News / Internasional
Kamis, 11 September 2025 | 14:26 WIB
Para demonstran melakukan aksi pembakaran di depan gedung parlemen Nepal. (Foto: AFP via Getty Images/BBC Indonesia)
Baca 10 detik
  • Nepal resmi jatuh ke tangan militer setelah kerusuhan brutal pada Selasa (9/9/2025) menewaskan sedikitnya 22 orang
  • Apa yang dimulai sebagai protes damai berubah jadi mimpi buruk.
  • Tragedi Nepal memperlihatkan pola keruntuhan negara yang mengkhawatirkan
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Sebuah negara telah jatuh. Nepal kini berada dalam cengkeraman militer setelah aksi demonstrasi yang berlangsung berhari-hari berubah menjadi anarki brutal pada Selasa malam (9/9/2025).

Sedikitnya 22 orang tewas dalam kerusuhan yang memaksa Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli dan jajaran menterinya mengundurkan diri secara massal.

Di tengah kekosongan kekuasaan dan ibu kota yang lumpuh total, militer mengambil alih kendali penuh, menandai babak paling kelam dalam sejarah modern Nepal dan mengirimkan gelombang kejut ke seluruh Asia.

Detik-detik Menuju Keruntuhan: Saat Amarah Membakar Segalanya

Apa yang dimulai sebagai protes damai berubah menjadi skenario horor. Lautan massa yang marah tidak lagi bisa dikendalikan. Dalam satu malam yang mencekam, mereka melancarkan serangan terkoordinasi ke simbol-simbol negara.

Mulai dari gedung parlemen dan mahkamah agung yang diserbu dan dibakar hingga hangus, kemudian kediaman pejabat yakni Rumah PM Oli dan Presiden Ram Chandra Poudel turut menjadi sasaran amuk massa. Tragisnya, istri seorang mantan perdana menteri dilaporkan tewas terjebak saat kediamannya ikut dibakar.

Setelahnya Bandara Internasional Kathmandu sempat diduduki dan ditutup oleh massa.

Sementara saat penjara dibobol, lebih dari 1.500 narapidana dibebaskan paksa oleh massa, menambah kekacauan di jalanan.

Toko-toko hingga bank dijarah tanpa ampun.

Baca Juga: Kronologi Gen Z Tumbangkan Rezim di Nepal: Dari Blokir Medsos Hingga Istana Terbakar!

Kekosongan Kekuasaan & Turunnya Militer

Menghadapi anarki total dan kehilangan kendali, pemerintah akhirnya menyerah. Perdana Menteri, Presiden, dan empat menteri kunci lainnya mengundurkan diri secara bersamaan, menciptakan kekosongan kekuasaan (power vacuum) yang sangat berbahaya.

Menjelang tengah malam, militer tidak punya pilihan lain. Kendaraan lapis baja dan tentara bersenjata lengkap turun ke jalan, memberlakukan jam malam, dan mulai menangkapi para perusuh.

Dengan lumpuhnya seluruh institusi sipil, kendali pemerintahan Nepal secara de facto kini beralih sepenuhnya ke tangan militer.

Pola yang Mengkhawatirkan: Gema Sri Lanka dan Indonesia

Bagi pengamat di Asia, apa yang terjadi di Nepal bukanlah sebuah anomali. Ini adalah pengulangan dari sebuah pola keruntuhan yang mengkhawatirkan, yang sebelumnya telah terlihat di Sri Lanka, Bangladesh, dan bahkan dalam skala gejolak di Indonesia.

Berawal dari protes damai terhadap isu korupsi atau kebijakan yang dianggap merugikan rakyat.
Munculnya simbol-simbol perlawanan baru (seperti warna atau gestur) yang menyatukan massa.

Selain itu, munculnya figur influencer yang tiba-tiba menjadi "juru bicara" rakyat, menggalang massa dengan berbagai tuntutan.

Eskalasi menjadi anarki brutal yang menargetkan simbol negara dan elite politik.

Apa yang terjadi di Nepal adalah sebuah peringatan keras bagi negara-negara lain yang sedang menghadapi krisis kepercayaan.

Api kecil ketidakpuasan, jika tidak dikelola dengan bijak, bisa dengan cepat berkobar menjadi neraka yang menghanguskan segalanya.

Menurut Anda, apakah pola kerusuhan seperti di Nepal ini bisa terjadi di negara lain? Apa pelajaran terbesar yang bisa diambil dari tragedi ini? Diskusikan di kolom komentar!

Load More