Serupa tapi tak sama, Tsar Nikolai II di Rusia juga mengabaikan seruan untuk perubahan, bahkan setelah peringatan keras melalui Revolusi 1905.
Keterlibatannya dalam Perang Dunia I yang membawa bencana kelaparan dan kerugian besar semakin mengikis legitimasinya.
Ketidakpedulian terhadap penderitaan rakyat inilah yang memicu Revolusi Bolshevik, yang tidak hanya menggulingkan kekuasaannya tetapi juga mengeksekusi seluruh keluarganya secara brutal.
Menurut sejarawan Orlando Figes dalam karyanya, A People's Tragedy: The Russian Revolution 1891-1924, kejatuhan Tsar adalah akumulasi dari "krisis kepercayaan yang mendalam" antara penguasa dan rakyatnya.
Relevansi bagi Indonesia: Peringatan di Tengah Potensi Gejolak
Kisah Louis XVI dan Nikolai II menjadi peringatan keras bahwa legitimasi seorang pemimpin tidak hanya bergantung pada kemenangan elektoral, tetapi pada kesejahteraan dan persetujuan dari rakyat yang diperintahnya.
Ketika para penguasa menutup mata terhadap keluhan warganya—baik soal kenaikan harga kebutuhan pokok, sulitnya lapangan kerja, hingga kebijakan yang dianggap tidak pro-rakyat—mereka tidak hanya menabur benih ketidakpuasan, tetapi juga mempertaruhkan stabilitas sosial.
Dalam konteks Indonesia saat ini, di mana kritik publik seringkali deras mengalir di media sosial dan aksi massa menjadi pemandangan yang tak asing, pelajaran ini menjadi sangat relevan.
Insiden-insiden seperti perusakan fasilitas umum atau bahkan penjarahan kantor-kantor pemerintahan saat demonstrasi besar adalah sinyal bahaya. Itu adalah manifestasi dari kemarahan kolektif yang, jika terus diabaikan, berpotensi membesar.
Baca Juga: Terungkap Alasan Lille Ngotot Datangkan Calvin Verdonk
Sejarah telah berulang kali menunjukkan bahwa rakyat, jika didorong terlalu jauh oleh pengabaian dan kesombongan para pejabatnya, memiliki kapasitas untuk bangkit dan meruntuhkan tatanan yang ada.
Oleh karena itu, mengabaikan suara rakyat adalah sebuah pertaruhan berbahaya yang dapat berujung pada kejatuhan yang dahsyat, sebagaimana dibuktikan oleh akhir yang mengenaskan dari dua monarki yang pernah sangat berkuasa ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Pengamat Pendidikan Sebut Keputusan Gubernur Banten Nonaktifkan Kepsek SMAN 1 Cimarga 'Blunder'
- Biodata dan Pendidikan Gubernur Banten: Nonaktifkan Kepsek SMA 1 Cimarga usai Pukul Siswa Perokok
- 6 Shio Paling Beruntung Kamis 16 Oktober 2025, Kamu Termasuk?
Pilihan
-
Prabowo Mau Beli Jet Tempur China Senilai Rp148 Triliun, Purbaya Langsung ACC!
-
Menkeu Purbaya Mulai Tarik Pungutan Ekspor Biji Kakao 7,5 Persen
-
4 Rekomendasi HP 2 Jutaan Layar AMOLED yang Tetap Jelas di Bawah Terik Matahari
-
Patrick Kluivert Bongkar Cerita Makan Malam Terakhir Bersama Sebelum Dipecat
-
Dear PSSI! Ini 3 Pelatih Keturunan Indonesia yang Bisa Gantikan Patrick Kluivert
Terkini
-
Bela 11 Warga Adat Maba Sangaji usai Divonis Bersalah, Dandhy Laksono Sebut 'Logika Sesat' Negara
-
Di Hari Spesial Prabowo ke-74, Ketua MPR Muzani Kirim Doa Langsung di Istana
-
Niat Protes Konten Trans7, Ratusan Santri Malah Demo di Depan Transmart Jember
-
Mendagri: Program Tiga Juta Rumah adalah Wujud Kebijakan Ekonomi Kerakyatan Presiden Prabowo
-
Sekap Pasutri Bak Hewan, Pemerasnya Pakai Nopol Dinas Palsu, Seragam Polisi hingga Airsoft Gun
-
PKS Siap Perkuat Bela Negara, Tawarkan Kerja Sama Pelatihan Komcad dengan Kemenhan
-
Mensesneg Ungkap Garuda hingga Pertamina Berpotensi Dipimpin WNA
-
SNDC Indonesia Belum Diserahkan Jelang COP30, Apa yang Sebenarnya Dipertimbangkan Pemerintah?
-
Di Sidang Praperadilan, Kuasa Hukum Persoalkan Delpedro Tak Pernah Diperiksa sebagai Calon Tersangka
-
Kejutan di Kemhan: Ucapan Ultah Prabowo dari Sjafrie dan Petinggi PKS! Ada Apa?