- KPK menyatakan secara proaktif mengusut dugaan korupsi proyek Whoosh dan tidak hanya menunggu laporan dari Mahfud MD
- Mahfud MD mengungkap adanya dugaan penggelembungan anggaran (mark up) biaya per kilometer proyek Whoosh
- KPK tetap membuka pintu bagi masyarakat, termasuk Mahfud MD, untuk memberikan informasi guna mempercepat proses penyelidikan
Suara.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memastikan mesin penyelidikan mereka sudah panas dan bergerak aktif untuk mendalami dugaan skandal korupsi pada proyek strategis nasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh.
Lembaga antirasuah ini menegaskan tidak akan pasif hanya menunggu laporan dari mantan Menko Polhukam, Mahfud MD, yang pertama kali meniupkan peluit adanya potensi permainan anggaran dalam proyek tersebut.
Sinyal keseriusan KPK ini datang langsung dari Pelaksana Tugas Deputi Penindakan dan Eksekusi, Asep Guntur Rahayu. Ia menyatakan bahwa timnya secara proaktif mencari bukti dan informasi awal terkait aroma tidak sedap di proyek kereta kebanggaan tersebut.
“Tentunya kami tidak menunggu,” ujar Pelaksana Tugas Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Asep Guntur Rahayu di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Selasa (21/10) malam.
Asep menjelaskan bahwa sudah menjadi prosedur standar KPK untuk bergerak mandiri dalam mengumpulkan bahan keterangan dan bukti permulaan jika mencium adanya potensi kerugian negara.
Meskipun demikian, ia tidak menampik bahwa partisipasi publik, termasuk tokoh sekelas Mahfud MD, akan menjadi akselerator penting dalam membongkar kasus ini hingga ke akarnya.
Oleh karena itu, pintu KPK tetap terbuka lebar bagi siapa pun yang memiliki data valid.
"Kepada masyarakat yang memiliki informasi terkait dengan hal tersebut, silakan disampaikan kepada kami untuk mempermudah dan mempercepat,” katanya sebagaimana dilansir Antara.
Sebelumnya, Mahfud MD membuat publik terhenyak melalui kanal YouTube pribadinya, Mahfud MD Official, pada 14 Oktober 2025. Dalam video tersebut, ia membeberkan adanya dugaan penggelembungan anggaran (mark up) yang sangat signifikan pada proyek Whoosh.
Baca Juga: Said Didu Kuliti Borok Proyek Whoosh, Sarankan KPK Panggil Rini Soemarno hingga Budi Karya
Angka yang diungkapkannya pun bukan main-main, menunjukkan perbedaan biaya yang fantastis dibandingkan proyek serupa di negara asalnya, China.
"Menurut perhitungan pihak Indonesia, biaya per satu kilometer kereta Whoosh itu 52 juta dolar Amerika Serikat. Akan tetapi, di China sendiri, hitungannya 17-18 juta dolar AS. Naik tiga kali lipat," katanya.
Mahfud dengan tajam mempertanyakan selisih angka yang luar biasa besar tersebut, mengindikasikan adanya potensi korupsi yang harus segera diusut tuntas oleh penegak hukum.
Ia melanjutkan, "Ini siapa yang menaikkan? Uangnya ke mana? Naik tiga kali lipat. 17 juta dolar AS ya, dolar Amerika nih, bukan rupiah, per kilometernya menjadi 52 juta dolar AS di Indonesia. Nah itu mark up. Harus diteliti siapa yang dulu melakukan ini,".
Pernyataan Mahfud ini memicu polemik. KPK pada 16 Oktober 2025 sempat mengimbau Mahfud untuk membuat laporan resmi. Namun, imbauan ini direspons Mahfud melalui akun media sosial X pribadinya, @mohmahfudmd, pada 18 Oktober 2025, yang pada intinya menyatakan bahwa KPK seharusnya bisa bergerak tanpa harus menunggu laporan formal untuk dugaan sebesar ini.
Mahfud bahkan menyebut KPK 'aneh' karena meminta laporan, padahal lembaga itu punya kewenangan untuk proaktif memanggil pihak-pihak terkait guna dimintai keterangan.
Berita Terkait
-
Said Didu Kuliti Borok Proyek Whoosh, Sarankan KPK Panggil Rini Soemarno hingga Budi Karya
-
Nusron Wahid Datangi KPK, Minta Saran untuk Evaluasi Bisnis Pertanahan
-
KPK Serahkan Tersangka Suap Izin Tambang Rudy Ong ke Jaksa Penuntut Umum
-
Sambangi KPK, Gubernur Malut Sherly Tjoanda: Mau Konsultasi
-
KPK Beberkan Biang Kerok Penyidikan Korupsi Kuota Haji Berlarut-larut, Ternyata Ini Alasannya
Terpopuler
- Feri Amsari Singgung Pendidikan Gibran di Australia: Ijazah atau Cuma Sertifikat Bimbel?
- 7 Mobil Kecil Matic Murah untuk Keluarga Baru, Irit dan Perawatan Mudah
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
Pilihan
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
Terkini
-
Jejak Korupsi Riza Chalid Sampai ke Bankir, Kejagung Periksa 7 Saksi Maraton
-
'Tidak Dikunci, tapi Juga Tidak Dipermudah,' Dilema MPR Sikapi Wacana Amandemen UUD 1945
-
Lisa Mariana Sumringah Tak Ditahan Polisi Usai Diperiksa Sebagai Tersangka: Aku Bisa Beraktivitas!
-
Menhut Klaim Karhutla Turun Signifikan di Tahun Pertama Pemerintahan Prabowo, Ini Kuncinya
-
'Apa Hebatnya Soeharto?' Sentilan Keras Politisi PDIP Soal Pemberian Gelar Pahlawan
-
Efek Jera Tak Mempan, DKI Jakarta Pilih 'Malu-maluin' Pembakar Sampah di Medsos
-
Menas Erwin Diduga 'Sunat' Uang Suap, Dipakai untuk Beli Rumah Pembalap Faryd Sungkar
-
RDF Plant Rorotan, Solusi Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan
-
KPK Cecar Eks Dirjen Perkebunan Kementan Soal Pengadaan Asam Semut
-
Buka Lahan Ilegal di Kawasan Konservasi Hutan, Wanita Ini Terancam 11 Tahun Bui