Polisi menggunakan "kekuatan mematikan", gas air mata, peluru karet, dan bahkan peluru tajam untuk membubarkan massa.
Akibatnya, setidaknya 19 hingga 22 orang tewas dan ratusan lainnya terluka.
PBB pun menyerukan penyelidikan atas "penggunaan kekuatan yang tidak proporsional" oleh pasukan keamanan Nepal.
Insiden ini menunjukkan kegagalan negara dalam mengayomi warganya, terutama kaum muda yang menuntut perubahan.
Manmohan Adhikari: Membangun Kesejahteraan dengan Sentuhan Sosial
Untuk mencari perbandingan, kita dapat menengok ke belakang pada sosok Manmohan Adhikari, perdana menteri komunis pertama Nepal yang menjabat singkat dari November 1994 hingga September 1995.
Meskipun hanya berkuasa selama sembilan bulan, Adhikari meninggalkan warisan kepemimpinan yang berfokus pada kesejahteraan sosial dan pembangunan ekonomi yang berpihak pada rakyat.
Adhikari dikenal dengan program-program progresif yang bertujuan meningkatkan taraf hidup rakyat dan mengurangi kemiskinan.
Salah satu inisiatifnya yang paling populer adalah program "Let's Build Our Village Ourselves" (Mari Kita Bangun Desa Kita Sendiri) dan "Old-Age Allowance for Senior Citizens" (Tunjangan Hari Tua untuk Warga Lansia).
Baca Juga: Krisis Nepal Membara! Parlemen Hangus, Pemerintah Jatuh, Militer Ambil Alih
Program tunjangan hari tua bahkan menjadi model jaminan sosial di Asia Selatan, mengubah pandangan masyarakat terhadap lansia dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Adhikari juga mengadvokasi pemberdayaan komunitas yang terpinggirkan seperti Dalit dan Janajati, serta fokus pada reformasi lahan, pendidikan, dan peningkatan layanan kesehatan.
Berbeda dengan tuduhan korupsi yang melingkupi era Oli, Adhikari dikenang sebagai pemimpin yang sederhana, jujur, dan berintegritas.
Latar belakangnya sebagai aktivis yang pernah dipenjara selama 14 tahun karena memperjuangkan demokrasi menunjukkan pemahaman dan penghargaan yang mendalam terhadap hak-hak fundamental rakyat, termasuk hak untuk berdemonstrasi secara damai.
Dalam konteks ekonomi, meskipun Nepal di era 90-an masih menghadapi tantangan, masa kepemimpinan Adhikari dianggap meletakkan dasar bagi pertumbuhan dan pembangunan yang inklusif.
Perbandingan Kritis: Keamanan, Kesejahteraan, dan Kebebasan
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Website KontraS Diretas! Netizen Murka, Curigai Upaya Pembungkaman Informasi
-
Terungkap di Sidang: Detik-detik Anak Riza Chalid 'Ngotot' Adu Argumen dengan Tim Ahli UI
-
Harga Telur Naik Gara-gara MBG, Mendagri Tito: Artinya Positif
-
Penyelidikan Kasus Whoosh Sudah Hampir Setahun, KPK Klaim Tak Ada Kendala
-
Fraksi NasDem DPR Dukung Gelar Pahlawan untuk Soeharto: Lihat Perannya Dalam Membangun
-
Kemenhaj Resmi Usulkan BPIH 2026 Sebesar Rp 88,4 Juta, Ini Detailnya
-
Emak-Emak Nyaris Adu Jotos di CFD, Iron Man Jadi Penyelamat
-
Pemerintah Usulkan Biaya Haji 2026 Turun Rp 1 Juta per Jemaah Dibanding Tahun Lalu
-
Bicara soal Impeachment, Refly Harun: Pertanyaannya Siapa yang Akan Menggantikan Gibran?
-
SETARA Institute: Pemberian Gelar Pahlawan untuk Soeharto Pengkhianatan Reformasi!