News / Nasional
Selasa, 07 Oktober 2025 | 12:18 WIB
Ilustrasi meteor sedang memasuki atsmofer Bumi (Shutterstock).
Baca 10 detik
  • Sebuah meteor berdiameter 3-5 meter, setara ukuran apartemen studio, menyebabkan dentuman dan getaran hebat di Kuningan dan Cirebon
  • Menurut BRIN, jika meteor tersebut jatuh di daratan, dampaknya bisa menciptakan kawah
  • Peristiwa ini merupakan fenomena jatuhnya batuan luar angkasa yang tidak terduga dan tidak bisa diprediksi

Suara.com - Langit Cirebon dan Kuningan, Jawa Barat, pada Minggu (5/10) malam menjadi saksi bisu jatuhnya sebuah meteor raksasa yang menimbulkan kepanikan massal. Dentuman dahsyat disertai getaran hebat yang dirasakan warga bersumber dari bola api berdiameter 3 hingga 5 meter yang melesat cepat sebelum akhirnya jatuh ke Laut Jawa.

Fenomena alam ini memicu kepanikan, banyak warga mengira telah terjadi gempa bumi. Getaran yang ditimbulkan begitu kuat hingga membuat pintu dan jendela rumah bergetar hebat, memaksa warga berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri.

Melansir laman BBC Indonesia, Selasa (7/10/2025), Marzuki, seorang warga Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, menceritakan detik-detik mencekam saat sedang mengajar mengaji.

"Tiba tiba dentuman keras, seperti [suara] ban truk meledak. Pintu dan jendela sampai bergetar. Anak-anak yang sedang mengaji berhamburan keluar dan berteriak. Saya juga kaget," ungkapnya.

Kepanikan serupa juga dialami Husein di Desa Gumulung Lebak, yang lokasinya puluhan kilometer dari pantai. Salah seorang anggota keluarganya yang tengah hamil tua bahkan sampai bersembunyi di bawah ranjang karena ketakutan.

"Semua panik, mengira itu gempa bumi. Soalnya, suaranya kencang dan bergemuruh," kata Husein.

Seberapa Besar dan Berbahaya Meteor Cirebon?

Menurut Thomas Djamaluddin, peneliti astronomi dan astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), ukuran meteor ini tergolong signifikan. Dengan diameter estimasi terbesar 5 meter, ukurannya setara dengan sebuah apartemen tipe studio.

Dentuman yang didengar warga merupakan efek gelombang kejut (shockwave) yang tercipta saat batu luar angkasa itu menembus atmosfer bumi dengan kecepatan super tinggi. Meski ukurannya tidak sebesar meteor yang meledak di Bone pada 2009 (diameter 10 meter) atau di Chelyabinsk, Rusia pada 2013 (diameter 17 meter), dampaknya bisa sangat merusak jika jatuh di area padat penduduk.

Baca Juga: Misteri Dentuman Keras dan Bola Api di Langit Cirebon Terpecahkan, Ini Penjelasan Ahli dan BMKG

Thomas Djamaluddin memaparkan skenario mengerikan jika meteor ini menghantam daratan. Selain kerusakan akibat gelombang kejut yang bisa merusak bangunan, tumbukannya akan menciptakan sebuah kawah yang dalam.

"Kedalamannya [kawah] bisa sedalam setidaknya lima meter," kata Thomas.

Berdasarkan analisis efeknya, BRIN menyimpulkan material meteor ini kemungkinan besar adalah batuan padat yang tidak rapuh, sehingga tidak habis terbakar di atmosfer.

"Hancur atau tidak itu tergantung ukuran dan materialnya," kata Thomas.

"Melihat kasus di Cirebon yang bisa mencapai permukaan dan ada efek kejutnya, materialnya kemungkinan batu yang tidak rapuh," tambahnya.

Peristiwa ini juga menegaskan bahwa ancaman dari luar angkasa bisa datang kapan saja tanpa peringatan. Thomas menegaskan bahwa meteor ini tidak ada kaitannya dengan fenomena hujan meteor periodik yang bisa diprediksi. Batuan seperti ini merupakan pecahan asteroid yang "nyasar" dan bisa berpapasan dengan bumi sewaktu-waktu.

Load More