Suara.com - Piala Kemerdekaan U-17 akan berlangsung di Stadion Utama Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang, pada 12-18 Agustus 2025.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) menyediakan parkir dan bus gratis menuju stadion.
Plt Kepala Dinas Perhubungan Sumut Moettaqien Hasrimi mengatakan ada dua rute yang akan disiapkan bus gratis. Jadwal keberangkatan bus dimulai pukul 13:30 WIB pada tanggal 12,15, dan 18 Agustus 2025.
"Ada dua bus khusus kita siapkan, berangkat setiap lima belas menit sekali dari titik keberangkatan pertama, penonton juga tidak perlu khawatir untuk pulang, bus pulang juga kita sediakan dan bus akan menunggu Stadion Utama," kata Muttaqien dalam keterangannya, Senin 11 Agustus 2025.
Dirinya mengatakan rute pertama, yaitu Stadion Teladan/Jalan Sisingamangaraja-Simpang Kayu Besar-Stadion Utama Sumatera Utara.
"Rute kedua yaitu Terminal Amplas-Simpang Kayu Besar-Stadion Utama," ujarnya.
Parkir untuk menampung ribuan kendaraan di dalam kawasan Sumut Sport Centre juga bakal gratis.
"Untuk masyarakat yang menggunakan kendaraan, kita siapkan juga lokasi parkir gratis di Kawasan stadion, kita pastikan aman karena akan dijaga aparat gabungan," ungkap Muttaqien.
Untuk mempermudah akses ke Stadion Utama Sumut, akan ada penambahan delapan trayek dari kabupaten/kota.
Adapun trayek yang dimaksud antara lain Bus Nice Trans dengan rute Jalan Kapten Muslim Medan-Simpang Kayu Besar-Bandara Kualanamu.
Bus Damri: Plaza Medan Fair-Amplas-Bandara Kualanamu.
Bus ALS: Binjai-Jalan Ringroad Medan-Simpang Kayu Besar-Bandara Kualanamu.
Damri: Pelabuhan Ajibata (Parapat)-Pematang Siantar- Simpang Kayu Besar-Bandara Kualanamu.
Almasar: Kabupaten Karo-Jalan Ngumban Surbakti- Simpang Kayu Besar-Bandara Kualanamu.
Pelita Paradep: Pematangsiantar-Simpang Kayu Besar-Bandara Kualanamu. Ada juga taksi Bluebird yang bisa dipesan langsung.
"Rute-rute ini dipastikan ketersediaan angkutannya untuk mempermudah masyarakat yang hendak menonton pertandingan Timnas U-17," jelasnya.
Berita Terkait
-
Gubernur Bobby Nasution Teken Kesepakatan Pengelolaan Sampah Jadi Energi
-
Bobby Nasution Apresiasi Kafilah Sumut Raih Peringkat Tujuh Nasional STQH di Kendari
-
PSI Minta Satpol PP Tegas Tertibkan Parkir Liar di Trotoar: Sudah Ganggu Pejalan Kaki!
-
Pemprov Sumut Dorong Ulos Mendunia, Masuk Daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO
-
Viral ASN Deli Serdang Ngaku Sulit Naik Pangkat, Bobby Nasution Langsung Mediasi dan Ini Hasilnya
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Menko Airlangga Ungkap Dampak Rencana Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
Modal Tambahan Garuda dari Danantara Dipangkas, Rencana Ekspansi Armada Kandas
-
Purbaya Gregetan Soal Belanja Pemda, Ekonomi 2025 Bisa Rontok
-
Terjerat PKPU dan Terancam Bangkrut, Indofarma PHK Hampir Seluruh Karyawan, Sisa 3 Orang Saja!
-
Penculik Bilqis Sudah Jual 9 Bayi Lewat Media Sosial
Terkini
-
Wakil Ketua Komisi X DPR: Kemensos dan Kemendikbud Harus Jelaskan Soeharto Jadi Pahlawan
-
Tuan Rondahaim Saragih Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional, Bobby Nasution: Napoleon der Bataks
-
Polisi Sita Buku dan Dokumen dari Rumah Terduga Pelaku Peledakan SMA 72 Jakarta, Apa Relevansinya?
-
Dilimpahkan ke Kejari, Nadiem Makarim Ucapkan Salam Hormat kepada Guru di Hari Pahlawan
-
Soeharto Dapat Gelar Pahlawan, Ketua MPR Ingatkan Pencabutan TAP MPR Anti-KKN
-
Fokus Baru KPK di Proyek Whoosh: Bukan Pembangunan, Tapi Jual Beli Lahan yang Bermasalah!
-
Misteri Pelaku Bom SMAN 72: Kenapa Dipindah ke RS Polri dan Identitasnya Dirahasiakan?
-
Tangis Haru 32 Tahun: Kisah Marsinah, Buruh Pabrik yang Dibunuh, Kini Jadi Pahlawan Nasional
-
Terungkap! Sebelum Ledakan di SMAN 72, Pelaku Tinggalkan Pesan Misterius di Dinding Kelas
-
Ironi Pahlawan Nasional: Marsinah, Korban Orde Baru, Kini Bersanding dengan Soeharto