- Tudingan Makar Dipertanyakan
- Kinerja Intelijen Disorot
- Secara Politik Dinilai Mustahil
Suara.com - Pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyebut adanya gejala tindakan makar di balik gelombang demonstrasi ricuh akhir Agustus lalu kini menjadi bumerang. Alih-alih menenangkan situasi, tudingan serius dari kepala negara tersebut justru memicu pertanyaan kritis terhadap kinerja aparat intelijen negara dan menuntut adanya bukti konkret, bukan sekadar retorika politik.
Kericuhan yang pecah dan menelan korban jiwa seharusnya menjadi fokus utama penanganan pemerintah. Namun, pernyataan Prabowo dalam konferensi pers di Istana Merdeka, Minggu (31/8/2025), yang mengendus adanya upaya penggulingan kekuasaan secara ilegal atau makar, dinilai terlalu dini dan berisiko.
Pengamat politik dan militer, Selamat Ginting, mempertanyakan dasar dari klaim tersebut.
Menurut Ginting, publik kini berhak menuntut transparansi dari pemerintah. Jika memang ada upaya makar, siapa dalangnya dan apa buktinya?
Tanpa jawaban yang jelas, pernyataan presiden bisa dianggap sebagai pengalihan isu dari kegagalan aparat dalam mengantisipasi dan menangani kerusuhan.
"Kata-kata makar itu seharusnya harus didalami betul karena itu publik pasti akan menuntut siapa pelaku makar itu?" kata Selamat dalam podcast di YouTube Akbar Faizal Uncensored dengan tajuk 'A Map of Elite Conflict & Foreign Infiltration. A Scenario of Treasure and Terrorism Behind The B...', dikutip Minggu (7/9/2025).
Selamat Ginting menilai, keberanian Prabowo melontarkan kata "makar" harus diimbangi dengan data intelijen yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Jika tidak, hal ini hanya akan menjadi tudingan kosong yang justru dapat memperkeruh suasana. Kinerja Badan Intelijen Negara (BIN) dan lembaga intelijen lainnya pun secara tidak langsung dipertanyakan, apakah mereka gagal mendeteksi potensi kerusuhan hingga jatuh korban, dan apakah kajian intelijen yang disodorkan kepada presiden benar-benar valid?
"Saya kira kata-kata makar yang diungkapkan oleh Presiden Prabowo berani sekali, apakah ini memang sudah hasil kajian intelijen? Publik tentu akan bertanya, siapa orang makarnya itu," tegas Selamat.
Baca Juga: Pengamat Sarankan Prabowo Kumpulkan Menteri Pasca Kericuhan: Evaluasi Loyalitas, Jangan ABS
Ia menambahkan bahwa tuduhan makar bukanlah perkara sepele yang bisa dilontarkan tanpa konsekuensi. Ini adalah upaya serius untuk menggulingkan pemerintahan yang sah, dan harus dibuktikan dengan tindakan nyata, bukan sekadar wacana.
"Jangan omon omon saja karena kalau makar itu betul-betul tindakannya memang ingin menggulingkan pemerintahnya," sambung Selamat.
Lebih jauh, Ginting menganalisis bahwa secara politik, upaya makar untuk menjatuhkan Prabowo saat ini hampir mustahil dilakukan. Dengan dukungan mayoritas partai politik di parlemen dan tingkat kepuasan publik yang diklaim mencapai lebih dari 80 persen, posisi eksekutif sangatlah kuat.
Hal itu membuat klaim makar menjadi semakin janggal dan sulit diterima secara logika politik.
"Kalau kita lihat bagaimana dukungan mayoritas partai politik di parlemen tidak memungkinkan itu. Artinya secara politik tidak memungkinkan. belum lagi katanya prabowo didukung dengan tingkat kepuasan lebih dari 80 persen," kata Selamat.
Berita Terkait
-
Pengamat Sarankan Prabowo Kumpulkan Menteri Pasca Kericuhan: Evaluasi Loyalitas, Jangan ABS
-
Pengamat Pertanyakan Ucapan Prabowo soal Makar: Berdasar Hasil Kajian Intelijen?
-
Temui Prabowo di Hambalang, Mensos Gus Ipul Beberkan Arahan Penting untuk Program Sekolah Rakyat
-
TAUD: Tuduhan Terhadap Delpedro Konspiratif, Penegakan Hukum Prematur untuk Cari Kambing Hitam!
-
Pengamat Intelijen: Kinerja Listyo Sigit Bagus tapi Tetap Harus Diganti, Ini Alasannya
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Dukung Revisi UU Hak Cipta untuk Lindungi Karya Jurnalistik, AMSI Serahkan Simbol Dukungan Ini
-
Prabowo Setujui Ditjen Pesantren, PDIP Siap 'Perkuat Narasi Patriotisme'
-
Polemik Utang Hingga Dugaan Markup Whoosh, PDIP Tugaskan Fraksi Lakukan Kajian
-
'Skema Mafia' Terbongkar: Rp 40 Miliar Digelontorkan untuk 'Beli' Vonis Lepas Korupsi CPO
-
Akui Sulit Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama, Bareskrim: Dikejar Lari-lari!
-
Bukan Cuma Iklan: 5 Bos Media Bongkar 'Revenue Stream' Ajaib di Era AI
-
Pakar Pidana Tegaskan Polemik Patok Kayu PT WKM Harusnya Tak Jadi Perkara Pidana
-
Kejagung Dalami Jejak Korupsi Chromebook Sampai ke 'Ring 1' Nadiem Makarim
-
Terungkap! Alasan Sebenarnya APBD DKI Jakarta Numpuk Rp14,6 Triliun! Bukan Deposito, Tapi...?
-
Kejati Jakarta Bongkar Skandal LPEI: Negara 'Dibobol' Hampir Rp 1 Triliun