Suara.com - Di tengah derasnya arus komentar yang mempertanyakan lamanya pengungkapan kasus kematian diplomat Arya Daru Pangayunan, sebuah penjelasan intelektual datang dari pakar kriminologi terkemuka.
Guru Besar Universitas Bhayangkara, Profesor Hermawan Soelistyo, membongkar "dapur" investigasi polisi yang menurutnya tak bisa disamakan dengan kecepatan alur cerita sinetron.
Bagi publik yang terbiasa menuntut hasil instan, proses penyelidikan yang memakan waktu memang kerap menimbulkan frustrasi dan spekulasi.
Namun, Profesor Hermawan, atau yang akrab disapa Kikiek, menegaskan bahwa apa yang terlihat "lambat" di mata awam, sesungguhnya adalah sebuah proses kerja ilmiah yang presisi, cermat, dan tidak bisa ditawar-tawar. Ia menyebutnya sebagai era baru kepolisian Indonesia.
"Gini karena pendekatannya adalah eh forensic policy itu pendekatan yang akan dikembangkan oleh polisi sampai 2045. Nah, kalau basisnya adalah scientific based berdasarkan pendekatan ilmiah itu tidak bisa cepat," buka Profesor Hermawan dikutip dari Youtube Kompas TV.
Untuk memberikan gambaran nyata, ia membeberkan salah satu contoh proses krusial yang terjadi di balik layar, yaitu pemeriksaan forensik. Menurutnya, waktu yang dihabiskan penyidik justru terbilang luar biasa cepat berkat prosedur khusus.
"Contoh nih, untuk hasil forensik ke kedokteran dari autopsi mayat itu butuh waktu 2 minggu sampai selesai. Nah, ini dari diserahkan dari RSCM ke tim penyidik itu enggak sampai 2 minggu. Kenapa? Sito. Sito itu istilah dipercepat gitu," ungkapnya, mengungkap istilah internal untuk akselerasi kasus prioritas.
Kecepatan ini, menurutnya, adalah buah dari keseriusan dan ketakutan penyidik untuk membuat kesalahan sekecil apa pun. "Kenapa? Mereka takut salah dan tes DNA itu 4 hari itu sudah luar biasa cepatnya."
Di titik inilah, dengan gaya bicaranya yang tanpa tedeng aling-aling, sang profesor melontarkan sindiran pedas yang ditujukan langsung kepada netizen yang tak sabaran dan kerap berkomentar tanpa pemahaman.
Baca Juga: Fakta-fakta Kematian Arya Daru Pangayunan Versi Polisi, Publik Temukan Banyak Kejanggalan
"Nah netizen kan enggak tahu yang begituan karena mungkin sekolahnya cuman sampai SD gitu kan," sentilnya.
Baginya, kasus ini justru menjadi etalase terbaik dari implementasi Forensic Policing yang akuntabel dan melibatkan para ahli di bidangnya.
"Scientific base itu harus betul. Ini contoh tentang forensic policy yang terbaik sampai hari ini yang saya yang saya lihat dengan akuntabilitasnya aja dengan cerita yang sangat lengkap dengan para ahli yang memang ahlinya gitu," ujarnya.
Lantas, jika semua bukti ilmiah sudah di tangan, mengapa penyampaiannya ke publik terkesan berbelit-belit?
Profesor Hermawan mengungkap adanya dilema besar yang dihadapi penyidik: benturan antara transparansi dan etika. Menyajikan fakta secara gamblang berisiko melukai perasaan dan nama baik keluarga yang sedang berduka.
"Yang menjadi masalah menyampaikannya ke ruang publik karena ada masalah etis di situ. sehingga direskrimum nya au aau ketika harus menjelaskan dan tidak melampaui batas etik etis itu gitu," jelasnya.
Berita Terkait
-
Fakta-fakta Kematian Arya Daru Pangayunan Versi Polisi, Publik Temukan Banyak Kejanggalan
-
Burnout Renggut Nyawa Diplomat Muda: DPR Desak Kemenlu Benahi Dukungan Kesehatan Mental!
-
Dinyatakan Tewas Bunuh Diri, Komisi III Soroti Polisi Tak Tutup Kasus Diplomat Arya Daru, Kenapa?
-
Polisi Sebut Arya Daru Bunuh Diri, Profesor Kiki: Case Closed Selain Itu Cuma Gosip
-
SUARA LIVE: Keluarga Arya Daru Tak Terima Rilis Polisi, Fans Uma Musume Protes Soal Pacuan Kuda
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Tak Cukup di Jabar, TikToker Resbob Kini Resmi Dilaporkan ke Polda Metro Jaya
-
Harga Diri Bangsa vs Air Mata Korban Bencana Sumatera, Sosok Ini Sebut Donasi Asing Tak Penting
-
Tembus Proyek Strategis Nasional hingga Energi Hijau, Alumni UPN Angkatan 2002 Ini Banjir Apresiasi
-
Implementasi Pendidikan Gratis Pemprov Papua Tengah, SMKN 3 Mimika Kembalikan Seluruh Biaya
-
Boni Hargens: Reformasi Polri Harus Fokus pada Transformasi Budaya Institusional
-
Alarm Keras DPR ke Pemerintah: Jangan Denial Soal Bibit Siklon 93S, Tragedi Sumatra Cukup
-
Pemprov Sumut Sediakan Internet Gratis di Sekolah
-
Bantuan Tahap III Kementan Peduli Siap Diberangkatkan untuk Korban Bencana Sumatra
-
Kasus Bupati Lampung Tengah, KPK: Bukti Lemahnya Rekrutmen Parpol
-
Era Baru Pengiriman MBG: Mobil Wajib di Luar Pagar, Sopir Tak Boleh Sembarangan