Meski memahami urgensi yang disuarakan golongan muda, ia menganggap proses yang terstruktur tetap penting untuk menjaga persatuan bangsa.
3. Desakan Golongan Muda
Ketegangan meningkat sehari kemudian, pada 15 Agustus 1945. Sejumlah pemuda yang dipimpin Wikana, pembantu Ahmad Subardjo, mendatangi rumah Soekarno.
Mereka menuntut agar proklamasi dilakukan tanpa menunggu rapat PPKI. Suasana pertemuan memanas, dengan nada bicara yang tegas dan mendesak dari pihak pemuda.
Bagi golongan muda, penundaan berarti kehilangan momentum. Mereka khawatir jika Sekutu atau kekuatan asing lain masuk ke Indonesia terlebih dahulu, kemerdekaan akan sulit tercapai tanpa negosiasi yang merugikan.
4. Kekhawatiran Soekarno-Hatta
Meski mendapat tekanan keras, Soekarno dan Hatta tetap teguh pada pendirian mereka. Ada dua alasan besar yang membuat mereka menolak terburu-buru.
Pertama, faktor keamanan: tentara Jepang di Indonesia masih bersenjata lengkap, dan langkah sepihak dikhawatirkan memicu bentrokan bersenjata yang bisa mengorbankan banyak nyawa.
Kedua, faktor legitimasi politik: mereka ingin kemerdekaan diumumkan melalui PPKI agar diakui sebagai keputusan nasional, bukan hasil tekanan kelompok tertentu.
Baca Juga: Benarkah Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945? Ini Faktanya
Menurut mereka, kemerdekaan yang lahir dari konsensus akan memiliki pondasi yang lebih kokoh untuk masa depan negara.
5. Situasi di Lapangan
Menariknya, Soekarno-Hatta sebenarnya sudah mengetahui tanda-tanda menyerahnya Jepang. Hatta dan Subardjo bahkan menemukan kantor Gunseikanbu atau pusat administrasi Jepang sudah kosong.
Namun, konfirmasi resmi sulit diperoleh karena pernyataan Laksamana Maeda, perwira penghubung Jepang, tidak memberikan kepastian yang jelas.
Kondisi ini membuat mereka memilih langkah yang lebih hati-hati. Bagi mereka, proklamasi adalah momen sekali seumur hidup yang harus dilakukan dengan perhitungan matang, bukan hanya didorong oleh emosi sesaat.
6. Akhir Perdebatan dan Jalan Menuju Kemerdekaan 17 Agustus
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Menko Airlangga Ungkap Dampak Rencana Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
Modal Tambahan Garuda dari Danantara Dipangkas, Rencana Ekspansi Armada Kandas
-
Purbaya Gregetan Soal Belanja Pemda, Ekonomi 2025 Bisa Rontok
-
Terjerat PKPU dan Terancam Bangkrut, Indofarma PHK Hampir Seluruh Karyawan, Sisa 3 Orang Saja!
-
Penculik Bilqis Sudah Jual 9 Bayi Lewat Media Sosial
Terkini
-
Tuan Rondahaim Saragih Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional, Bobby Nasution: Napoleon der Bataks
-
Polisi Sita Buku dan Dokumen dari Rumah Terduga Pelaku Peledakan SMA 72 Jakarta, Apa Relevansinya?
-
Dilimpahkan ke Kejari, Nadiem Makarim Ucapkan Salam Hormat kepada Guru di Hari Pahlawan
-
Soeharto Dapat Gelar Pahlawan, Ketua MPR Ingatkan Pencabutan TAP MPR Anti-KKN
-
Fokus Baru KPK di Proyek Whoosh: Bukan Pembangunan, Tapi Jual Beli Lahan yang Bermasalah!
-
Misteri Pelaku Bom SMAN 72: Kenapa Dipindah ke RS Polri dan Identitasnya Dirahasiakan?
-
Tangis Haru 32 Tahun: Kisah Marsinah, Buruh Pabrik yang Dibunuh, Kini Jadi Pahlawan Nasional
-
Terungkap! Sebelum Ledakan di SMAN 72, Pelaku Tinggalkan Pesan Misterius di Dinding Kelas
-
Ironi Pahlawan Nasional: Marsinah, Korban Orde Baru, Kini Bersanding dengan Soeharto
-
Apa Risiko Pemberian Gelar Pahlawan kepada Soeharto?