Suara.com - Terseretnya Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer alias Noel dalam kasus korupsi dinilai sebagai tamparan keras bagi Presiden Prabowo Subianto.
Pakar hukum tata negara menyebut, ini adalah konsekuensi logis dari pembentukan kabinet gemuk yang lebih mengutamakan bagi-bagi kekuasaan ketimbang rekam jejak dan integritas.
Pakar hukum tata negara dari Universitas Mulawarman, Herdiansyah Hamzah, memperingatkan agar kasus Noel ini menjadi pelajaran mahal bagi Prabowo jika benar-benar akan melakukan reshuffle kabinet.
Herdiansyah Hamzah mengkritik proses penyusunan Kabinet Merah Putih yang dinilainya terlalu akomodatif terhadap faksi-faksi politik pendukung.
Menurutnya, proses ini mengabaikan hal paling fundamental, yakni pelacakan rekam jejak.
"Enggak bisa proses keterpilihan menteri-menteri di kabinet Prabowo itu hanya didasari oleh upaya untuk mengakomodasi faksi-faksi politik pendukungnya. Itu enggak bisa," kata Herdiansyah saat dihubungi Suara.com, Senin (25/8/2025).
Ia bahkan menggunakan analogi yang sangat menohok.
"Akhirnya kan kayak memilih kacang goreng kan. Pokoknya siapa saja wakil kepentingan faksi politik A, faksi politik B, semuanya ditarik diakomodasi kemudian ditempatkan, tanpa ada proses pelacakan," ujarnya.
Kabinet Gemuk Jadi Biang Kerok?
Baca Juga: Prabowo Bentuk Dua Badan Baru: Satu Dipegang Wamen KKP, Satunya Lagi oleh Mendikti Brian Yuliarto
Menurut Herdiansyah, tercorengnya nama kabinet oleh kasus Noel tidak bisa dilepaskan dari keputusan Prabowo yang membentuk kabinet super gemuk dengan 48 kementerian.
Ukuran jumbo ini dinilainya sebagai bukti adanya praktik bagi-bagi kue kekuasaan.
Kini, dengan ditetapkannya Noel sebagai tersangka oleh KPK dan langsung dipecat oleh Prabowo, isu reshuffle pun kembali menguat.
Herdiansyah mengamini bahwa reshuffle adalah hak prerogatif penuh milik presiden.
Namun, ia memberikan peringatan keras agar Prabowo tidak mengulangi kesalahan yang sama.
"Kalaupun ada reshuffle maka Presiden harus memastikan proses seleksi orang-orang atau penempatan orang-orang di kabinetnya itu harus didasari dengan upaya melacak rekam jejaknya," tegas Herdiansyah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Mobil Terbaik untuk Lansia: Fitur Canggih, Keamanan dan Kenyamanan Optimal
- 10 Mobil Mini Bekas 50 Jutaan untuk Anak Muda, Sporty dan Mudah Dikendarai
- 5 Tablet RAM 8 GB Paling Murah yang Cocok untuk Multitasking dan Berbagai Kebutuhan
- 6 Motor Paling Nyaman untuk Boncengan, Cocok buat Jalan Jauh Maupun Harian
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
Pilihan
-
5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
-
Hari Ini Bookbuilding, Ini Jeroan Keuangan Superbank yang Mau IPO
-
Profil Superbank (SUPA): IPO Saham, Harga, Prospek, Laporan Keuangan, dan Jadwal
-
Jelang Nataru, BPH Migas Pastikan Ketersediaan Pertalite Aman!
-
Dua Emiten Pemenang Lelang Frekuensi 1,4 GHz Komdigi: Penawaran Capai Rp 400 Miliar
Terkini
-
Jimly Asshiddiqie ke Penolak KUHAP Baru: Tak Usah Tunggu Prabowo, Gugat Saja Sekarang ke MK
-
7 Fakta Narkoba Rp207 M Dibuang di Tol: Kecelakaan, Panik, hingga Libatkan Istri Siri
-
Hilang 3 Hari, Siswi SMP di Tambora Ditemukan di Banten, Polisi Ungkap Fakta Mengejutkan
-
Pramono Anung Resmi Larang Jual Beli Daging Kucing dan Anjing di Jakarta
-
Dipecat PBNU karena Isu Zionis, Siapa Sebenarnya Charles Holland Taylor?
-
Ibu Hamil Meninggal di Jayapura, Kemenkes Usut Dugaan Penolakan di 4 Rumah Sakit
-
Pamit Beli Kado, Remaja Tambora yang Hilang 3 Hari Lalu Akhirnya Ditemukan di Banten
-
Bengisnya Ibu Tiri di Bandung: Sari Mulyani Tersangka, Autopsi Ungkap Siksaan Sadis pada Balita
-
Mengenal Wisata Kampung Belgia di Jember: Kampung Kolonial Berusia Seabad yang Tetap Menawan
-
Gelombang Aspirasi Mengalir, Komisi Percepatan Reformasi Polri Siapkan Langkah Perubahan