Suara.com - PT PLN Nusantara Power mencatatkan produksi energi bersih sebesar 472,2 gigawatt hour (GWh) selama semester pertama 2025. Capaian itu dinilai setara dengan pengurangan emisi karbon sekitar 525 ribu ton CO, sebuah langkah penting dalam mendukung agenda transisi energi nasional dan pelestarian lingkungan.
Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah, mengatakan energi bersih itu dihasilkan dari implementasi co-firing di 25 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara milik perusahaan.
Inovasi tersebut menjadi bagian dari strategi besar PLN dalam mendukung target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
"Produksi itu sebagai hasil dari inovasi co-firing yang diterapkan pada 25 PLTU batu bara," ujar Ruly dalam keterangannya di Surabaya, Rabu (7/8).
Co-firing sendiri adalah teknik substitusi bahan bakar, di mana sebagian batu bara digantikan dengan biomassa, bahan organik seperti limbah pertanian, sampah rumah tangga, atau limbah industri yang dapat dibakar. Dengan metode ini, PLTU tetap bisa beroperasi namun menghasilkan emisi yang lebih rendah.
“Beberapa PLTU di luar Jawa bahkan telah mencapai tingkat co-firing hingga 100 persen,” tambah Ruly.
Menurutnya, co-firing menjadi strategi cepat, murah, dan efektif untuk menekan emisi karbon dari PLTU tanpa harus membangun pembangkit baru.
Selain itu, penggunaan biomassa juga mendukung ekonomi sirkular, sebab sebagian bahan bakar berasal dari Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP), yang dibuat dari limbah atau sampah.
Sejak 2018, PLN Nusantara Power telah melakukan riset dan uji coba teknologi co-firing, sebelum akhirnya berhasil diimplementasikan di 25 unit pembangkit yang tersebar di dalam dan luar Pulau Jawa. Langkah ini juga menjadi bagian dari program “green booster” yang diusung PLN untuk meningkatkan bauran energi terbarukan nasional.
Baca Juga: Percepat Transisi dan Ketahanan Energi Nasional, Pertamina dan PLN Kolaborasi 19 Proyek Panas Bumi
Ruly menegaskan, upaya transisi energi tidak bisa ditunda. Selain komitmen terhadap lingkungan, ini juga soal menciptakan sistem energi yang lebih andal dan berkelanjutan bagi masa depan.
“Transisi energi bukan wacana masa depan, tapi proses yang sedang berjalan sekarang. Co-firing adalah salah satu buktinya,” kata dia.
Langkah ini sekaligus membuka ruang kolaborasi lebih luas antara sektor energi, pengelolaan sampah, dan industri hijau untuk bersama-sama mempercepat langkah menuju energi yang bersih dan inklusif.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Motif Pelaku Ledakan di SMAN 72: KPAI Sebut Dugaan Bullying hingga Faktor Lain
-
Siswa SMAN 72 Terapkan Pembelajaran Online 34 Hari untuk Redam Trauma Usai Ledakan
-
Garis Polisi di SMA 72 Dicabut, KPAI Fokus Pulihkan Trauma Ratusan Siswa dan Guru
-
IPW: Penetapan Tersangka Roy Suryo Cs Sesuai SOP
-
Tampang Sri Yuliana, Penculik Bocah Bilqis di Makassar, Ngaku Kasihan Korban Tak Punya Ortu
-
Anggaran Proyek Monumen Reog Ponorogo Dikorupsi?
-
Dijual Rp80 Juta ke Suku Anak Dalam Jambi, Terungkap Jejak Pilu Penculikan Bocah Bilqis
-
DPD RI Gaungkan Gerakan Green Democracy Lewat Fun Walk dan Penanaman Pohon Damar
-
Terungkap! Bocah Bilqis Hilang di Makassar Dijual ke Kelompok Suku Anak Dalam Jambi Rp 80 Juta
-
Bukan Soal Kontroversi, Ini Alasan Soeharto Disebut Layak Dihargai Sebagai Pahlawan Nasional