Suara.com - Koalisi masyarakat sipil menggelar aksi demonstrasi di depan Kementerian Kebudayaan, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (26/6/2025).
Dari pantauan Suara.com di lokasi, peserta aksi membawa patung boneka berkepala babi, sementara tubuhnya mengenakan jas lengkap dengan dasi—sebagai simbol kritik terhadap para pejabat negara.
Wakil Koordinator KontraS, Andrie Yunus, mengatakan bahwa aksi tersebut merupakan rangkaian respons atas sejumlah kebijakan pejabat negara yang dinilai tidak lagi sejalan dengan semangat reformasi.
Di antaranya, wacana pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto, proyek penulisan ulang sejarah, serta pernyataan kontroversial Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon yang menyebut tidak terjadi pemerkosaan massal pada peristiwa Mei 1998.
"Dari tiga hal ini, kami melakukan aksi sebagai bentuk peringatan kepada negara agar tidak gegabah dalam mengeluarkan pernyataan-pernyataan, terutama yang berkaitan dengan pelanggaran berat HAM,” kata Andrie kepada Suara.com di lokasi.
Andrie juga menyampaikan bahwa pihaknya akan menyerahkan dokumen setebal hampir 2.000 halaman yang memuat fakta-fakta kelam selama era kepemimpinan Soeharto.
“Kami datang ke sini membawa dokumentasi yang diharapkan bisa dibaca dan dipertimbangkan oleh Kementerian Kebudayaan—baik dalam konteks penulisan ulang sejarah, maupun wacana pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa dokumen tersebut menunjukkan berbagai pelanggaran HAM dan represi yang terjadi selama 32 tahun masa Orde Baru.
“Dokumen ini memuat fakta-fakta kelam terkait berbagai peristiwa di masa Orde Baru, sepanjang 32 tahun Soeharto berkuasa,” katanya.
Baca Juga: Imbas Sebut Pemerkosaan Massal 98 Cuma Rumor, DPR Segera Panggil Menbud Fadli Zon
Andrie berharap dokumen tersebut tidak hanya diterima, tetapi juga dibaca dan dijadikan pertimbangan serius dalam meluruskan perjalanan sejarah bangsa.
“Penulisan sejarah harus dilakukan secara jujur dan objektif,” tambahnya.
Ia kemudian menyatakan bahwa jika penulisan sejarah hanya dimaksudkan untuk memuluskan langkah pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto, maka lebih baik rencana tersebut dibatalkan.
“Kalau kemudian sejarah tidak ditulis secara jujur, lebih baik dibatalkan saja,” tegasnya.
Soeharto dianggap tidak layak dianugerahi gelar pahlawan nasional karena terlalu banyak memiliki catatan pelanggaran, terutama selama 32 tahun kepemimpinannya.
“Hingga kini, berbagai pelanggaran HAM yang terjadi saat Soeharto menjabat sebagai kepala negara belum pernah diselesaikan,” ujar Andrie.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Kondisi Terkini Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta: Masih Lemas, Polisi Tunggu Lampu Hijau Dokter
-
Duka Longsor Cilacap: 16 Nyawa Melayang, BNPB Akui Peringatan Dini Bencana Masih Rapuh
-
Misteri Kematian Brigadir Esco: Istri Jadi Tersangka, Benarkah Ada Perwira 'W' Terlibat?
-
Semangat Hari Pahlawan, PLN Hadirkan Cahaya Bagi Masyarakat di Konawe Sulawesi Tenggara
-
Diduga Rusak Segel KPK, 3 Pramusaji Rumah Dinas Gubernur Riau Diperiksa
-
Stafsus BGN Tak Khawatir Anaknya Keracunan karena Ikut Dapat MBG: Alhamdulillah Aman
-
Heboh Tuduhan Ijazah Palsu Hakim MK Arsul Sani, MKD DPR Disebut Bakal Turun Tangan
-
Pemkab Jember Kebut Perbaikan Jalan di Ratusan Titik, Target Rampung Akhir 2025
-
Kejagung Geledah Sejumlah Rumah Petinggi Ditjen Pajak, Usut Dugaan Suap Tax Amnesty
-
Kepala BGN Soal Pernyataan Waka DPR: Program MBG Haram Tanpa Tenaga Paham Gizi