Suara.com - Tuduhan "antek asing" yang kerap dialamatkan kepada organisasi masyarakat sipil (OMS) atau civil society pro-demokrasi di Indonesia kini terpatahkan oleh fakta yang mengejutkan.
Pengamat politik terkemuka, Ray Rangkuti, membongkar realita pahit sekaligus membanggakan di balik perjuangan mereka: keran dana dari luar negeri sudah mengering hampir satu dekade.
Dalam diskusi panas di Podcast Forum Keadilan TV, Ray Rangkuti secara gamblang mengungkap bagaimana para pejuang demokrasi kini harus berjibaku secara mandiri untuk menjaga nalar kritis bangsa di tengah tantangan pendanaan yang serius.
Donor Internasional Angkat Kaki, Anggap Demokrasi RI Sudah Matang
Menurut analisis Ray Rangkuti, ada dua alasan utama mengapa sokongan dana internasional bagi lembaga pro-demokrasi di Indonesia menjadi sangat sulit diperoleh. Pergeseran peta politik global dan persepsi dunia internasional menjadi biang keladinya.
"Lembaga-lembaga pro-demokrasi semakin sulit mendapatkan pendanaan dari luar negeri, terutama setelah era Trump dan karena Indonesia dianggap sudah mencapai kematangan demokrasi," ungkap Ray Rangkuti dalam podcast tersebut.
Faktor "dianggap matang" ini membuat para donor internasional mengalihkan fokus mereka. Bantuan finansial kini lebih banyak digelontorkan ke negara-negara yang demokrasinya masih baru tumbuh atau berada dalam kondisi yang lebih genting. "Donor internasional beralih ke negara-negara dengan demokrasi baru," imbuhnya.
Kondisi ini ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, ini adalah pengakuan atas kemajuan demokrasi Indonesia. Namun di sisi lain, hal ini berdampak langsung pada pelemahan civil society yang selama ini menjadi garda terdepan pengawasan kekuasaan.
"Melemahnya civil society terjadi karena kesulitan pendanaan dan kurangnya dukungan dari pemerintah maupun masyarakat," tegas Ray.
Baca Juga: Ray Rangkuti Skakmat Sekjen Gibranku: Anak Muda Dukung Dinasti Politik, Itu Jauh Lebih Memalukan!
Fakta Menohok: 10 Tahun Tanpa Dana Asing, Stigma 'Antek Asing' Runtuh
Di tengah narasi negatif yang sering menuduh pegiat demokrasi sebagai perpanjangan tangan kepentingan asing, Ray Rangkuti menyajikan fakta yang menohok.
Ia menegaskan bahwa tudingan tersebut sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini.
"Menegaskan bahwa NGO yang bergerak di isu demokrasi sudah sekitar 10 tahun terakhir tidak lagi menerima pendanaan asing secara signifikan," jelasnya.
Fakta ini secara telak meruntuhkan stigma "antek asing" yang sengaja dihembuskan untuk mendelegitimasi kritik terhadap pemerintah. Sebaliknya, kondisi ini justru memunculkan fenomena baru yang patut diapresiasi: gelombang kemandirian dan semangat volunterisme.
Banyak gerakan masyarakat sipil, menurut Ray, kini berjalan atas dasar kesadaran kolektif, didanai secara swadaya, dan digerakkan oleh para sukarelawan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Temuan Awal KPK: Dana Suap Proyek Dipakai Bupati Lampung Tengah untuk Lunasi Utang Kampanye
-
BNI Dukung Sean Gelael Awali Musim Balap 2026 Lewat Asian Le Mans Series
-
Buntut Peristiwa Kalibata, Kuasa Hukum Korban Sampaikan Surat Terbuka ke Prabowo dan Puan
-
Jelang Gelar Perkara Khusus Kasus Ijazah Jokowi, Kubu Roy Suryo Ajukan 3 Tuntutan ke Polda Metro
-
Api Mengamuk di Pasar Kramat Jati, Pedagang Rugi Besar Barang Dagangan Baru Turun Ludes Terbakar
-
Merak Siap Layani Kebutuhan EV Selama Nataru, PLN Pastikan SPKLU dan Petugas Siaga 24 Jam
-
Kesaksian Ridwan saat Pasar Induk Kramat Jati Terbakar: Ada Ledakan, Diduga dari Toko Plastik
-
Imbas Kebakaran di Pasar Induk, Empat Rute TransJakarta Terdampak
-
KPK Panggil Zarof Ricar sebagai Saksi Kasus TPPU Hasbi Hasan
-
Ledakan Terdengar Dua Kali, Pasar Induk Kramat Jati Kebakaran Pagi Ini