Rasa asing dan sunyi dari balik jeruji besi memberikan tekanan psikis yang nyata. Namun, sembilan bulan di tahanan tidak membuatnya membenci Indonesia. Sebaliknya, ia mengaku memetik pelajaran berharga yang melampaui logika rasional.
"Yang saya pelajari juga di tahanan, ada otak, hati, terus ada jiwa. Saya baru saja sadar setelah hidup yang sangat intelektual, ya? Otak saya mungkin bagian yang paling kecil. Hati lebih besar, dan jiwa itu sangat besar," urainya.
Filosofi inilah yang menjawab pertanyaan warganet mengapa ia tak memilih pergi dari Indonesia. "Kayaknya dalam jiwa kita enggak pernah terbayang meninggalkan Tanah Air, itu sudah jiwa raga," tegas Tom, yang langsung ditimpali oleh Anies, "Kita semua sama-sama mencintai republik ini."
Bukan Akhir, Tapi Awal Perjuangan Baru
Kebebasan bagi Tom Lembong bukanlah akhir dari cerita. Tiga hari setelah "mengisi ulang baterai," ia tidak tinggal diam. Abolisi yang ia terima tidak menyurutkan niatnya untuk memperjuangkan apa yang ia yakini sebagai kebenaran dan keadilan.
Ia mengumumkan telah memulai perjuangan baru untuk memperbaiki sistem hukum yang menurutnya telah mencederainya. Dua langkah konkret telah diambil:
Melaporkan Hakim: Bersama kuasa hukumnya, Tom melaporkan tiga hakim yang menyidangkan perkaranya ke Mahkamah Agung (MA) dan Komisi Yudisial (KY) atas dugaan tidak profesional dan tidak menerapkan asas praduga tak bersalah.
Mengadukan Auditor BPKP: Ia juga mengadu ke Ombudsman RI, mempersoalkan hasil audit kerugian negara dari BPKP yang ia nilai tidak dibuat berdasarkan analisis profesional.
Langkah ini menunjukkan bahwa kebebasannya bukan sekadar anugerah yang diterima pasrah. Ia mengubah statusnya dari terpidana menjadi seorang pejuang yang menuntut akuntabilitas sistem peradilan.
Baca Juga: Presiden Prabowo Hadiri Peringatan Hari Kemerdekaan Singapura ke-60
Anies menyebut, Tom kini aktif bergerak, bertemu tokoh, dan berbicara di berbagai platform. Perang intelektualnya kini berlanjut di arena yang berbeda, dengan amunisi pengalaman pahit dari balik jeruji.
Tag
Berita Terkait
-
Presiden Prabowo Hadiri Peringatan Hari Kemerdekaan Singapura ke-60
-
Ketika Prabowo Dikritik Senior Baret Merah: Kalau Jumlahnya Terlalu Besar bukan Pasukan Khusus Lagi
-
Pesan Sudirman Said ke Prabowo: Lakukan Koreksi Total, Jangan Terus Topang Baron Kekuasaan
-
'Black Hole' Demokrasi Era Jokowi: Sudirman Said Kuliti Pelemahan KPK hingga Nepotisme Anak Mantu
-
Istana Tegaskan Tetap Ada Upacara HUT ke-80 RI di IKN
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Pimpin Ziarah Nasional di TMPNU Kalibata, Prabowo: Jangan Sekali-sekali Lupakan Jasa Pahlawan
-
Ketua DPD Raih Dua Rekor MURI Berkat Inisiasi Gerakan Hijau Nasional
-
Jadwal dan Lokasi SIM Keliling Jakarta Hari Ini, Senin 10 November 2025
-
Kondisi Terduga Pelaku Ledakan SMA 72 Jakarta Membaik Usai Operasi, Polisi Fokus Pemulihan
-
Buntut Tragedi SMA 72 Jakarta, Pemerintah Ancam Blokir Game Online Seperti PUBG
-
Polemik Pahlawan Nasional: Soeharto Masuk Daftar 10 Nama yang akan Diumumkan Presiden Prabowo
-
Soeharto, Gus Dur, Hingga Marsinah Jadi Calon Pahlawan Nasional, Kapan Diumumkan?
-
Motif Pelaku Ledakan di SMAN 72: KPAI Sebut Dugaan Bullying hingga Faktor Lain
-
Siswa SMAN 72 Terapkan Pembelajaran Online 34 Hari untuk Redam Trauma Usai Ledakan
-
Garis Polisi di SMA 72 Dicabut, KPAI Fokus Pulihkan Trauma Ratusan Siswa dan Guru