- Sulfikar sebut proyek KCJB tidak layak dan terlalu mahal.
- Studi awal rekomendasikan kerja sama Jepang lebih efisien dan murah.
- KCJB dinilai jadi pelajaran mahal bagi kebijakan infrastruktur Indonesia.
Suara.com - Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) kembali menjadi sorotan publik setelah Menteri Keuangan menolak menggunakan APBN untuk menutup utang proyek tersebut.
Keputusan politik yang memaksakan pembangunan kereta cepat di tengah berbagai keraguan kini disebut sebagai 'pelajaran berharga yang sangat mahal' bagi Indonesia.
Dalam diskusi di kanal YouTube Abraham Samad Speak Up, Prof Sulfikar Amir, Sosiolog dari Nanyang Technological University of Singapore (NTU), mengingatkan bahwa studi kelayakan dari universitas negeri di Indonesia telah menyimpulkan proyek ini tidak layak dan terlalu mahal sejak awal.
“Dulu kan kita ingat bahwa sebenarnya ada kajian tuh dari UI atau UGM kalau enggak salah ya tentang kereta api cepat Cina ini. Bahwa sebenarnya ini tidak layak,” kata Sulfikar, dikutip Senin (20/10/2025).
Ia menambahkan, alternatif kerja sama dengan Jepang sebenarnya lebih rasional karena menggunakan mekanisme government to government (G2G) yang dinilai lebih transparan dan murah.
“Justru dianggap layak pada saat itu adalah kerja sama dengan Jepang kereta api cepat Jepang karena Jepang menggunakan apa mekanisme G2G, itu dianggap lebih layak karena lebih murah,” tambahnya.
Menurut Sulfikar, secara ekonomi proyek KCJB sulit mencapai titik impas (break-even point).
Simulasi menunjukkan waktu pengembalian investasi bisa mencapai 35 hingga 40 tahun, dengan syarat 31.000 penumpang per hari dan harga tiket sekitar Rp350.000.
Namun, data penumpang aktual masih jauh dari target, bahkan pada masa libur panjang.
Baca Juga: Mahfud MD 'Spill' Dugaan Korupsi Kereta Cepat Whoosh, Budi Prasetyo: Silakan Laporkan ke KPK
“Ada gap antara kebutuhan jumlah penumpang sama realitas demand yang ada di masyarakat,” jelasnya.
Lebih jauh, Sulfikar menilai beban finansial proyek KCJB kini ikut menekan PT KAI, yang sebelumnya dalam kondisi sehat secara keuangan.
Ketergantungan pada proyek-proyek berbiaya tinggi dikhawatirkan menggerogoti kinerja sektor transportasi lain yang lebih dibutuhkan masyarakat luas.
Mengacu pada pengalaman negara seperti Amerika Serikat dan Inggris, yang menghadapi lonjakan biaya dalam proyek serupa, Sulfikar menilai Indonesia tidak perlu memaksakan diri memiliki kereta supercepat.
“Tidak semua negara butuh kereta cepat, Bang,” tegasnya.
Ia menilai 'kereta semi cepat' dengan kecepatan 200 km/jam bisa menjadi solusi realistis, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan perjalanan jarak menengah di Indonesia.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Seharga NMax yang Jarang Rewel
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
Terkini
-
Data Kelam Amnesty International: 5.538 Korban Kekerasan Aparat di Tahun Pertama Prabowo
-
Amnesty Catat Peningkatan Pelanggaran HAM di Era Prabowo-Gibran, Korban Terbanyak Jurnalis
-
Terungkap di Sidang: 'Utusan' Riza Chalid Datangi Rumah Direktur Pertamina
-
Anggaran Bansos 2025 Meningkat Drastis Jadi Rp110 Triliun, Sasar Jutaan Penerima Baru
-
Bukan Pidato Biasa, Bahlil 'Roasting' Tipis-tipis Petinggi Golkar Pakai Gaya Prabowo
-
Di Balik Layar Kementerian Haji dan Umrah, Presiden Prabowo Ungkap Alasan Sebenarnya
-
Ridwan Kamil Tutup Pintu Damai! Lisa Mariana Terancam Dipenjara?
-
Prabowo Ingin Uang Sitaan Rp 13 Triliun Buat LPDP, Wamendikti Saintek Siap Gerak Cepat!
-
Pemerintah Tindak Tegas Jaringan Narkoba di Lapas, Ribuan Petugas Dimutasi ke Nusakambangan
-
Prabowo Soroti Siswa Nulis Kecil demi Hemat Kertas, Minta Ada Buku Gratis dan Pelajaran Menulis!