Suara.com - Panggung politik yang sudah disiapkan untuk menyambut Joko Widodo alias Jokowi sebagai calon Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mendadak diturunkan.
Skenario yang digadang-gadang akan menjadi babak baru bagi 'cawe-cawe' politik Jokowi pasca-lengser itu resmi dibatalkan.
Namun, alasan di balik pembatalan ini justru membuka babak baru penuh pertanyaan.
Secara resmi, narasi yang dibangun adalah sebuah drama keluarga yang menyentuh: seorang anak, Kaesang Pangarep, yang tak ingin bersaing dengan ayahnya sendiri.
Tapi, di balik narasi manis tersebut, berembus kencang spekulasi lain yang coba dibantah keras oleh para petinggi partai: faktor kesehatan sang mantan presiden yang menurun.
Jadi, apa yang sebenarnya terjadi di balik layar lobi politik keluarga paling berpengaruh di Indonesia saat ini?
Wakil Ketua Umum PSI, Andy Budiman, tampil ke depan untuk memadamkan rumor yang beredar.
Ia dengan tegas menepis adanya kaitan antara kondisi kesehatan Jokowi dengan batalnya pencalonan di bursa pemilihan raya ketum PSI.
"Nggak ada, nggak ada kaitannya (Jokowi sakit dengan daftar calon ketum)," ujar Andy di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI, Jakarta Pusat, Selasa, 24 Juni 2025.
Baca Juga: PSI Beberkan Kondisi Kesehatan Jokowi Usai Batal Maju Ketum: Lagi Masa Recovery Kok
Bantahan ini seolah menjadi jawaban wajib atas pertanyaan publik, terutama setelah Jokowi sempat dikabarkan sakit alergi kulit beberapa waktu lalu.
Andy bahkan memberikan jaminan bahwa kondisi Jokowi kini sudah membaik.
"Sehat, lagi masa recovery kok," ungkapnya.
Lalu, jika bukan karena sakit, apa alasan utamanya?
PSI menyodorkan sebuah skenario yang berpusat pada Kaesang Pangarep.
Menurut Andy, referensi terbaik untuk memahami keputusan ini adalah pernyataan langsung dari Kaesang sendiri.
Tag
Berita Terkait
-
PSI Beberkan Kondisi Kesehatan Jokowi Usai Batal Maju Ketum: Lagi Masa Recovery Kok
-
Tidak Jadi Maju Calon Ketua Umum, Jokowi Mantap Gabung PSI?
-
PSI Umumkan 3 Calon Ketum untuk Pemilu Raya, Nama Jokowi Menghilang
-
Soal Jokowi Daftar atau Tidaknya Jadi Caketum PSI, Ternyata Ada 'Kode' Posisi
-
Jubir PSI Daftar Calon Ketum, Ngaku Tak Cuma Sekedar Bawa Embel-embel Nama Mulyono
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Purbaya Gregetan Soal Belanja Pemda, Ekonomi 2025 Bisa Rontok
-
Terjerat PKPU dan Terancam Bangkrut, Indofarma PHK Hampir Seluruh Karyawan, Sisa 3 Orang Saja!
-
Penculik Bilqis Sudah Jual 9 Bayi Lewat Media Sosial
-
Bank BJB Batalkan Pengangkatan Mardigu Wowiek dan Helmy Yahya Jadi Komisaris, Ada Apa?
-
Pemain Keturunan Jerman-Surabaya Kasih Isyarat Soal Peluang Bela Timnas Indonesia
Terkini
-
Polisi Sita Buku dan Dokumen dari Rumah Terduga Pelaku Peledakan SMA 72 Jakarta, Apa Relevansinya?
-
Dilimpahkan ke Kejari, Nadiem Makarim Ucapkan Salam Hormat kepada Guru di Hari Pahlawan
-
Soeharto Dapat Gelar Pahlawan, Ketua MPR Ingatkan Pencabutan TAP MPR Anti-KKN
-
Fokus Baru KPK di Proyek Whoosh: Bukan Pembangunan, Tapi Jual Beli Lahan yang Bermasalah!
-
Misteri Pelaku Bom SMAN 72: Kenapa Dipindah ke RS Polri dan Identitasnya Dirahasiakan?
-
Tangis Haru 32 Tahun: Kisah Marsinah, Buruh Pabrik yang Dibunuh, Kini Jadi Pahlawan Nasional
-
Terungkap! Sebelum Ledakan di SMAN 72, Pelaku Tinggalkan Pesan Misterius di Dinding Kelas
-
Ironi Pahlawan Nasional: Marsinah, Korban Orde Baru, Kini Bersanding dengan Soeharto
-
Apa Risiko Pemberian Gelar Pahlawan kepada Soeharto?
-
KPK Soal Kasus Whoosh: Ada yang Jual Tanah Negara ke Negara