Penyakit kronis bangsa, korupsi, menjadi pilar kedua. Menurut Syahganda, praktik lancung ini tidak hanya merugikan negara secara finansial, tetapi juga menghancurkan fondasi kepercayaan publik terhadap pemerintah dan institusinya.
"Publik melihat pejabat hanya merampok sementara rakyat menderita," katanya prihatin. Persepsi ini menciptakan alienasi, di mana rakyat merasa negara tidak lagi berpihak pada mereka.
3. Masalah Institusional dan Pesimisme Publik
Terakhir, lambatnya kinerja institusi negara dalam menjawab kebutuhan publik memperparah keadaan. Birokrasi yang berbelit dan tidak responsif melahirkan apatisme massal.
"Reformasi birokrasi yang lambat membuat publik pesimis," jelas Syahganda.
Ketika institusi yang seharusnya melayani justru terasa jauh dan lamban, lahirlah pesimisme kolektif yang menjadi bahan bakar 'Indonesia Gelap'.
Ditunggangi Koruptor Dendam? Sisi Lain 'Indonesia Gelap'
Menariknya, saat disinggung pernyataan Prabowo Subianto bahwa 'Indonesia Gelap' digerakkan oleh koruptor, Syahganda memberikan pandangan yang selaras namun dengan bumbu tambahan.
Ia sepakat, bahkan membuka kemungkinan adanya agenda lain di balik fenomena ini.
Baca Juga: Prabowo Subianto Dipuji Setinggi Langit, Begini Kata Ramadhan Pohan
Syahganda menyebut ada potensi fenomena ini "ditunggangi koruptor yang dendam karena hartanya disita".
Hal ini menunjukkan betapa kompleksnya situasi, di mana penderitaan rakyat bisa berkelindan dengan pertarungan kepentingan para elite yang pernah tersandung kasus hukum, menjadikan analisis 'Indonesia Gelap' sebagai alarm serius yang tak bisa diabaikan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- Baru 2 Bulan Nikah, Clara Shinta Menyerah Pertahankan Rumah Tangga
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Sultan B. Najamudin Turun ke Sawah, Serahkan Alsintan dan Benih Jagung untuk Petani Bengkulu
-
Pemerintahan Prabowo Genap Setahun, Kemenhub Fokus Konektivitas dan Keselamatan
-
Istana Segera Umumkan Struktur Komite Reformasi Polri: Pastikan Ada Nama Mahfud MD!
-
Pimpinan DPR Sudah Terima Surat, MKD Bakal Gelar Sidang Bahas Nasib Ahmad Sahroni hingga Uya Kuya?
-
Viral Tangis Ibu di Lampung: Anak Korban Bully, Sekolah Malah Memberhentikannya
-
Mendagri dan Kepala BNN Bahas Penguatan Sinergi Penanggulangan Narkoba
-
Polri Ungkap Modus Baru Narkoba: Obat Bius Legal 'Etomidate' Diubah Jadi Cairan Vape
-
Kesehatan Jadi Tameng? KPK Ungkap Alasan Belum Tahan Kusnadi di Kasus Korupsi Dana Hibah Jatim
-
9 TPU di Jakarta Selatan Penuh, Sistem Makam Tumpang Jadi Solusi Utama
-
Meme Bahlil Makin Menjadi-jadi Usai Diancam UU ITE, Underbow Golkar Polisikan Sejumlah Akun Medsos