-
Likuiditas perbankan nasional masih aman dengan LDR 87% dan rasio aset likuid terhadap DPK di kisaran 27%.
-
Pertumbuhan kredit yang hanya 7% mencerminkan lemahnya permintaan, bukan kendala likuiditas.
-
Indef menilai pemerintah perlu dorong daya beli dan lakukan reformasi struktural agar dunia usaha kembali ekspansif.
Suara.com - Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eisha Maghfiruha Rachbini menilai permasalahan utama sektor perbankan saat ini bukan terletak pada keterbatasan likuiditas, melainkan lemahnya permintaan kredit akibat ketidakpastian dunia usaha.
Eisha menjelaskan, likuiditas perbankan nasional masih dalam kondisi aman. Data Juli 2025 menunjukkan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 87 persen, masih jauh di bawah batas aman yang ditetapkan OJK yaitu 94 persen.
Pertumbuhan kredit pada periode yang sama tercatat 6,7 persen, hampir seimbang dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 6,6 persen.
“Rasio aset likuid terhadap DPK (AL/DPK) berada di kisaran 27 persen pada Juni dan Juli 2025, termasuk penempatan di SBN dan SRBI sekitar Rp790 triliun. Artinya, tidak ada masalah dari sisi likuiditas,” kata Eisha dalam keterangannya, Minggu (28/9/2025).
Ia menambahkan, pertumbuhan undisbursed loan tahunan pada Juni 2025 mencapai 9,51 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Bahkan, untuk bank-bank persero, angka tersebut mencapai 20,9 persen. Menurut Eisha, kondisi ini mencerminkan masih tingginya ketidakpastian yang dihadapi dunia usaha.
“Pertumbuhan kredit 7 persen per Juli 2025 tidak menunjukkan kendala likuiditas, melainkan lemahnya sisi permintaan. Industri dan pelaku usaha masih ragu melakukan ekspansi,” ujarnya.
Data Bank Indonesia juga memperlihatkan tingginya kelebihan likuiditas (excess liquidity). Posisi operasi moneter per minggu pertama September 2025 tercatat Rp991 triliun, naik dari Rp904 triliun pada periode sama tahun sebelumnya. Sebagian besar, sekitar 70 persen, disalurkan ke instrumen SRBI karena imbal hasilnya tinggi.
Posisi dana perbankan di SBN per minggu pertama September 2025 mencapai Rp1.545 triliun, naik dari Rp1.505 triliun pada tahun sebelumnya.
Menurut Eisha, tantangan utama ada pada lemahnya daya beli masyarakat. Untuk itu, kebijakan fiskal dianggap lebih mendesak dibandingkan sekadar menambah likuiditas.
Baca Juga: CORE Indonesia Lontarkan Kritik Pedas, Kebijakan Injeksi Rp200 T Purbaya Hanya Untungkan Orang Kaya
“Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang mendorong daya beli dan memperbaiki tingkat kepercayaan konsumen, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah,” tegasnya.
Ia menilai stimulus 8+4 yang berisi potongan pajak dan bantuan sosial hanya bersifat jangka pendek dan belum menyentuh persoalan fundamental seperti stagnasi pendapatan riil dan terbatasnya penciptaan lapangan kerja.
“Tanpa perbaikan distribusi pendapatan dan penguatan permintaan domestik secara berkelanjutan, efek stimulus akan cepat mereda begitu intervensi dihentikan,” kata Eisha.
Indef menegaskan, injeksi likuiditas berlebihan tanpa reformasi struktural di sektor riil berisiko memperdalam ketidaksinkronan antara sektor keuangan dan sektor usaha.
“Reformasi struktural untuk memperbaiki iklim investasi dan kepastian usaha sangat mutlak diperlukan agar dunia usaha kembali terdorong melakukan ekspansi,” pungkas Eisha.
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
5 Fakta Kartu Liputan Wartawan Dicabut Gara-gara Tanya MBG ke Prabowo
-
Kronologi WNI Ditangkap Polisi Jepang Karena Pencurian Tas Seharga Hampir 1 Miliar
-
Aktivis Jogja 'Diculik' Aparat, YLBHI: Ini Penangkapan Ilegal dan Sewenang-wenang!
-
Tak Mau PPP Terbelah, Agus Suparmanto Sebut Klaim Mardiono Cuma Dinamika Biasa
-
Zulhas Umumkan 6 Jurus Atasi Keracunan Massal MBG, Dapur Tak Bersertifikat Wajib Tutup!
-
Boni Hargens: Tim Transformasi Polri Bukan Tandingan, Tapi Bukti Inklusivitas Reformasi
-
Lama Bungkam, Istri Arya Daru Pangayunan Akhirnya Buka Suara: Jangan Framing Negatif
-
Karlip Wartawan CNN Dicabut Istana, Forum Pemred-PWI: Ancaman Penjara Bagi Pembungkam Jurnalis!
-
AJI Jakarta, LBH Pers hingga Dewan Pers Kecam Pencabutan Kartu Liputan Jurnalis CNN oleh Istana
-
Istana Cabut kartu Liputan Wartawan Usai Tanya MBG ke Prabowo, Dewan Pers: Hormati UU Pers!