News / Internasional
Rabu, 29 Oktober 2025 | 12:04 WIB
Pendiri Microsoft Bill Gates (Ist)
Baca 10 detik
  • Gates menilai kebijakan iklim harus berfokus pada pengurangan penderitaan manusia, bukan sekadar emisi.

  • Ia menyerukan agar dana iklim digunakan lebih efisien dan berpihak pada negara miskin.

  • Pandangannya menuai perdebatan: terlalu teknologis bagi sebagian, namun dianggap pengingat penting soal sisi kemanusiaan krisis iklim.

Suara.com - Bill Gates menilai dunia gagal memahami arah sebenarnya dari perjuangan iklim. Dalam memo terbarunya, pendiri Microsoft itu menegaskan bahwa fokus global terlalu sempit pada angka emisi, sementara penderitaan manusia akibat kemiskinan dan penyakit justru diabaikan.

Bagi Gates, krisis iklim bukan semata soal suhu bumi, melainkan soal bertahan hidup dengan layak di tengah perubahan yang tak terhindarkan.

Dalam memo setebal 17 halaman bertajuk “Kebenaran Pahit tentang Iklim” yang dirilis Selasa (28/10), Bill Gates menyebut bahwa ketakutan berlebihan terhadap krisis iklim telah menjerumuskan dunia pada strategi yang keliru.

Presiden Prabowo Subianto memberikan penghargaan Bintang Jasa Utama kepada Bill Gates (setkab.go.id)

Negara-negara, katanya, terlalu sibuk mengejar target pengurangan emisi jangka pendek tanpa memikirkan dampaknya bagi masyarakat yang paling rentan.

“Jika harus memilih antara memberantas malaria atau menurunkan suhu global 0,1 derajat, saya akan memilih memerangi malaria. Tujuan utama kita seharusnya adalah mencegah penderitaan manusia. Banyak orang tidak paham seberapa besar penderitaan yang terjadi hari ini,” tulis Gates.

Ia menantang cara dunia menilai efektivitas investasi iklim. Menurutnya, triliunan dolar yang digelontorkan sering kali tidak memberi dampak nyata bagi masyarakat miskin yang paling terdampak perubahan iklim.

“Kita perlu bersikap pragmatis. Pertanyaannya sekarang bukan sekadar berapa banyak karbon yang bisa kita kurangi, tetapi bagaimana dana dan inovasi bisa digunakan seefisien mungkin untuk membantu mereka yang paling rentan,” ujarnya.

Namun, pandangan Gates memicu perdebatan. Kristie Ebi, ilmuwan dari Universitas Washington, menilai pendekatan Gates terlalu bergantung pada solusi teknologi. Sementara Jeffrey Sachs, ekonom Universitas Columbia, menyebut memo itu “tidak jelas dan membingungkan”.

Ia menegaskan bahwa dunia tidak perlu memilih antara mengentaskan kemiskinan dan melawan perubahan iklim, keduanya bisa dilakukan bersamaan jika kepentingan industri besar tidak mendikte arah kebijakan.

Baca Juga: Kebijakan Baru Impor BBM Ancam Iklim Investasi, Target Ekonomi Prabowo Bisa Ambyar

Di sisi lain, Chris Field dari Universitas Stanford melihat memo Gates sebagai pengingat penting bahwa narasi krisis iklim seharusnya tetap menaruh harapan. “Kita butuh investasi jangka pendek dan jangka panjang,” ujarnya.

Gates menutup memonya dengan seruan agar dana iklim digunakan lebih bijak.

“Jika ada proyek yang hanya mampu menghapus 10.000 ton emisi tapi menghabiskan jutaan dolar, itu tidak layak dibiayai.”

Bagi Gates, stabilitas iklim tak bisa dipisahkan dari kesejahteraan manusia. Dunia harus memastikan kebijakan iklim benar-benar menyentuh mereka yang paling membutuhkan.

Penulis: Muhammad Ryan Sabiti

Load More