Suara.com - Presiden Prabowo Subianto menekankan bahwa demokrasi Indonesia tak seharusnya identik dengan pertentangan yang tajam atau adu kuat secara destruktif.
Dalam pidatonya di acara penutupan Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Minggu, 20 Juli 2025, malam di Surakarta, ia mengajak semua pihak untuk meninggalkan praktik saling mencaci dan mencari kesalahan, serta kembali pada akar budaya bangsa yang menjunjung adab dan persatuan.
Hal itu ia sampaikan di hadapan para ketua umum partai politik dan politikus yang hadir.
"Demokrasi Indonesia yang sebenarnya bukan demokrasi gontok-gontokan, bukan demokrasi caci-maki, bukan demokrasi mencari-cari kesalahan, mencari-cari kelemahan, (melainkan) kita mikul dhuwur mendem jero. Saudara-saudara itu demokrasi Indonesia," ujar Presiden Prabowo disadur dari ANTARA, Senin, 21 Juli 2025.
Ia menekankan pentingnya menjaga keutuhan bangsa di tengah perbedaan, selaras dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Menurutnya, perbedaan pandangan dalam demokrasi tetap harus bermuara pada satu tujuan: mengabdi pada bangsa.
"Kita Bhinneka Tunggal Ika, kita beberapa berbeda, tetapi kita bersatu dalam cinta tanah air. Kita kompetisi baik, boleh dan harus, kompetisi kita, (tetapi tetap) bersatu mengabdi kepada bangsa dan rakyat Indonesia," lanjutnya.
Prabowo pun mengapresiasi jalannya kongres PSI yang dinilainya berlangsung demokratis dan damai. Ia menyebut pengalaman PSI sebagai contoh positif dalam membangun tradisi politik yang sehat.
"Saya ucapkan selamat atas Kongres yang dilaksanakan dengan baik, tertib. Sangat senang saya melihat terobosan-terobosan saudara, keberanian saudara-saudara untuk inovasi, dan ujungnya bahwa saudara tetap rukun dalam partai saudara," kata Prabowo. Ia menyinggung bahwa dalam banyak organisasi, konflik kerap mewarnai agenda besar seperti kongres atau musyawarah nasional.
Baca Juga: Bareng Titiek Soeharto dan Puan Maharani, Presiden Prabowo Resmi Luncurkan Kopdes Merah Putih
"Sering di organisasi-organisasi di Indonesia, tiap kongres, munas, suka ribut, gaduh, ya kan? Kita lihat adegan-adegan, kadang kita prihatin ada muktamar, ada kongres, (pesertanya) naik meja ya kan? Lempar-lempar kursi. Alhamdulilah, saudara-saudara, kita mulailah, kita bikin tradisi demokrasi Indonesia yang baru," sambungnya.
Di hadapan para pemimpin partai koalisi, Prabowo menekankan bahwa kerukunan dan rekonsiliasi adalah kunci kemajuan bangsa.
Ia mencontohkan pengalamannya bergabung dalam pemerintahan setelah sebelumnya menjadi lawan politik Presiden Jokowi.
"Kerukunan, kerja sama, saling pengertian, habis bertanding, kompak kembali. Siapa yang menang, ajak yang lain. Pak Jokowi menang ajak saya, dan saya buktikan koalisi yang saya pimpin sekarang terdiri dari partai-partai yang juga pernah dalam pertandingan melawan saya, tidak ada masalah. Sesudah itu, kita gabung kembali, karena dorongan kita hanya untuk bangsa dan rakyat, hanya untuk kepentingan rakyat," ujarnya.
Acara tersebut turut menjadi panggung politik penting bagi PSI yang menetapkan Kaesang Pangarep kembali sebagai ketua umum.
PSI juga memperkenalkan wajah baru dengan mengganti logo dari bunga mawar menjadi gajah, serta menyuarakan identitas sebagai “Partai Super Terbuka (Tbk.)”.
Sejumlah ketua umum partai politik, termasuk Presiden ke-7 Jokowi, hadir dalam momen ini—memberikan sinyal dukungan untuk masa depan PSI dalam peta politik 2029.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Terungkap! Rontgen Gigi Hingga Tato Bantu Identifikasi WNA Korban Helikopter Kalsel
-
Misteri Dosen UPI Hilang Terpecahkan: Ditemukan di Lembang dengan Kondisi Memprihatinkan
-
Dugaan Badai PHK Gudang Garam, Benarkah Tanda-tanda Keruntuhan Industri Kretek?
-
Israel Bunuh 15 Jurnalis Palestina Sepanjang Agustus 2025, PJS Ungkap Deretan Pelanggaran Berat
-
Mengenal Tuntutan 17+8 yang Sukses Bikin DPR Pangkas Fasilitas Mewah
-
IPI: Desakan Pencopotan Kapolri Tak Relevan, Prabowo Butuh Listyo Sigit Jaga Stabilitas
-
Arie Total Politik Jengkel Lihat Ulah Jerome Polin saat Demo: Jangan Nyari Heroiknya Doang!
-
Sekarang 'Cuma' Dapat Rp65,5 Juta Per Bulan, Berapa Perbandingan Gaji DPR yang Dulu?
-
SBY: Seni Bukan Hanya Indah, Tapi 'Senjata' Perdamaian dan Masa Depan Lebih Baik
-
Hartanya Lenyap Rp 94 Triliun? Siapa Sebenarnya 'Raja Kretek' di Balik Gudang Garam