahun.
Efisiensi Energi:
Rotor yang melayang mengurangi kebutuhan energi untuk operasi, sehingga perangkat dapat didukung oleh baterai eksternal yang lebih kecil dan tahan lama.
Risiko Rendah terhadap Darah:
Tidak adanya kontak fisik mencegah kerusakan sel darah merah atau pembentukan gumpalan darah (trombosis), masalah umum pada pompa jantung konvensional dengan komponen bergerak.
Kenyamanan Pasien:
Desain ringkas dan tahan lama memungkinkan pasien, seperti pria Australia dalam kasus ini, untuk pulang dan menjalani kehidupan normal sambil menunggu donor.
Pengembangan dan Kolaborasi
Daniel Timms, pendiri dan kepala teknologi BiVACOR, memimpin pengembangan jantung buatan ini. Ia bekerja sama dengan tim dari Universitas Monash dan perusahaan medis AS-Australia BiVACOR.
Kontribusi Internasional: Teknologi maglev ini diperkuat oleh keahlian dari para ahli Jepang, termasuk Profesor Toru Masuzawa dan Nobuyuki Kurita dari Universitas Ibaraki, yang telah terlibat sejak Oktober 2001. Keduanya membawa pengalaman dari aplikasi maglev di bidang lain, seperti transportasi, ke dalam desain medis.
Proses Pengujian: Jantung buatan ini dipasang pada pasien melalui operasi selama enam jam pada 22 November 2024 di Rumah Sakit St. Vincent, Sydney. Pasien bertahan 105 hari—rekor terlama di dunia—sebelum transplantasi donor, membuktikan keandalan teknologi.
Berita Terkait
-
Australia Bungkam China 2-0 di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Socceroos Lanjutkan Tren Positif
-
Pasca Akusisi Raja Properti Indonesia, Valuasi One Global Gallery Meroket
-
5 Kesalahan Timnas Indonesia yang Tidak Boleh Terulang saat Lawan Bahrain
-
Media Asing Sebut Timnas Indonesia Tak Miliki Filosofi Permainan yang Jelas
-
Foto Penis Pasien yang Koma, Dokter di Australia Didenda Hingga Ratusan Juta
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Harga Telur Naik Gara-gara MBG, Mendagri Tito: Artinya Positif
-
Penyelidikan Kasus Whoosh Sudah Hampir Setahun, KPK Klaim Tak Ada Kendala
-
Fraksi NasDem DPR Dukung Gelar Pahlawan untuk Soeharto: Lihat Perannya Dalam Membangun
-
Kemenhaj Resmi Usulkan BPIH 2026 Sebesar Rp 88,4 Juta, Ini Detailnya
-
Emak-Emak Nyaris Adu Jotos di CFD, Iron Man Jadi Penyelamat
-
Pemerintah Usulkan Biaya Haji 2026 Turun Rp 1 Juta per Jemaah Dibanding Tahun Lalu
-
Bicara soal Impeachment, Refly Harun: Pertanyaannya Siapa yang Akan Menggantikan Gibran?
-
SETARA Institute: Pemberian Gelar Pahlawan untuk Soeharto Pengkhianatan Reformasi!
-
Whoosh Disorot! KPK Usut Dugaan Korupsi Kereta Cepat, Mark-Up Biaya Terendus?
-
Teka-Teki Penundaan Rakor Sekda Terungkap! Tito Karnavian Beberkan 2 Alasan Utama