News / Metropolitan
Sabtu, 06 September 2025 | 22:33 WIB
Kabid Dokkes Polda Kalsel Kombes dr Muhammad El Yandiko (tengah) memberikan keterangan dalam konferensi pers Operasi DVI Polri Kecelakaan Helikopter BK117 D3 di RS Bhayangkara Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (6/9/2025) malam. [ANTARA/Tumpal Andani Aritonang]
Baca 10 detik
  • Tim DVI telah menyelesaikan seluruh proses identifikasi terhadap tiga jasad WNA
  • proses identifikasi terhadap WNA terlebih dahulu selesai dibanding jasad WNI.
  • Tiga jasad WNA yang sudah diidentifikasi bisa diambil pihak keluarga
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Tim Identifikasi Korban Bencana (DVI) menyatakan tiga jasad warga negara asing (WNA) korban kecelakaan helikopter BK117 D3 yang jatuh di kawasan hutan Desa Emil Baru, Mentewe, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, sudah bisa diambil keluarga untuk pulang ke negara asal.

“Mulai Minggu (7/9/2025), tiga jasad WNA sudah bisa diambil keluarga masing-masing di RS Bhayangkara Banjarmasin,” kata Kabid Dokkes Polda Kalsel Kombes dr Muhammad El Yandiko dalam konferensi pers Operasi DVI Polri Kecelakaan Helikopter BK117 D3 di RS Bhayangkara Banjarmasin, Sabtu (6/9/2025) malam.

Ia menjelaskan, proses pengambil jasad WNA itu diserahkan atas kewenangan masing-masing pihak keluarga.

“Yang pasti mulai besok pagi sudah bisa diambil ya,” tutur Yandiko.

Dia mengatakan bahwa Tim DVI telah menyelesaikan seluruh proses identifikasi terhadap tiga jasad WNA pada sore hari tadi sekitar pukul 17.00 WITA, sejak jasad diterima pada Jumat (5/9/2025) dini hari. Sementara lima jasad lain yang merupakan WNI hingga malam ini masih proses identifikasi.

Yandiko menjelaskan, alasan mengapa proses identifikasi terhadap WNA terlebih dahulu selesai dibanding jasad WNI.

Selain karena kondisi jasad WNI yang cukup parah terbakar, catatan medis jasad WNA lebih lengkap, mulai dari rontgen gigi, dan properti yang mudah dikenali.

Identifikasi, kata dia, melalui properti atau tanda khusus pada badan yang tidak hilang, seperti tato, tindik telinga, bekas operasi, cincin, kalung, dan semua benda yang melekat di tubuh.

“Misal ada jam tangan yang tidak melekat di badan saat kecelakaan, ini bisa petunjuk ditanya ke keluarga. Termasuk dompet, menunjukkan identitas, bisa dibaca dengan mudah,” ungkapnya.

Baca Juga: Icang, Korban Congkel Mata di Bogor Meninggal Dunia

Namun, lanjut Yandiko, beberapa properti cukup sulit dikenali jika kondisi tubuh rusak dalam kondisi membusuk tingkat lanjut pada kulit dan jaringan kulit.

Menurut Yandiko, kondisi itu yang dialami lima jasad WNI sehingga proses identifikasi masih berlanjut hingga saat ini.

“Jadi catatan gigi sangat membantu. Kemudian properti juga akan sangat menguatkan karena jasad mudah dikenali dengan keterangan dan pembuktian dari pihak keluarga korban, properti yang melekat di badan dan tidak rusak,” ujarnya.

Diketahui, korban kecelakaan helikopter sebanyak delapan, di antaranya terdiri dari seorang pilot bernama Kapten Haryanto berasal dari Kota Batam, Kepulauan Riau, teknisi bernama Hendra Darmawan (Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan).

Kemudian enam penumpang, yakni Mark Werren (Australia), Santha Kumar Prabhakaran (India), Claudine Pereira Quito (Brasil), Iboy Irfan Rosa (Kabupaten Kuantan Singingi, Riau), Yudi Febrian Rahman (Pekan Baru, Riau), Andys Rissa Pasulu (Kota Balikpapan, Kalimantan Timur).

Tim SAR menemukan bangkai helikopter di titik 03° 5’6” S – 115° 37’39.07” E, kawasan hutan sekitar Desa Emil Baru, Kecamatan Mentewe, Tanah Bumbu, Kalsel, pada Rabu (3/9) sekitar pukul 14.45 WITA, sejak hilang kontak pada Senin (1/9/2025) sekitar pukul 08.54 WITA.

Load More