-
- Krisis mikroplastik kini mengancam udara, laut, hingga tubuh manusia, menandakan kegagalan sistemik dalam pengelolaan sampah.
- BRIN menegaskan kolaborasi pusat-daerah sebagai kunci membangun sistem pengelolaan sampah berbasis riset dan energi terbarukan.
- Pendekatan komunal dan riset cepat (quick research) menjadi strategi utama untuk menekan risiko mikroplastik dan memperkuat kebijakan berbasis data.
Suara.com - Sampah kini tak hanya menumpuk di sungai, laut, atau TPA, tapi juga melayang di udara dalam bentuk mikroplastik.
Partikel halus yang beterbangan bersama angin, jatuh bersama hujan, lalu masuk ke tubuh manusia lewat rantai makanan, menjadi bukti nyata bahwa krisis sampah di Indonesia telah melampaui batas dan mengancam kesehatan publik.
Melihat situasi ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan bahwa pengelolaan sampah tak bisa lagi dipikul pemerintah pusat sendirian.
Kolaborasi erat antara pusat dan daerah kini menjadi kunci untuk membangun sistem pengelolaan yang terintegrasi, berkelanjutan, dan berbasis riset.
Langkah ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang mendorong transformasi sampah menjadi sumber energi, sekaligus menjawab ancaman mikroplastik yang kian menyebar di udara dan laut Indonesia.
“Presiden sudah menegaskan pentingnya pengelolaan sampah di seluruh daerah. Untuk itu, BRIN memastikan setiap daerah memiliki pendekatan komunal yang efektif, karena ini menjadi kunci keberhasilan pembangkit listrik tenaga sampah,” kata Laksana Tri Handoko, Kepala BRIN
Handoko menjelaskan, mikroplastik di udara berawal dari akumulasi plastik yang terurai di laut, lalu naik ke atmosfer dan turun kembali lewat hujan. “Ini peringatan serius bahwa sampah harus dikelola secara lebih baik dan menyeluruh, tidak bisa lagi dilakukan secara parsial,” tegasnya.
Sebagai langkah konkret, BRIN tengah menyiapkan model kebijakan pengelolaan sampah murah berbasis komunal untuk memperkuat program PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Ia juga mengingatkan bahaya pembakaran sampah yang masih marak dilakukan warga.
“Masyarakat tidak boleh dibiarkan membakar sampah secara langsung, karena itu memperparah polusi dan meningkatkan risiko mikroplastik di udara,” ujarnya.
Baca Juga: Sunscreen saat Hujan, Pentingkah? Jangan Sampai Salah Langkah!
Selain itu, BRIN mendorong penerapan quick research, riset cepat berbasis data yang bisa langsung diterapkan oleh pemerintah daerah.
“Kita perlu kebijakan berbasis riset, bukan asumsi,” tutur Handoko, menegaskan arah baru pengelolaan sampah Indonesia: dari reaktif menjadi ilmiah, dari parsial menjadi kolaboratif.
Penulis: Muhammad Ryan Sabiti
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Tolak Bantuan Asing untuk Sumatra, Prabowo: Terima Kasih, Kami Mampu!
-
31 Perusahaan Resmi Diselidiki Diduga Jadi Biang Kerok Banjir Sumatra, Siapa Jadi Tersangka?
-
Daftar Lengkap Perusahaan yang Disebut Kejagung Jadi Penyebab Banjir di Wilayah Sumatera
-
Demo Korupsi Pertambangan, Mahasiswa Desak KPK Periksa Komisaris PT LAM Lily Salim
-
Kementerian P2MI Raih Peringkat 5 Anugerah Keterbukaan Informasi Publik
-
'Biar Kapok': DPR Desak Polisi Beri Efek Jera ke Youtuber Resbob Penghina Sunda dan Bobotoh
-
Bareskrim Bersiap Umumkan Tersangka Banjir Sumut, Nama Korporasi Mencuat
-
Satgas PKH Telah Identifikasi Perbuatan Pidana Terkait Bencana Longsor dan Banjir Bandang Sumatera
-
Buka-bukaan di KPK, Zarof Ricar Ngaku Beri Info Baru soal Aliran Uang dalam Kasus Hasbi Hasan
-
Prabowo Minta Maaf, Pemulihan Bencana Sumatra Tak Bisa Cepat: Butuh Waktu Hingga 3 Bulan