Dalam surat pemecatannya, Microsoft menegaskan bahwa Aboussad bisa saja menyampaikan kekhawatiran melalui saluran internal, namun ia justru memilih untuk melakukan tuduhan yang bermusuhan, tidak berdasar, dan sangat tidak pantas terhadap Suleyman dan perusahaan.
Perilaku tersebut dinilai sangat agresif dan mengganggu, hingga membuatnya harus dikawal keluar ruangan.
Sementara itu, kepada Agrawal, manajer Microsoft mengirimkan email bahwa perusahaan memutuskan pengunduran dirinya berlaku efektif segera. Kedua karyawan kehilangan akses ke akun kerja mereka setelah protes.
Microsoft menegaskan pihaknya memberikan ruang bagi karyawan untuk menyuarakan pendapat, namun menekankan bahwa hal itu harus dilakukan tanpa mengganggu jalannya bisnis.
“Kami menyediakan banyak cara agar semua suara dapat didengar. Yang terpenting, kami meminta agar hal ini dilakukan dengan cara yang tidak menyebabkan gangguan bisnis,” kata Microsoft dalam pernyataan pada Jumat (5/4).
Perusahaan tidak mengungkap apakah akan ada tindakan lebih lanjut terhadap karyawan lainnya.
Meski demikian, ini bukan pertama kalinya Microsoft menghadapi protes internal terkait kerja samanya dengan militer Israel.
Pada Februari lalu, lima karyawan dilaporkan dikeluarkan dari sebuah pertemuan dengan CEO Satya Nadella karena menyuarakan kritik terhadap kontrak perusahaan dengan Israel.
Laporan investigasi dari Associated Press awal tahun ini mengungkap bahwa teknologi AI Microsoft dan mitranya, OpenAI, telah digunakan oleh militer Israel dalam memilih target pengeboman selama operasi militer di Gaza dan Lebanon.
Baca Juga: Balita Temukan Artefak 3.800 Tahun, Ternyata Punya Kaitan dengan Kisah di Alkitab
Salah satu serangan yang dikabarkan keliru menghantam kendaraan sipil di Lebanon, menewaskan tiga anak perempuan dan nenek mereka.
Kasus ini mengingatkan pada insiden serupa di Google pada tahun lalu, ketika puluhan karyawan dipecat setelah melakukan aksi duduk di kantor New York dan Sunnyvale, California.
Protes tersebut menentang keterlibatan Google dalam Project Nimbus, kontrak senilai US$1,2 miliar yang menyediakan layanan cloud dan AI untuk pemerintah Israel.
Para pekerja Google yang diberhentikan kemudian mengajukan pengaduan ke Dewan Hubungan Perburuhan Nasional (NLRB), berharap dapat memulihkan hak kerja mereka.
Aksi-aksi ini menyoroti meningkatnya ketegangan antara kepentingan bisnis raksasa teknologi dengan nilai-nilai yang dipegang sebagian karyawannya, terutama terkait konflik geopolitik dan dampak sosial teknologi yang mereka kembangkan.
Berita Terkait
-
Balita Temukan Artefak 3.800 Tahun, Ternyata Punya Kaitan dengan Kisah di Alkitab
-
Microsoft Tunda Proyek Pembangunan Pusat Data di Indonesia, Ada Apa?
-
13 Jurnalis Tewas Per Minggu di Gaza: Kisah Tragis di Balik Perang Israel-Hamas
-
Aksi Solidaritas Tenaga Kesehatan Indonesia untuk Palestina
-
Perang Gaza Jadi Konflik Paling Mematikan Bagi Jurnalis, Lampaui Korban Gabungan PD I dan II
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
-
Heimir Hallgrimsson 11 12 dengan Patrick Kluivert, PSSI Yakin Rekrut?
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
Pesan Pengacara PT WKM untuk Presiden Prabowo: Datanglah ke Tambang Kami, Ada 1,2 Km Illegal Mining
-
Misteri Penculikan Bilqis: Pengacara Duga Suku Anak Dalam Hanya 'Kambing Hitam' Sindikat Besar
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Buka Penyidikan Periode 2008-2015, Puluhan Saksi Diperiksa
-
Aliansi Laki-Laki Baru: Lelaki Korban Kekerasan Seksual Harus Berani Bicara
-
Ahli BRIN Ungkap Operasi Tersembunyi di Balik Jalan Tambang PT Position di Halmahera Timur
-
Jeritan Sunyi di Balik Tembok Maskulinitas: Mengapa Lelaki Korban Kekerasan Seksual Bungkam?
-
Mendagri Tito Dapat Gelar Kehormatan "Petua Panglima Hukom" dari Lembaga Wali Nanggroe Aceh
-
'Mereka Mengaku Polisi', Bagaimana Pekerja di Tebet Dikeroyok dan Diancam Tembak?
-
Efek Domino OTT Bupati Ponorogo: KPK Lanjut Bidik Dugaan Korupsi Monumen Reog
-
Bukan Kekenyangan, Tiga Alasan Ini Bikin Siswa Ogah Habiskan Makan Bergizi Gratis