Suara.com - Tahukah Anda bagaimana asal-usul dan sejarah gelar Haji dan Hajjah untuk orang Indonesia yang baru saja merampungkan ibadah haji?
Gelar ini ternyata bukan hanya sebagai tanda bahwa orang tersebut sudah menunaikan rukun Islam yang kelima.
Lebih jauh, gelar Haji dan Hajjah memiliki nilai historis dan mendalam dalam budaya Indonesia.
Supaya lebih memahami sejarah gelar Haji di Indonesia, simak informasi berikut.
Makna Gelar Haji di Indonesia
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) menyebutkan bahwa gelar Haji dan Hajjah bukan sekadar sebutan yang dilekatkan setelah seseorang pulang dari tanah suci. Gelar ini memiliki arti yang mendalam, baik secara keagamaan maupun sosial.
Dalam konteks agama, penyematan gelar ini menunjukkan bahwa seorang Muslim telah menunaikan ibadah haji ke Mekah, salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilaksanakan bagi yang mampu.
Ibadah ini mencakup berbagai rangkaian seperti ihram, wukuf di Arafah, hingga tawaf dan sa’i.
Maka dari itu, ketika seseorang menyandang gelar Haji atau Hajjah, itu menandakan bahwa mereka telah melalui perjalanan spiritual yang penuh kesungguhan dan pengorbanan.
Dari sisi sosial, gelar Haji dan Hajjah memberikan dampak yang besar dalam kehidupan bermasyarakat. Di Indonesia, gelar ini seringkali membawa kehormatan tersendiri.
Baca Juga: Tarif Sewa Kursi Roda dan Skuter di Masjidil Haram 2025, Ini Paket Tawaf dan Sai
Seorang Haji biasanya dianggap memiliki pemahaman agama yang lebih dalam serta pengalaman spiritual yang patut dihargai.
Tak jarang, keberadaan seorang Haji di lingkungan sekitar menjadi sumber inspirasi bagi orang lain untuk berusaha melaksanakan ibadah haji.
Tradisi ini kemudian membentuk budaya saling menghargai dan memberi motivasi spiritual antar sesama Muslim.
Sejarah atau Asal-Usul Gelar Haji di Indonesia
Asal-usul dan sejarah gelar Haji di Indonesia memiliki latar belakang yang kompleks dan penuh makna.
Tradisi ini tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan terbentuk dari perjalanan panjang yang dipengaruhi oleh aspek agama, budaya lokal, dan sejarah kolonialisme.
1. Dari Perspektif Keagamaan
Ibadah haji merupakan kewajiban agama yang memiliki nilai spiritual tinggi. Karena itu, pemberian gelar Haji atau Hajjah kepada mereka yang telah menunaikannya merupakan bentuk penghargaan atas keberhasilan dalam memenuhi perintah agama.
Aspek ini menjadi dasar paling kuat. Proses panjang dan beratnya persiapan menjadikan ibadah haji sebagai bentuk pengorbanan besar yang layak untuk dihormati secara sosial dan spiritual.
2. Dari Sisi Budaya
Dalam lintasan sejarah Nusantara, ibadah haji telah menjadi bagian dari identitas sosial masyarakat.
Sejak masa kerajaan Islam, perjalanan ke Mekah dianggap sebagai prestasi yang luar biasa.
Di masa lalu, perjalanan ini memakan waktu sangat lama dan penuh tantangan, dari badai di lautan hingga wabah penyakit.
Maka, mereka yang berhasil kembali dari tanah suci dihormati layaknya pahlawan.
Cerita-cerita perjuangan itu terus diwariskan dan memperkuat nilai gelar Haji dan Hajjah sebagai simbol kebijaksanaan, kehormatan, serta keteladanan.
Dalam konteks sejarah Haji di Indonesia, aspek budaya inilah yang memperkaya makna gelar tersebut di tengah masyarakat.
3. Dari Latar Belakang Kolonial
Menariknya, pada masa kolonial Belanda, gelar Haji juga digunakan sebagai alat kontrol.
Pemerintah Hindia Belanda mencemaskan kemungkinan kembalinya jamaah haji dengan semangat perlawanan terhadap penjajahan.
Untuk memantau aktivitas mereka, pada tahun 1872 didirikan Konsulat Jenderal Hindia Belanda di Arab Saudi.
Di sinilah awal mula jamaah diminta mencantumkan identitas sebagai “Haji” guna memudahkan pengawasan.
Dalam konteks asal-usul sejarah gelar Haji di Indonesia, pengaruh kolonial ini memperlihatkan bagaimana gelar tersebut tidak hanya bermakna religius, tapi juga berkaitan erat dengan politik dan pengawasan sosial.
Kenapa Harus Ada Gelar Haji atau Hajjah?
Masih dari sumber yang sama, berikut adalah beberapa alasan mengapa gelar Haji atau Hajjah dinilai penting untuk disematkan.
- Bentuk penghargaan atas usaha dan pengorbanan, baik secara finansial, fisik, maupun mental.
- Penanda pengalaman spiritual yang berharga.
- Meningkatkan status sosial dalam komunitas.
- Memberikan motivasi bagi orang lain untuk menjalankan ibadah haji.
- Menjaga tradisi dan identitas Keislaman di Indonesia.
Kontributor : Hillary Sekar Pawestri
Berita Terkait
-
Tarif Sewa Kursi Roda dan Skuter di Masjidil Haram 2025, Ini Paket Tawaf dan Sai
-
Sholat Idul Adha 2025 Jatuh Pada Tanggal Berapa? Cek Keputusan Pemerintah di Sini
-
19 Doa Haji dan Artinya dalam Bahasa Indonesia dari Berangkat Sampai Pulang
-
Haji di Tengah Krisis Iklim: Bagaimana Solusi Ibadah Saat Ancaman Panas Ekstrem?
-
Ciri-ciri Haji Mabrur Menurut Rasulullah, Bukan Berhasil Cium Hajar Aswad
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Anggota DPR Ini Ingatkan Bahaya Pinjol: Banyak yang Ngira Itu Bisa Selesaikan Masalah, Padahal...
-
Gibran Wakili Prabowo di Forum KTT G20, DPR: Jangan Cuma Hadir, Tapi Ikut Dialog
-
Mahfud MD Sebut Prabowo Marah di Rapat, Bilang Bintang Jenderal Tak Berguna Jika Tidak Bantu Rakyat
-
RUU PPRT 21 Tahun Mandek, Aktivis Sindir DPR: UU Lain Kilat, Nasib PRT Dianaktirikan
-
KSPI Desak RUU PPRT Disahkan: Pekerja yang Menopang Ekonomi Justru Paling Diabaikan
-
Cegat Truk di Tol Cikampek, Polda Metro Bongkar Penyelundupan Pakaian Bekas Impor Rp 4,2 Miliar
-
Detik-detik Mencekam Pesawat Oleng Lalu Jatuh di Karawang, Begini Kondisi Seluruh Awaknya
-
Inovasi Layanan PT Infomedia Nusantara Raih Penghargaan dari Frost & Sullivan
-
PAD Naik Drastis, Gubernur Pramono Pamer Surplus APBD DKI Tembus Rp14 Triliun
-
Pramono Sebut Pengangguran Jakarta Turun 6 Persen, Beberkan Sektor Penyelamat Ibu Kota