Suara.com - Di balik amarah dan aksi walk out Susi Pudjiastuti, ada sebuah rencana kebijakan yang dinilai bisa menjadi bom waktu ekologis bagi Pangandaran.
Ini bukan sekadar perdebatan biasa; ini adalah pertarungan visi antara pariwisata berkelanjutan melawan industri perikanan skala besar yang disebut mantan menteri ini sebagai "izin gila".
Lantas, apa sebenarnya rencana keramba jaring apung (KJA) ini, dan mengapa ia mampu memicu ledakan emosi seorang Susi Pudjiastuti?
Apa Sebenarnya Rencana KJA di Pangandaran?
Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang sedang dibahas, pemerintah berencana membuka "kavling" laut seluas 1.000 hektare untuk budidaya ikan melalui KJA.
Izin ini akan diberikan kepada investor untuk mengembangkan industri perikanan di lepas pantai Pangandaran.
Di atas kertas, ini adalah proyek untuk meningkatkan produksi perikanan. Namun di mata Susi, ini adalah resep bencana.
Kemarahan Susi bukan tanpa dasar.
Ia melihat setidaknya ada tiga dampak destruktif yang akan lahir dari kebijakan ini, mengubah "surga" pariwisata menjadi "neraka" ekologis.
Baca Juga: 'Nenek Moyangmu Punya Laut?' Susi Pudjiastuti Walk Out Rapat Tolak Pangandaran Dikapling
Dampaknya dari limbah dari ribuan ton pakan ikan akan menumpuk di dasar laut, menciptakan zona mati (dead zone), meracuni terumbu karang, dan menyebabkan ledakan alga yang membuat air keruh dan berbau.
Selain itu, visi Pangandaran sebagai destinasi surfing, selam, dan wisata bahari kelas dunia akan hancur.
Lalu siapa yang mau berenang di pantai yang kotor dan bau?
Ini akan mematikan hotel, restoran, dan seluruh ekosistem pariwisata yang menghidupi puluhan ribu warga.
Susi juga menilai kebijakan tersebut akan menjadi ancaman bagi nelayan kecil.
Pemberian izin skala besar kepada korporasi berpotensi meminggirkan dan membatasi ruang gerak nelayan tradisional yang telah hidup dari laut Pangandaran selama bergenerasi.
Berita Terkait
-
'Nenek Moyangmu Punya Laut?' Susi Pudjiastuti Walk Out Rapat Tolak Pangandaran Dikapling
-
Gus Yaqut Diperiksa KPK: Hanya Bawa 'Senjata' SK Menteri, Ada Apa dengan Kuota Haji?
-
5 Fakta Yaqut Cholil Qoumas Diperiksa KPK, Eks Menag Tersandung Dugaan Korupsi Kuota Haji 2024!
-
Hanya Bawa SK Menteri: Gus Yaqut Bungkam Soal Dugaan Korupsi Kuota Haji di KPK
-
Unggahan Perdana Tom Lembong Usai Bebas, Ungkap Sebuah Permintaan
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Motif Pelaku Ledakan di SMAN 72: KPAI Sebut Dugaan Bullying hingga Faktor Lain
-
Siswa SMAN 72 Terapkan Pembelajaran Online 34 Hari untuk Redam Trauma Usai Ledakan
-
Garis Polisi di SMA 72 Dicabut, KPAI Fokus Pulihkan Trauma Ratusan Siswa dan Guru
-
IPW: Penetapan Tersangka Roy Suryo Cs Sesuai SOP
-
Tampang Sri Yuliana, Penculik Bocah Bilqis di Makassar, Ngaku Kasihan Korban Tak Punya Ortu
-
Anggaran Proyek Monumen Reog Ponorogo Dikorupsi?
-
Dijual Rp80 Juta ke Suku Anak Dalam Jambi, Terungkap Jejak Pilu Penculikan Bocah Bilqis
-
DPD RI Gaungkan Gerakan Green Democracy Lewat Fun Walk dan Penanaman Pohon Damar
-
Terungkap! Bocah Bilqis Hilang di Makassar Dijual ke Kelompok Suku Anak Dalam Jambi Rp 80 Juta
-
Bukan Soal Kontroversi, Ini Alasan Soeharto Disebut Layak Dihargai Sebagai Pahlawan Nasional