Suara.com - Cuaca ekstrem dengan hujan lebat diprediksi masih akan terjadi sampai beberapa hari ke depan. BMKG mencatat, curah hujan yang tinggi itu kemungkinan terjadi di berbagai wilayah di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, hingga Papua.
Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramadhani menyampaikan bahwa hujan berpotensi akan turun hingga tanggal 9 Juli 2025.
"Di Pulau Jawa, bagian Barat dan Tengah, termasuk Jabodetabek, Kalimantan Timur, Kemudian juga Sulawesi Selatan, NTB, Maluku, dan juga sebagian Papua, Tengah dan Utara. Jadi hingga tanggal 9 ini perlu disiap-siapkan kewaspadaan," kata Andri dalam konferensi pers virtual, Senin (7/7/2025).
Prediksi secara klimatologi, lanjut Andri, memang terjadi anomali cuaca selama bulan Juli dan Agustus di mana curah hujam terjadi di atas normal.
"Kami nanti akan terus memonitor skala hariannya, penempatan apa yang aktif, dan tentunya akan mengidentifikasi wilayah mana yang perlu diwaspadai," imbuhnya.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga menyampaikan kalau mundurnya musim kemarau 2025 telah diprediksi sejak beberapa bulan lalu.
Kemunduran itu mencapai sekitar 29 persen zona musim, terutama di wilayah Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Kemudian pemantauan hingga akhir Juni 2025 menunjukkan bahwa baru sekitar 30 persen zona musim telah memasuki musim kemarau.
"Angka ini hanya setengah dari kondisi normal, di mana secara klimatologis sekitar 64 persen zona musim biasanya telah mengalami musim kemarau pada akhir Juni," jelasnya.
Baca Juga: Pantau Banjir Sejak Kemarin, Pramono Ngaku Begadang Bareng Anak Buahnya
Selain itu, anomali curah hujan juga makin terlihat sejak bulan Mei 2025. Kondisi itu terlihat dari kondisi curah hujan di atas normal.
Dwikorita menyebutkan kalau kondisi itu kemungkinan besar akan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025.
"Ini artinya selama musim kemarau, sesuai yang kami prakirakan sebelumnya, akan mengalami curah hujan di atas normal yang harusnya terjadi di musim kemarau atau tenderung ke arah kemarau basah," jelas Dwikorita.
Ada pula faktor ekatrenal, yakni melemahnya angin monsoon Australia yang berasosiasi dengan musim kemarau.
Dwikorita memaparkan kalau lemahnya hembusan angin tersebut turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat dan hal ini berkontribusi terhadap terjadinya anomali curah hujan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
Terkini
-
FPI Siap Gelar Reuni 212, Sebut Bakal Undang Presiden Prabowo hingga Anies Baswedan
-
Menag Klaim Kesejahteraan Guru Melesat, Peserta PPG Naik 700 Persen di 2025
-
Menteri PPPA: Cegah Bullying Bukan Tugas Sekolah Saja, Keluarga Harus Turut Bergerak
-
Menteri Dikdasmen Targetkan Permen Antibullying Rampung Akhir 2025, Berlaku di Sekolah Mulai 2026
-
Polisi Tangkap Dua Pengedar Sabu di Bekasi, Simpan Paket 1 Kg dalam Bungkus Teh
-
Mendikdasmen Abdul Muti: Banyak Teman Bikin Anak Lebih Aman di Sekolah
-
Sempat Sembunyi di Bogor, Pelaku Penusukan di Pasar Gaplok Ditangkap Polisi
-
BNPB: Penanaman Vegetasi Jadi Benteng Pertama Hadapi Bencana Hidrometeorologi
-
GKR Hemas Soal Usulan Daerah Otonomi Baru: Tantangan Berat, Tak Mudah Lolos!
-
Sultan Najamudin Tegaskan DPD RI Bukan Oposisi: Siap Dukung Penuh Program Presiden