News / Nasional
Kamis, 02 Oktober 2025 | 08:09 WIB
Ilustrasi makan bergizi gratis (MBG). (Suara.com)
Baca 10 detik
  • Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat 4.711 kasus bakteri dari makanan Program MBG hingga 22 September 2025 di 45 lokasi.
  • Presiden Prabowo mengakui persoalan tersebut, namun menyebut hal itu wajar mengingat skala program yang besar.
  • SAS Institute menilai program MBG harus tetap berlanjut karena sudah menjangkau 31 juta penerima manfaat dan berpotensi membangun ketahanan pangan nasional.

Suara.com - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) mendapat sorotan setelah Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat adanya 4.711 kasus bakteri dalam makanan yang terdistribusi sejak dimulainya program. Data tersebut dihimpun hingga 22 September 2025, mencakup sekitar 45 lokasi di tiga wilayah.

Presiden Prabowo Subianto menanggapi laporan tersebut usai kembali dari lawatan luar negeri. Ia tidak menutup mata terhadap persoalan yang muncul, namun menyebut hal itu wajar mengingat skala program yang besar.

Sementara itu, Sekretaris Eksekutif Said Aqil Sirodj (SAS) Institute, Abi Rekso, menilai program MBG tetap perlu dilanjutkan. Menurutnya, masyarakat sipil juga memiliki peran dalam memastikan pelaksanaan program berjalan lebih baik.

“Bagi saya, MBG ini bukan janji politik, ini misi peradaban masa depan Indonesia. Justru, kita sebagai masyarakat sipil perlu berperan aktif untuk menyukseskan MBG. Kita perlu secara bijak melihat dampak positif dari program MBG ini,” ujar Abi dalam keterangannya, Rabu (1/10/2025).

Abi menambahkan, kasus bakteri yang dilaporkan masih relatif kecil dibandingkan dengan jumlah penerima manfaat. Ia menyebut ada sekitar 31 juta orang yang sudah menerima layanan MBG melalui 9.615 Satuan Pendidikan Pelaksana Gizi (SPPG).

“Tanpa mengabaikan angka korban terpapar bakteri sekitar 5.000 kasus, berbanding 31 juta penerima manfaat. Artinya persoalan yang ada sekitar 0,0001 persen dari 9.615 SPPG yang beroperasi,” jelasnya.

Menurut Abi, keberlanjutan program juga diharapkan membawa dampak lain, seperti terbentuknya rantai pasok berbasis ketahanan pangan dan distribusi bahan pangan berkualitas dengan harga lebih terjangkau.

“Kita perlu yakin dan optimis bahwa kesuksesan program MBG kelak, tidak hanya pemenuhan gizi kepada anak-anak Indonesia. Melainkan, terbentuknya rantai pasok berbasis ketahanan pangan, serta pangan berkualitas dengan harga terjangkau. Ini benar-benar mulia, sebagai misi peradaban Indonesia,” pungkas Abi.

Baca Juga: Penganiayaan Jurnalis di Jaktim Berakhir Damai, Pelaku Meminta Maaf dan Tempuh Restorative Justice

Load More