Suara.com - Di tengah perubahan iklim yang semakin nyata, harapan tumbuh dari tanah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Sebuah kolaborasi strategis antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan PT BATARA menghadirkan solusi yang tak hanya bersifat ekologis, tetapi juga menjanjikan masa depan ekonomi dan energi berkelanjutan.
Lewat program riset terapan, kedua pihak mendorong pemanfaatan tanaman Pongamia pinnata atau Malapari sebagai jawaban atas dua tantangan sekaligus, rehabilitasi lahan kering dan pengembangan bioenergi.
Inisiatif ini resmi dimulai pada Rabu (4/6) dengan penanaman perdana 500 bibit Malapari oleh PT Radiant Utama dan PT BATARA.
Penanaman tersebut bukan sekadar simbolik. Ia menjadi awal dari pembentukan Laboratorium Iklim Berbasis Komunitas, pusat pengamatan, riset, dan pemberdayaan masyarakat.
Tujuannya untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterlibatan langsung dalam menghadapi perubahan iklim.
"Penanaman Malapari ini adalah tonggak awal untuk membangun ekosistem riset terapan yang berdampak nyata bagi masyarakat. BRIN berkomitmen mendampingi dari sisi ilmiah agar upaya ini menghasilkan inovasi yang relevan dan berkelanjutan," kata Kepala Pusat Riset Botani Terapan BRIN.M. Imam Surya, seperti dikutip dari situs resmi BRIN.
Imam menilai Malapari sebagai tanaman strategis yang menjanjikan dari berbagai sisi. Selain tahan terhadap kondisi lahan kering, kandungan minyak nabati dalam bijinya menjadikan tanaman ini sebagai bahan baku bioenergi yang ramah lingkungan. Potensinya besar untuk mendukung transisi energi bersih Indonesia.
"Melalui laboratorium iklim berbasis komunitas yang sedang kami bangun bersama mitra lokal, kami ingin memastikan bahwa masyarakat Lembata tidak hanya menjadi objek, tetapi pelaku utama dalam upaya konservasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim," lanjut Imam.
Program ini dirancang sebagai model ekonomi hijau berbasis masyarakat. Melalui pemantauan intensif, BRIN akan meneliti pertumbuhan Malapari, daya serap karbonnya, adaptasi terhadap cuaca ekstrem, hingga kontribusinya pada peningkatan kesejahteraan warga.
Baca Juga: Wisata Air Terjun Lapopu, Disebut-sebut Tertinggi di Sumba
Koordinator Kerja Sama Riset BRIN–BATARA, Budi Leksono, menyampaikan pentingnya fondasi ilmiah yang kuat. Menurutnya, keberhasilan program ini tak bisa dilepaskan dari riset jangka panjang yang menghasilkan varietas Malapari unggul.
"Kami tidak hanya menanam pohon, tapi juga membangun fondasi ilmiah untuk menghasilkan varietas Malapari unggul yang adaptif dan produktif. Ini penting agar rehabilitasi lahan benar-benar berhasil secara ekologis dan ekonomis," jelas Budi.
Ia menambahkan bahwa sinergi antara dunia usaha dan lembaga riset dalam proyek ini menciptakan model kolaborasi yang bisa direplikasi di wilayah rawan iklim lainnya di Indonesia. Data menjadi dasar keputusan, bukan asumsi semata.
Pemerintah Kabupaten Lembata pun menaruh harapan besar pada program ini. Penanaman 500 bibit hanyalah awal dari target ambisius: menanam satu juta pohon Malapari varietas lokal. Ini bagian dari strategi adaptasi masyarakat pesisir, sekaligus kontribusi terhadap pencapaian FOLU Net Sink 2030.
Dari sisi riset, BRIN juga terlibat dalam pengembangan benih unggul, sekaligus menyusun rekomendasi kebijakan untuk pemerintah daerah agar upaya rehabilitasi lahan lebih terarah. Pendekatan ini menegaskan pentingnya integrasi antara ilmu pengetahuan dan kebijakan publik.
Lebih jauh, riset bioenergi dari biji Malapari membuka peluang besar. Kandungan minyak nabatinya tinggi, menjadikan tanaman ini elemen penting dalam mewujudkan ekonomi sirkular dan ketahanan energi—khususnya di wilayah kepulauan seperti Lembata.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
Terkini
-
Aset Sudah Disita tapi Belum Diperiksa, KPK Beri Sinyal Tegas untuk Ridwan Kamil
-
Indonesia Resmi Akhiri KLB Polio Tipe 2, Menkes Ingatkan Anak-anak Tetap Harus Vaksin Sesuai Usia
-
Jaga Warga Diperluas hingga Pedukuhan, Kapolri Tekankan Penyelesaian Masalah Lewat Kearifan Lokal
-
Polisi: Pelaku Ledakan SMAN 72 Pesan Bahan Peledak Online, Kelabui Ortu Pakai Alasan Eskul
-
Kapolri dan Sri Sultan Pimpin Apel Jaga Warga, Perkuat Keamanan Berbasis Komunitas di DIY
-
Grebek Jaringan Online Scam, Otoritas Myanmar Tangkap 48 WNI
-
Prabowo dan Dasco Bertemu di Istana: Bahas Kesejahteraan Ojol hingga Reforma Agraria
-
Bobby Nasution Tak Kunjung Diperiksa Kasus Korupsi Jalan, ICW Curiga KPK Masuk Angin
-
Kontroversi 41 Dapur MBG Milik Anak Pejabat di Makassar, Begini Respons Pimpinan BGN
-
Buntut Putusan MK, Polri Tarik Irjen Argo Yuwono dari Kementerian UMKM, Ratusan Pati Lain Menyusul?