Suara.com - Fenomena sound horeg yang menggema di berbagai acara karnaval di Lumajang, Jawa Timur, kini menunjukkan dampak serius bagi kesehatan warga.
Seorang dokter spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) mengungkap adanya lonjakan pasien yang signifikan dengan keluhan pada pendengaran.
Kabar ini menjadi sorotan setelah video wawancara dengan dr. Aliyah Hidayati, yang direkam pada Senin (4/8/2025), diunggah oleh akun Instagram @folkkonoha pada Minggu (10/8/2025).
Dalam video tersebut dr. Aliyah Hidayati membenarkan adanya tren kenaikan jumlah pasien THT dalam beberapa bulan terakhir yang diduga kuat sebagai efek dari paparan suara bervolume ekstrem.
"Lonjakan jumlah pasien telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) terjadi di RSUD dr Haryoto Kabupaten Lumajang," demikian bunyi keterangan yang menyertai unggahan tersebut.
Menurut dr. Aliyah, mayoritas pasien yang datang melaporkan keluhan yang serupa.
"Mayoritas pasien datang dengan keluhan telinga berdenging. Setelah dilakukan anamnesis, diketahui mereka baru saja menonton atau dilewati iring-iringan sound horeg," ungkapnya.
Yang lebih mengkhawatirkan, dampak dari sound horeg ini tidak hanya dirasakan oleh mereka yang berada di lokasi acara. Menurut dr. Aliyah, banyak juga pasien yang menjadi "korban" padahal hanya berada di sekitar lokasi acara.
Ia mencontohkan, warga yang tinggal di sebelah rumah yang sedang mengadakan acara dengan menyewa sound horeg juga ikut merasakan dampaknya.
Baca Juga: Jadi Korban Sound Horeg Apakah Bisa Minta Ganti Rugi? Ini Penjelasan Hukumnya
"Atau mungkin enggak ikut tapi tetangganya. Misal acara manten, ya tetangganya nyewa, itu biasanya ke saya," jelas dr. Aliyah dalam video tersebut.
Bahaya paparan suara bervolume ekstrem ini ternyata lebih besar bagi mereka yang sudah memiliki riwayat penyakit tertentu.
Getaran dan kebisingan dari sound horeg dapat memicu atau memperparah kondisi yang sudah ada sebelumnya.
"Apalagi yang sebelumnya sudah punya gangguan ya, gangguan keseimbangan, misal vertigo kayak gitu, kena itu (suara horeg), kambuh," tegasnya.
Fenomena ini menjadi pengingat keras akan bahaya polusi suara dan pentingnya kesadaran akan dampak kesehatan dari penggunaan sistem audio bervolume super tinggi dalam acara-acara publik.
Reporter: Maylaffayza Adinda Hollaoena
Berita Terkait
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!
-
Berapa Gaji Zinedine Zidane Jika Latih Timnas Indonesia?
-
Breaking News! Bahrain Batalkan Uji Coba Hadapi Timnas Indonesia U-22
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
Terkini
-
Usut Suap Bupati Ponorogo, KPK Geledah 6 Lokasi dan Amankan Uang di Rumah Dinas
-
Roy Suryo Jadi Tersangka, Mahfud MD: Tuduhan Tidak Jelas, Pembuktian Ijazah Harusnya di Pengadilan
-
Korupsi PLTU Rugikan Negara Rp1,35 Triliun, Adik JK Halim Kalla Diperiksa Polisi Hari Ini
-
Satgas Pangan Cek 61 Titik, Temukan Satu Pedagang di Jakarta Jual Beras di Atas HET
-
Usulannya Diabaikan, Anggota DPR Protes Keras dan Luapkan Kekecewaan kepada Basarnas
-
Prabowo Pangkas Rp15 Triliun, Tunjangan ASN DKI dan KJP Aman? Ini Janji Tegas Gubernur!
-
Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas Viral di Dunia Maya, Raup Lebih dari 85 Juta Views
-
Babak Baru PPHN: Ahmad Muzani Minta Waktu Presiden Prabowo, Nasib 'GBHN' Ditentukan di Istana
-
KPK Digugat Praperadilan! Ada Apa dengan Penghentian Kasus Korupsi Kuota Haji Pejabat Kemenag?
-
Tiga Hari ke Depan, Para Pemimpin Dunia Rumuskan Masa Depan Pariwisata di Riyadh