News / Nasional
Selasa, 30 September 2025 | 13:00 WIB
ilustrasi peristiwa G30S/PKI (gramedia.com)
Baca 10 detik
  • Monumen Pancasila Sakti disebut memiliki peran penting sebagai pengingat sekaligus tempat edukasi.
  • Sementara bagi generasi muda, peristiwa ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya memahami sejarah.
  • Pesan yang ia sampaikan kepada generasi muda sederhana namun mendalam, jangan mudah terpengaruh orang lain sebelum benar-benar mengenalnya.

Pabrik rokok di daerahnya bahkan dijadikan tempat tahanan sementara.

“Setiap hari mencekam. Tahu-tahu tetangga diambil, orang depan rumah juga. Seenaknya aja gitu,” ceritanya.

Meski ia masih kecil dan tidak terlalu merasa takut, keluarganya sangat berhati-hati.

Keluarganya saat itu ketakutan, nggak berani ngomong ke mana-mana.

Pesan yang ia sampaikan kepada generasi muda sederhana namun mendalam, jangan mudah terpengaruh orang lain sebelum benar-benar mengenalnya.

“Sebelum pemberontakan PKI, walaupun keadaan ekonomi susah, kehidupan itu damai-damai aja,” kenangnya.

Berbeda dengan mereka yang mengalami atau berada langsung saat tragedi itu, generasi Z seperti Nada dan Thoriq mengenal G30S/PKI hanya melalui film dan pelajaran sekolah.

Salah satu kenangan yang paling membekas adalah adegan dalam film G30S/PKI yang menggambarkan tragedi di rumah Jenderal Nasution.

“Scene yang waktu di rumah Nasution itu sedih banget. Ade Irma ketembak, istrinya meraung-raung, suaminya dibawa. Itu paling berkesan,” ceritanya.

Baca Juga: Mengapa PKI Tidak Dibubarkan Soekarno Bahkan Setelah G30S? Ini 5 Alasannya

Nada juga mengingat momen upacara di sekolah, di mana bendera dikibarkan setengah tiang setiap tanggal 30 September.

Menurutnya, memahami peristiwa ini penting agar generasi sekarang tahu alasan Indonesia tetap berpegang pada ideologi Pancasila.

“Dengan belajar tentang pengkhianatan PKI, kita jadi tahu ada sekelompok orang yang punya ambisi politik besar banget, sampai rela mengorbankan banyak nyawa hanya untuk mengkudeta negara,” jelasnya.

Ia kemudian bercerita saat berkunjung ke Monumen Pancasila Sakti, bagian yang paling membekas baginya bukanlah patung-patung jenderal, melainkan replika rumah tempat para jenderal disiksa.

“Di bagian rumah kayak replika tempat penyiksaan jenderal nya, kayak kursi-kursi yang diduduki jenderal nya waktu dia disiksa, waktu dilukain pake senjata, menurutku paling ngenes, aduh tega banget,” ujarnya.

Nada melihat monumen tersebut lebih sebagai tempat mengenang, meski ia tak menampik bahwa unsur edukasi tetap ada.

Load More